Perkembangan ekonomi di Kabupaten Nunukan banyak dipengaruhi oleh sektor perdagangan, baik regional dalam wilayah kabupaten, maupun
perdagangan lintas batas dengan wilayah Negara Bagian Sabah di Malaysia Timur. Selain itu, terdapat pula perdagangan barang-barang yang berasal dari
wilayah Sabah, Malaysia. Perlu dicermati bahwa ada usaha-usaha perdagangan ilegal yang berlangsung secara lintas batas antara negara Malaysia dan Indonesia
di sekitar wilayah perkotaan Kecamatan Nunukan. Struktur perekonomian Kabupaten Nunukan pada tahun 2007 terlihat masih bertumpu pada eksploitasi
sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui.
Hal ini tercermin pada tabel 8, nilai distribusi PDRB atas dasar harga berlaku yang masih didominasi oleh sektor pertambangan penggalian dan pertanian
masing-masing sebesar 51,44 dan 24,84. Hal ini menunjukkan perlu adanya dorongan dalam proses transformasi ekonomi Kabupaten Nunukan dari sektor
primer ke sektor sekunder dan tersier. Tabel 8. Struktur perekonomian menurut lapangan usaha tahun 2003 – 2007
SektorSub Sektor 2003
2004 2005
2006 2007
Pertanian 37,08 33,27 21,03 21,01 24,84
Pertambangan dan Penggalian 38,85 43,01 62,40
57,78 51,44
Industri Pengolahan 0,04
0,04 0,03
0,03 0,24
Listrik, Gas dan Air Minum 0,60
0,65 0,46
0,49 0,49
Bangunan 6,77 6,28
3,95 4,19
4,33 Perdagangan, Hotel dan Restoran
9,37 9,84
7,27 10,08
11,28 Angkutan dan Komunikasi
2,30 2,34
1,68 2,03
2,06 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
0,17 0,16
0,11 0,13
0,14 Jasa-jasa 4,82
4,41 3,06
4,26 5,18
PDRB 100 100
100 100
100
Sumber: Kabupaten Nunukan dalam Angka, 2008
4.1.8 Kebijakan Pembangunan Kabupaten Nunukan
Kebijakan struktur tata ruang dalam RTRW Kabupaten Nunukan adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan sistem kota atau sistem pusat-pusat permukiman yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominan.
2. Mengembangkan prasarana wilayah yang mampu mendukung terwujudnya sistem kota-kota sistem pusat-pusat permukiman di Kabupaten Nunukan.
3. Mengembangkan kawasan-kawasan potensial di Kabupaten Nunukan dan mendukung terwujudnya struktur tata ruang yang diinginkan.
Kebijakan pemanfaatan ruang Kabupaten Nunukan yang bertujuan mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung
lingkungan, menjaga keseimbangan ekosistem, dan meningkatkan daya dukung lingkungan buatan guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan untuk
kesejahteraan masyarakat.
1.
Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
2.
Meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan ruang secara serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan.
3.
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta mencegah timbulnya kerusakan fungsi dan tatanan lingkungan hidup.
Pengembangan prasarana wilayah diarahkan untuk mendukung terwujudnya prasarana wilayah yang diarahkan untuk mendukung terwujudnya struktur tata
ruang dan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan yang telah direncanakan. Oleh karena itu, peningkatan dan pembangunan prasarana wilayah didasarkan pada
rencana struktur tata ruang serta rencana pemanfaatan ruang wilayah. Secara lebih rinci kebijakaan pengembangan prasarana yaitu sebagai berikut:
1.
Pengembangan prasarana transportasi diarahkan untuk menghubungkan antara sentra produksi, pusat pengumpul, dan distribusi serta pasar.
2.
Pengembangan prasarana pengairan diarahkan untuk mendukung pengembangan pertanian lahan basah sawah dan tambak.
3.
Pengembangan pasokan energi listrik diarahkan untuk memenuhi kebutuhan di sentra produksi dan permukiman.
4.
Pengembangan prasarana penyediaan air bersih diarahkan pada pusat permukiman dan daerah yang rawan air bersih.
5.
Pengembangan prasarana industri perkebunan dan perikanan skala besar. Kecamatan Nunukan dan Sebatik merupakan pusat pertumbuhan hierarki I di
Kabupaten Nunukan. Hal ini berdasarkan kegiatan sosial-ekonomi yang berada dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sabah, Malaysia sehingga sangat
strategis untuk pengembangan perdagangan antarnegara. Ciri-ciri pusat pertumbuhan ini ditandai oleh antara lain sebagai berikut:
− Pola penggunaan lahan yang didominasi oleh kegiatan nonpertanian, antara lain adanya kegiatan campuran permukiman dan kegiatan lainnya.
− Adanya pemusatan lokasi kegiatan sosial ekonomi yang mencirikan kegiatan perkotaan.
− Ketersediaan fasilitas sosial dan sarana ekonomi yang lengkap. − Mudah diakses dari segala penjuru wilayah di Kabupaten Nunukan.
Sesuai dengan fungsi pertumbuhan, Kecamatan Nunukan sebagai Ibukota Kabupaten merupakan pusat kegiatan ekonomi skala regional dan skala
internasional, lokasi pangkalan niaga, pergudangan, terminal agribisnis, industri, pemukiman, dan faslitas sosial-ekonomi yang berorientasi pelayanan antarpulau
dan antarnegara. Selanjutnya, dalam RTRW, disebutkan rencana pengembangan permukiman perkotaan di Kabupaten Nunukan. Pengembangan permukiman
perkotaan dilakukan melalui peningkatan fungsi pusat-pusat ekonomi perkotaan dan pusat-pusat permukiman desa yaitu di Kecamatan Nunukan, Mansalong, Long
Bawan, Pembeliangan, Tau Lumbis, Tanjung Karang, dan Atap. Rencana pengembangan permukiman perkotaan di Kabupaten Nunukan diarahkan pada
pengembangan permukiman perkotaan yang dapat memenuhi kebutuhan lingkungan hunian yang serasi dan selaras. Rencana pengembangan permukiman
perkotaan di Kabupaten Nunukan akan diarahkan pada permukiman perkotaan Nunukan, Tanjung Karang, Atap, Long Bawan, Mansalong, Pembeliangan, dan
Tau Lumbis.