22
22
2.1.4 Karakteristik Siswa SD
Teori perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental. Teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk
belajar yang dikemas dalam tahap-tahap perkembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa. Menurut Piaget 1988 dalam Suyono dan Hariyanto 2014: 83
ada empat tingkat perkembangan kognitif anak yaitu: 1 Tahap sensori motor; 2 Tahap pra-operasional; 3 Tahap operasional konkret; 4 Tahap operasional
formal. Tahap sensori motor berlangsung sejak lahir sampai sekitar usia 2 tahun.
Dalam dua tahun pertama kehidupannya, bayi dapat memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba, memegang, mengecap, mencium, mendengarkan
dan menggerakkan anggota tubuh. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik dan motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif penting
muncul pada saat ini. Anak mulai memahami bahwa perilaku tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya.
Tahap pra-operasional sekitar usia 2 – 7. Pada tahap pra-operasional
kecenderungan anak untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsi tentang realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan, anak mampu
mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelektual anak dibatasi oleh egosentrisnya, yaitu bahwa ia tidak menyadari jika orang lain dapat berpandangan
berbeda dengannya tentang sesuatu objek yang sama. Akibatnya sering terjadi kesalahan dalam memahami objek.
Tahap operasional konkret berlangsung sekitar 7 – 11. Pada kurun waktu
ini pikiran logis anak mulai berkembang. Usahanya mengerti tentang alam sekeliling datang dari pancaindera. Anak yang sudah mampu berpikir secara
23
23 operasi konkret juga sudah menguasai pembelajaran penting, yaitu ciri yang
ditangkap oleh pancaindera. Anak seringkali dapat mengikuti logikapenalaran, tetapi jarang mengetahui jika membuat kesalahan. Anak dapat melakukan
klasifikasi, pengelompokkan dan pengaturan masalah tetapi belum sepenuhnya menyadari.
Tahap operasional formal mulai usia 11 tahun dan seterusnya. Sejak tahap ini anak mulai mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide. Mereka
sudah mampu memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Selain itu mereka mampu menyusun hipotesis yang bersifat abstrak. Dengan kata lain,
model berpikir ilmiah dan induktif sudah mulai dimiliki anak, kemampuan menarik simpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesis. Sehingga pada
tahap ini anak dapat bekerja secara efektif dan sistematis, secara proporsial serta menarik generalisasi secara mendasar.
Menurut teori Piaget 1988, siswa sekolah dasar berada direntang usia 7 –
12 tahun yaitu tahap operasional konkret. Dalam tahap ini, siswa dapat berpikir secara operasional, cara berfikir logis, dan adanya kecenderungan pada objek-
objek konkret, tetapi belum bisa berpikir secara abstrak. Anak-anak usia sekolah memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda.
Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Oleh sebab itu, guru
hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran. Menurut Desmita 2012: 35, tugas perkembangan anak usia
sekolah dasar meliputi.
24
24 1 Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan
dan aktiitas fisik; 2 Membina hidup sehat; 3 Belajar bergaul dan berkelompok; 4 Belajar menjalankan peranan sosial sesuai jenis
kelamin; 5 Belajar membaca, menulis dan berhitung agar mampu berpasrtisipasi dalam masyarakat; 6 Memperoleh sejumlah konsep
yang diperlukan untuk berpikir efektif; 7 Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai; 8 Mencapai kemandirian pribadi.
Guru dapat memanfaatkan karakteristik anak yang senang bermain, bergerak, dan melakukan hal-hal baru menggunakan model pembelajaran
Quantum Teaching berbantu media puzzle. Dengan menggunakan model tersebut, anak akan semakin aktif dan kreatif karena model Quantum Teaching
menciptakan suasana belajar yang meriah agar siswa dapat menyerap semua pengetahuan yang diajarkan. Selain menggunakan model Quantum Teaching, guru
membutuhkan media untuk menunjang model pembelajaran tersebut. Media yang digunakan berupa puzzle. Puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang
daya kreativitas dan ingatan. Siswa merasa termotivasi untuk senantiasa mencoba memecahkan masalah, namun tetap menyenangkan sebab bisa diulang-ulang.
Tantangan dalam permainan ini akan membuat siswa selalu ingin mencoba, mencoba dan terus mencoba hingga berhasil. Biasanya, siswa akan sangat senang
untuk menyusun dan mencocokkan bentuk gambar dari puzzle tersebut.
2.1.5 Performansi Guru