Kondisi dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan

menjadi pendukung pengembangan kawasan permukiman perbatasan untuk dapat terus tumbuh, berkembang, dan berkelanjutan. 5.2 Faktor Penting dan Komponen Dominan dalam Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan Hasil analisis ISM menggambarkan pendapat para pakar bahwa elemen masalah dalam pengembangan kawasan permukiman di wilayah perbatasan negara diawali dari kurangnya kesadaran masyarakat terhadap identitas nasional dan terbatasnya Dana Alokasi Khusus DAK untuk pengembangan kawasan permukiman perbatasan. Selain itu, masalah lain adalah 1 terbatasnya dana untuk pengembangan infrastruktur, 2 terbatasnya fasos dan fasum, 3 kesenjangan pembangunan ekonomi dan kemiskinan, 4 kecenderungan aktivitas sosial-ekonomi masyarakat ke wilayah negara tetangga, 5 kondisi sosial dan ekonomi lebih baik di negara tetangga, 6 minimnya infrastruktur kawasan dan permukiman, 7 terbatasnya berbagai pelayanan publik dan penegakan hukum, 8 pemanfaatan dan pengelolaan dana pembangunan belum optimal, 9 masih dianggapnya wilayah perbatasan sebagai pintu belakang negara, serta 10 belum tersedianya kebijakan dan pedoman pengembangan permukiman di wilayah perbatasan. Kunci permasalahan tersebut yang menjadi faktor penentu prioritas penanganan yang sangat menentukan bagi berhasil tidaknya program pengembangan permukiman di wilayah perbatasan, khususnya di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimatan Timur. Peningkatan kerja sama pembangunan antarnegara, pemerintahan, dan stakeholders di wilayah perbatasan merupakan pengubah independent. Setiap tindakan untuk meningkatkan peranan aspek tersebut akan mendorong keberhasilan program pembangunan dalam pengembangan kawasan permukiman perbatasan negara menuju kondisi yang lebih baik. Adapun lemahnya perhatian terhadap aspek-aspek tersebut akan menyebabkan ketidakberhasilan program pembangunan Wilayah. Berdasarkan hasil analisis AHP, faktor level 2 menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dan pendanaan pembangunan menjadi prioritas utama. Stakeholder level 3 menunjukkan bahwa pemerintah pusat dan daerah mempunyai peran utama. Tujuan level 4 menunjukkan bahwa pengembangan dan penataan kawasan serta peningkatan kesejahteraan mendapat prioritas utama. Sasaran level 5 menunjukkan bahwa strategi pengembangan kawasan menjadi prioritas utama.

5.3 Prioritas, Arahan Kebijakan, dan Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Perbatasan

Dalam mendukung pelaksanaan kebijakan, ada beberapa hal yang direkomendasikan untuk pengembangan kawasan permukiman perbatasan, yaitu 1 pembuatan klaster-klaster permukiman berbasis potensi sektor unggulan wilayah berikut akses-aksesnya, 2 adanya kemudahan akses informasi dan pasar, 3 pembuatan informasi terpadu, 4 promosi berkala untuk hasil-hasil sektor unggulan wilayah, 5 peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan usaha-usaha yang berbasis potensi masyarakat dan kearifan lokal, 6 adanya penguatan kerja sama antar-stakeholder, 7 pembukaan lapangan pekerjaan di wilayah perbatasan, 8 pembuatan peta penggunaan lahan, 9 pembangunan terpadu infrastruktur dan permukiman, 10 pembangunan terminal berbasis potensi sektor unggulan wilayah, dan 11 pembangunan fasum dan fasos kawasan permukiman. Untuk pengembangan pembiayaan direkomendasikan beberapa hal, yaitu 1 kemudahan pembiayaan usaha oleh lembaga-lembaga keuangan, 2 peningkatan sumber Dana Alokasi Khusus DAK, 3 penerapan subsidi silang pada kegiatan usaha bersama, dan 4 kemudahan kepemilikan rumah dengan biaya terjangkau. Adapun untuk pengembangan kelembagaan direkomendasikan beberapa hal, yaitu 1 pembuatan dan penguatan kelompok-kelompok usaha bersama, 2 pengawasan dan penegakkan hukum, 3 pelatihan dan penyuluhan masyarakat oleh pemda bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan untuk kebutuhan tenaga kerja industri sektor unggulan, 4 kemudahan birokrasi pembuatan sertifikasi legalitas lahan, dan 5 evaluasi serta pembuatan kebijakan terkait. Integrasi hasil analisis MPE, ISM, dan AHP disarankan ada dalam penyusunan kebijakan dan strategi serta diprioritaskan dalam upaya pengembangan kawasan. Prioritas selanjutnya yaitu pengembangan pembiayaan, sedangkan prioritas terakhir yaitu pengembangan kelembagaan. Dalam pelaksanaan kebijakan dan strategi terdapat sembilan rekomendasi yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut: 1. Meningkatkan peran pemerintah melalui fasilitas penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan kawasan permukiman perbatasan pada semua stakeholders. 2. Mendorong penguatan dan pembuatan peraturan perundang-undangan dan kelembagaan bidang permukiman berbasis lingkungan serta potensi SDA di wilayah perbatasan. 3. Mendorong terwujudnya peningkatan dana alokasi khusus DAK dan dana pembiayaan investasi untuk pengembangan permukiman dan infrastruktur di wilayah perbatasan. 4. Mengembangkan klaster-klaster kawasan permukiman perbatasan berbasis potensi SDA wilayah dan masyarakat. 5. Mengembangkan peningkatan kualitas lingkungan dalam pembangunan permukiman melalui penataan ruang kawasan berbasis masyarakat dan kearifan lokal di wilayah perbatasan. 6. Meningkatkan stimulasi pembangunan kawasan permukiman dan infrastruktur di wilayah perbatasan. 7. Mendorong peran dan partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan serta perbaikan rumah untuk pemenuhan kebutuhan rumah layak huni. 8. Mengembangkan kredit mikro perumahan untuk pembangunan dan perbaikan rumah dalam pemenuhan kebutuhan rumah layak huni. 9. Meningkatkan penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas PSU permukiman di wilayah perbatasan. Dalam mengimplementasikan kebijakan, diperlukan program-program yang strategis seperti model dan pedoman pengembangan serta penataan kawasan permukiman yang berbasis potensi SDA wilayah, kriteria lokasi, perencanaan, pengembangan pola investasi, dan program pengembangan berbagai sektor pembangunan sebagai alat pembinaan pemerintah pusat dan provinsi kepada pemerintah Kabupaten Nunukan.