Tabel 4 menunjukkan penduduk desa Pantai Gading memiliki beragam mata pencaharianpekerjaan. Sebagian besar penduduk desa Pantai Gading adalah
berprofesi nelayan dan petani. Penduduk yang berprofesi sebagai nelayan sebanyak 534 jiwa dengan persentase sebesar 35,6, sedangkan penduduk yang
berprofesi sebagai petani sebanyak 528 jiwa dengan persentase sebesar 35,2. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan antara
penduduk dengan berprofesi sebagai nelayan dan petani adalah sebesar 0,4 atau 6 jiwa.
4.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di desa Pantai Gading terdiri dari sekolah, tempat peribadatan, transportasi, air bersih dan sanitasi dan kesehatan. Kelima jenis
sarana dan prasarana ini tersedia dengan kondisi baik. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Sarana dan Prasarana di desa Pantai Gading Tahun 2013 No
Fasilitas Sarana dan
Prasarana Jumlah
1 Pendidikan
TK SD
3 4
2 Transportasi
Jembatan Beton Pelabuhan
2 2
3 Tempat Peribadatan
Masjid Musholla
4 4
4 Kesehatan
Posyandu 4
5 Perkantoran
Kantor Desa 1
Sumber: Arsip Desa Pantai Gading Kec. Secanggang Kab. Langkat Tabel 9 menunjukkan sarana dan prasarana di desa Pantai Gading masih sangat
minim, dimana fasilitas kesehatan seperti puskesmas tidak ada didaerah tersebut. Sarana dan prasarana untuk sekolah di desa Pantai Gading hanya TK sebanyak 3
Universitas Sumatera Utara
unit dan SD sebanyak 4 unit. Sekolah SMP berada di desa karang Gading yang langsung berbatasan dengan desa pantai Gading.
4.3 Karakteristik Sampel
4.3.1 Produsen
Produsen dalam penelitian ini adalah orang yang membudidayakan kepiting di desa Pantai Gading. Pelaku budidaya kepiting cukup tersebar di desa Pantai
Gading. Untuk tujuan penjualan produsen dapat menjual kepiting kepada pedagangagen maupun konsumen langsung.
Adapun karakteristik produsen yaitu meliputi umur, lama pendidikan, jumlah
tanggungan, lama usaha, dan volume produksi perhari. Karakteristik sampel dapat dilihat pada Tabel 10 dibawah ini:
Tabel 10. Karakteristik Produsen No
Uraian Satuan
Rentang Rata-rata
1 Umur
Tahun 22 - 52
40,4 2
Pendidikan Tahun
12 - 18 13,6
3 Jumlah tanggungan
Jiwa 1 - 6
3,3 4
Lama usaha Tahun
1 - 15 7,6
5 Volume produksi
Kgpanen 18 - 300
114 Sumber: Lampiran 1
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa rata-rata umur produsen kepiting di Desa
Pantai Gading adalah 40 tahun dengan lama pendidikan rata-rata selama 13 tahun dan memiliki rata-rata jumlah tanggungan sebanyak 3 orang. Untuk rata-rata lama
usaha produsen kepiting yaitu 7 tahun dengan rata-rata volume produksi sebanyak 114 Kgpanen.
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Pedagang Perantara 1. Agen
Agen adalah orang yang menjadi perantara yang mengusahakan penjualan bagi perusahaan lain atau pedagang lain. Para agen yang membeli kepiting langsung
dari produsen dalam jumlah yang besar kemudian menjualnya kepada pedagang pengecer. Agen yang tersebar di Desa Pantai Gading terdapat di tiga dusun yaitu
di dusun II, dusun III dan dusun X. Selain dijual langsung kepada para pengecer, kepiting tersebut juga dijual kepada konsumen. Tak jarang juga para agen
menjualnya kepada para eksportir yang ada di Medan. Adapun karakteristik agen dalam penelitian ini yaitu umur, lama pendidikan, lama pengalaman, dan volume
pembelian kepiting.
