38
38 1 Media visual merupakan media yang bersifat visual dan hanya
mampu dilihat dengan menggunakan indra penglihatan. Contoh media visual adalah gambar, sketsa, diagram, baganchart, grafik, kartun,
poster, dan papan flannel; 2 Media Audio merupakan media yang bersifat auditif hanya dapat didengar yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Contoh media audio adalah radio dan alat
perekam pita magnetic; 3 Media Audio-Visual merupakan kombinasi dari audio dan visual atau sering disebut dengan media pandang-
dengar. Contoh media audio-visual di antaranya program video, televisi, program slide suara.
Tidak semua media dapat digunakan. Berdasarkan jenis media pembelajaran, puzzle tergolong dalam jenis media visual, karena puzzle hanya bisa
dilihat melalui indera penglihatan. Agar media memberikan manfaat kepada anak didik, maka diperlukan analisis faktor-faktor kesesuaian media. Faktor-faktor
tersebut yaitu: 1 Tujuan pembelajaran; 2 Karakteristik siswa; 3 Modalitas belajar siswa auditif, visual, dan kinestetik; 4 Lingkungan; 5 Ketersediaan
fasilitas pendukung Susilana dan Riyani, 2009: 69. Media pendidikan sebagai salah satu sarana belajar yang dapat
menyalurkan pesan sehingga membantu proses pembelajaran. Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan sebagai berikut: 1 Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis; 2 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera; 3 Penggunaan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik Sadiman dkk, 2014: 17.
2.1.13 Media Puzzle
Puzzle merupakan permainan menyusun kepingan gambar sehingga menjadi sebuah gambar yang utuh. Permainan ini membutuhkan ketelitian,
melatih anak untuk memusatkan pikiran, karena anak harus berkonsentrasi ketika
39
39 menyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi sebuah gambar
yang utuh dan lengkap. Puzzle termasuk mainan anak yang memiliki nilai-nilai yang edukatif Haryono, 2013: 137.
Usia sekolah dasar merupakan usia anak yang masih bermain sambil belajar. Siswa lebih memahami materi pembelajaran jika materi tersebut
disampaikan dengan permainan. Permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Puzzle merupakan salah satu
permainan yang sangat cocok diterapkan saat pembelajaran menulis narasi untuk siswa sekolah dasar. Melalui permainan puzzle siswa diminta untuk menyusun
potongan-potongan gambar sehingga membentuk gambar suatu peristiwa sesuai urutan waktunya. Siswa akan berlomba-lomba untuk menyusun puzzle menjadi
gambar yang utuh. Permainan puzzle tidak akan membuat siswa mudah bosan untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Puzzle mempunyai
beberapa manfaat bagi anak-anak yaitu: 1 Meningkatkan keterampilan kognitif; 2 Meningkatkan keterampilan motorik halus; 3 Meningkatkan keterampilan
sosial; 4 Melatih koordinasi mata dan tangan; 5 Melatih logika; 6 Melatih kesabaran; dan 7 Memperluas pengetahuan Syukron: 2011.
Dengan bermain puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu menyusun gambar. Pada tahap awal mengenal puzzle, mereka mungkin mencoba
untuk menyusun gambar puzzle dengan cara mencoba memasang-masangkan bagian-bagian puzzle tanpa petunjuk. Dengan sedikit arahan dan contoh, maka
anak sudah dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara mencoba menyesuaikan bentuk, menyesuaikan warna, atau logika. Keterampilan motorik
halus fine motor skill berkaitan dengan kemampuan anak menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan. Supaya puzzle dapat tersusun
40
40 membentuk gambar, maka bagian puzzle harus disusun secara hati-hati. Cara
siswa memegang bagian puzzle akan berbeda dengan cara memegang boneka atau bola. Memegang dan meletakkan puzzle mungkin hanya menggunakan dua atau
tiga jari, sedangkan memegang boneka atau bola dapat dilakukan dengan menggunakan kelima jari dan telapak tangan sekaligus.
Keterampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara perorangan maupun kelompok.
Permainan yang dilakukan oleh anak-anak secara kelompok akan meningkatkan interaksi sosial anak. Media puzzle digunakan untuk melatih koordinasi mata dan
tangan. Selain itu membantu melatih logika anak. Ketika anak melihat puzzle bergambar maka anak akan menyimpulkan gambar tersebut sesuai dengan logika.
Puzzle dapat melatih kesabaran siswa dalam menyelesaikan suatu tantangan, karena dalam bermain puzzle membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan
memerlukan waktu untuk berpikir dalam menyusun puzzle tersebut. Hal ini dapat menumbuhkan semangat pantang menyerah dalam menyusun potongan-potongan
gambar puzzle menjadi suatu gambar yang utuh. Melalui media puzzle, siswa akan belajar banyak hal, misalnya tentang warna, bentuk, angka, dan huruf. Siswa
dapat belajar tentang warna-warna, bentuk suatu benda, angka, ataupun huruf yang terdapat dalam gambar puzzle tersebut. Pengetahuan yang diperoleh dengan
cara ini akan lebih mengesankan bagi siswa daripada pengetahuan yang diperoleh dengan cara menghafal.
2.2 Kajian Empiris