Sektor Unggulan Subkawasan Klaster II

Tabel 12. Penilaian bobot kriteria terhadap sektor unggulan klaster II Sumber: Hasil Analisis Hasil perhitungan dengan teknik MPE memperlihatkan urutan atau prioritas sektor yang potensial di Klaster II Kabupaten Nunukan. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13. Nilai sektor unggulan klaster II No Klaster II Nilai MPE Sektor 1 Perkebunan 450.094.848 2 Pertambangan 49.345.744 3 Pertanian 63.403.343 4 Perikanan 10.970.583 5 Kehutanan 44.643.171 6 Pariwisata 2.957.761 7 Industri 53.300.111 Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan tabel 13 di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor yang paling menentukan adalah sektor perkebunan dengan nilai 450.094.848. Pertanian menempati urutan kedua dengan nilai MPE 63.403.343. Prioritas ketiga adalah industri dengan nilai MPE 53.300.111. Posisi ke-4 sampai ke-7 berturut-turut pertambangan dengan nilai MPE 49.345.744, kehutanan dengan nilai MPE 44.643.171, perikanan dengan nilai MPE 10.970.583, dan pariwisata dengan nilai MPE 2.957.761. No Kriteria Bobot Klaster II P erkebun an P erta m b angan Pertani a n P e r ik a na n Kehutanan Pariwi sa ta Indus tri 1 Kesesuaian Lahan 8 9 7 8 5 8 5 7 2 Produktivitas 8 8 6 7 4 8 5 7 3 Lokasi Strategis 7 7 7 6 6 7 5 6 4 Jumlah Tenaga Kerja 6 8 7 7 6 5 6 7 5 Nilai Produk 9 9 7 7 6 6 5 7 6 Jangkauan Pasar 6 7 6 5 5 5 4 7 7 Akses Transportasi 7 7 6 5 5 5 5 7 8 Akses Komunikasi 7 7 6 4 4 5 4 5 Klaster II, berdasarkan peta land system, termasuk dalam kelompok punggung gunung batuan metamorfik yang tidak teratur yang menyebabkan klaster II sangat cocok untuk perkebunan. Selain itu, berdasarkan peta kesesuaian lahan untuk perkebunan, hampir di atas 90. Kedua kecamatan tersebut sangat sesuai untuk tanaman perkebunan gambar 34. Jenis komoditas unggulan perkebunan pada klaster II adalah kakao dan kelapa sawit. Sumber: Bappeda Kabupaten Nunukan, 2008 Gambar 34. Peta kesesuaian lahan untuk perkebunan Data BPS 2008 menunjukkan produksi kakao di Kabupaten Nunukan pada tahun 2007 sebanyak 18.903,10 ton. Produksi kelapa sebanyak 7.686,71 ton. Produksi kakao dan kelapa terus mengalami peningkatan dari 2002 sampai tahun 2007 seperti terlihat pada Gambar 35 berikut. 7686.71 7458.32 7406.6 6430.8 6407.32 6407.32 18903.1 17702 17073.35 15889.6 13592.3 15257.35 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 kelapa kakao Sumber: Kabupaten Nunukan dalam Angka, 2008 Gambar 35. Produksi komoditas tanaman perkebunan 2002-2007 ton

4.3.3 Sektor Unggulan Subkawasan Klaster III

Kecamatan yang termasuk dalam klaster III adalah Kecamatan Nunukan, Nunukan Selatan, dan Kecamatan Sebatik. Penilaian terhadap alternatif kegiatan penunjang pusat-pusat pertumbuhan terdapat di Kabupaten Nunukan berdasarkan sektor unggulan dengan pembagian klaster. Adapun hasil pembobotan nilai dengan metode MPE dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Penilaian bobot kriteria terhadap sektor unggulan klaster III No Kriteria Bobot Klaster III P erkebun an P erta m b a ng an Pertani a n P e ri k a na n Ke hu ta n a n Pariwi sa ta Indus tri 1 Kesesuaian Lahan 8 7 5 8 9 7 5 7 2 Produktivitas 8 7 5 8 9 6 7 7 3 Lokasi Strategis 7 8 8 9 9 8 8 8 4 Jumlah Tenaga Kerja 6 6 5 7 8 6 5 6 5 Nilai Produk 9 7 5 7 8 5 5 6 6 Jangkauan Pasar 6 7 7 8 9 5 5 7 7 Akses Transportasi 7 7 7 7 7 7 7 7 8 Akses Komunikasi 7 7 7 7 7 7 7 7 Sumber: Hasil Analisis Hasil perhitungan dengan analisis MPE memperlihatkan urutan atau prioritas metode pengembangan wilayah perbatasan yang potensial dalam rangka meningkatkan pusat-pusat pertumbuhan. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 15. Tabel 15. Nilai sektor unggulan klaster III No Sektor Klaster III Nilai MPE 1 Perkebunan 55.791.752 2 Pertambangan 6.611.887 3 Pertanian 80.717.887 4 Perikanan 227.534.810 5 Kehutanan 13.204.061 6 Pariwisata 11.884.039 7 Industri 25.515.841 Sumber: Hasil Analisis Berdasarkan tabel 15 di atas dapat di lihat bahwa sektor unggulan yang paling mendukung pusat pertumbuhan dalam pengembangan wilayah perbatasan adalah sektor perikanan dengan nilai 227.534.810. Sektor pertanian menempati urutan kedua yang dapat mendukung pusat pertumbuhan dalam pengembangan wilayah perbatasan dengan nilai MPE 80.717.887, prioritas ketiga sektor perkebunan dengan nilai MPE 55.791.752. Posisi ke-4 sampai ke-7 adalah industri, kehutanan, pariwisata, dan pertambangan. Alternatif pertama yang harus lebih diperhatikan dalam pengembangan wilayah perbatasan pada klaster III yang meliputi Kecamatan Nunukan dan Kecamatan Sebatik yaitu peningkatan sektor perikanan. Perikanan tangkap dan budi daya perikanan laut merupakan kegiatan yang paling potensial dan telah mendukung pendapatan Kabupaten Nunukan selama ini. Pada gambar, ditampilkan kondisi topografi pada klaster III yang didominasi oleh tingkat kelerengan 0 - 8 dan 15 - 25. Hal tersebut mengandung arti bahwa budi daya perikanan darat di klaster III tidak disarankan karena kondisi topografi Kabupaten Nunukan yang berlereng- lereng seperti yang ditunjukkan pada Gambar 36. Keadaan berpotensi menyebabkan longsor dan tidak memungkinkan untuk adanya budi daya perikanan darat.