Sumber: Bappeda Kabupaten Nunukan, 2008
Gambar 12. Peta kesesuaian lahan untuk hutan lindung
4.1.4.2 Pertanian Kelompok pertanian lahan kering meliputi kebun campuran, tegalan, dan
ladang. Kebun campuran adalah penggunaan lahan kering yang sifatnya menetap atau kombinasi tanaman semusim dan tanaman keras. Penggunaan lahan pertanian
lainnya pada umumnya merupakan campuran tanaman kopi, durian, nangka, rambutan, dan lain-lain. Tegalan adalah pertanian lahan kering dengan jenis
tanaman semusim seperti tanaman ketela pohon, pisang, dan padi gunung. Ladang seperti halnya tegalan, ditanami dengan jenis tanaman semusim, tetapi sifatnya
hanya sementara antara satu hingga tiga kali musim panen. Luas penggunaan untuk pertanian lahan kering 8.304 ha atau 0,58 dari luas wilayah Kabupaten
Nunukan. Peta kesesuaian lahan pertanian di Kabupaten Nunukan dapat dilihat pada Gambar 13.
Sumber: Bappeda Kabupaten Nunukan, 2008
Gambar 13. Peta kesesuaian lahan untuk pertanian
4.1.4.3 Perkebunan Perkebunan yang dimaksud yaitu perkebunan dengan jenis tanaman keras
monokultur, baik perkebunan rakyat, perkebunan besar, maupun perkebunan swasta. Dalam rangka pengembangan sektor perkebunan di Kabupaten Nunukan,
diterapkan pembinaan dengan menggunakan pola partialswadaya, PIRNES, dan perkebunan besar baik oleh negara maupun swasta, sedangkan akhir-akhir ini
berkembang pola kemitraan dengan komoditas unggulan yaitu sawit. Budi daya tanaman perkebunan utama yang mendapat pembinaan secara
khusus antara lain budi daya tanaman karet, kelapa, kopi, lada, kakao, kelapa sawit, dan cengkeh. Di samping itu, budi daya lainnya bersifat introduksi dan
dikembangkan secara diversifikasi seperti vanili, aren, pala, dan jambu mete. Luas penggunaan lahan perkebunan yaitu 17.731 ha atau 1,24 dari luas wilayah
Kabupaten Nunukan.
4.1.4.4 Perikanan
Kabupaten Nunukan selain mempunyai potensi perikanan tangkap, juga perikanan budi daya seperti tambakkolam berupa areal dengan penggenangan
permanen yang telah mendapat campur tangan manusia baik itu berupa kolam air tawar maupun air laut atau yang telah dikenal dengan tambak. Rawa-rawa yang
merupakan areal penggenangan permanen dan dasarnya yang dangkal ditumbuhi
tumbuh-tumbuhan besar yang umumnya berupa rerumputan rawa dan semak belukar. Luas penggunaan lahan kolamtambakrawa seluas 16.295 ha atau 1,14
dari luas wilayah Kabupaten Nunukan.
4.1.4.5 Pertambangan
Pengembangan pertambangan di Kabupaten Nunukan hingga saat ini belum termanfaatkan secara optimal, padahal Kabupaten Nunukan memiliki beberapa
potensi pertambangan yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Bahan galian golongan strategis golongan A, yaitu minyak bumi dan batu
bara. Minyak bumi terdapat di Kecamatan Krayan, Krayan Selatan, Muara Bukat Kecamatan Nunukan, dan Muara Sungai Sembakung Kecamatan
Sembakung. Selain di Simenggaris, batu bara juga terdapat di Kecamatan Krayan, Krayan Selatan, Sembakung, dan Sebatik. Minyak bumi yang
terdapat di Muara Bukat dan Muara Sungai Sembakung telah dieksploitasi oleh Pertamina. Kandungan batu bara yang terdapat di Simenggaris sedang
diuji kandungannya oleh perusahaan swasta P.T. Anugerah Jati Mulya. 2. Bahan Galian golongan vital golongan B, terdiri dari:
- Emas, terdapat di Hulu Sungai Sebuku Kecamatan Nunukan, Hulu Sungai Sembakung Kecamatan Lumbis, dan Sungai Krayan.
- Gips, terdapat di sekitar Sungai Sedadap, Pulau Nunukan, dan Sembakung. Walaupun demikian, belum terdapat studi terperinci tentang
jumlah kandungan cadangan mineral yang ada. 3. Bahan Galian Golongan C, terdiri dari:
- Pasir kuarsa, terdapat di Kecamatahn Krayan. - Andesit, terdapat di Sungai Nyamuk, Pulau Sebatik, dan Kecamatan
Sembakung. - Batu gunung, terdapat di Kecamatan Nunukan
- Gamping, dengan kandungan CaO kandungan CaO 55,2 dan MgO 0,05, tetapi jumlah cadangan yang ada diperkirakan tidak banyak,
terdapat di Pasir Putih, Pulau Nunukan. Selain itu, terdapat juga di Kecamatan Krayan.
- Bahan galian setengah permata half precious probing material di Sungai Bilal, Pulau Nunukan.