Tabel 11. Karakteristik Agen No
Uraian Satuan
Rentang Rata-rata
1 Umur
Tahun 28
– 45 35
2 Pendidikan
Tahun 12
– 18 16,2
3 Pengalaman
Tahun 5
– 15 8
4 Volume Pembelian
Kgminggu 35 - 92
70,6 Sumber: Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 11 diatas rata-rata umur agen yaitu 35 tahun dengan rata-rata
lama pendidikan 16,2 tahun. Para agen ini memiliki rata-rata pengalaman selama 8 tahun dengan rata-rata volume pembelian sebanyak 70,6 kgminggu.
2. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli kepiting dari produsen langsung atau melalui pedagang besar. Penyebaran pedagang pengecer di Desa
Pantai Gading tersebar di beberapa pasar dan tak jarang mereka menjualnya ke pedagang pengecer di Medan. Pedagang pengecer kemudian menjualnya langsung
Universitas Sumatera Utara
kepada konsumen dengan menjajakan langsung kepiting di pasar ataupun melalui pesanan konsumen langsung. Kepiting yang dibeli dijual kepada konsumen tidak
jauh berbeda dengan di pasar Kabupaten Langkat. Selisih harga penjual mencapai Rp 5.000kg. Adapun karakteristik sampel pedagang pengecer adalah:
Tabel 12. Karakteristik Pedagang Pengecer No
Uraian Satuan
Rentang Rata-rata
1 Umur
Tahun 40
– 54 47,25
2 Pendidikan
Tahun 12
– 15 12,75
3 Pengalaman
Tahun 1
– 8 5,25
4 Volume Pembelian
Kgminggu 20 - 40
33,75 Sumber: Lampiran 1
Berdasarkan Tabel 12 rata-rata umur pedagang pengecer yaitu 47,25 tahun dengan
rata-rata lama pendidikan 13 tahun. Para pedagang pengecer ini memiliki rata-rata pengalaman selama 5 tahun. Rentang volume pembelian tiap minggunya yaitu
mulai 20 kg sampai 40 kg dengan rata-rata volume pembelian sebanyak 33,75 kgminggu. Penjualan kepiting di Desa Pantai Gading tergantung dengan
permintaan. Pada saat imlek penjualan kepiting melebihi 30 kg sedangkan pada saat hari biasa penjualan kepiting tidak lebih dari 20 kg.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Saluran Tataniaga
Saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat diketahui melalui cara penelusuran langsung ke lokasi
penelitian yaitu mulai dari produsen kepiting sampai kepada konsumen. Dalam tataniaga kepiting ini terdapat beberapa lembaga tataniaga yang dilibatkan
dalam saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading yaitu produsen, agen, dan pedagang pengecer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai
Gading dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Skema Saluran Tataniaga Kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat
I
II I
III
II I
PRODUSEN
KONSUMEN AGEN
PENGECER
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 3 saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading yaitu:
1. Saluran I Produsen – Agen – Pedagang Pengecer – Konsumen
2. Saluran II Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen
3. Saluran III Produsen – Konsumen
5.1.1 Saluran I
Gambar 3. Skema Saluran I Tataniaga Kepiting
Saluran I dalam tataniaga kepiting di Desa Secanggang yaitu produsen menjual kepiting kepada agen. Pedagang pengecer lalu membeli kepiting kepada agen lalu
menjual kembali kepada konsumen. Volume produksi produsen mulai dari 20 kg sampai 300 kg setiap panennya. Para
produsen menjual kepiting dengan mendatangi langsung rumah agen kepiting. Untuk pedagang pengecer membeli kepiting langsung dari agen untuk menjual
kembali kepada konsumen. Saluran ini merupakan saluran terpanjang dalam tataniaga kepiting di Desa Pantai
Gading. Harga kepiting yang diterima konsumen pada saluran inipun lebih mahal dibandingkan harga dari saluran lain. Rata-rata harga yang diterima konsumen
yaitu Rp 55.000kg. Produsen
Agen Pedagang
Pengecer Konsumen
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Saluran II
Gambar 4. Skema Saluran II Tataniaga Kepiting Pada saluran II, yaitu produsen menjual kepiting kepada pedagang pengecer.
Kemudian pedagang pengecer dapat menjual langsung kepiting tersebut kepada konsumen. Para pedagang pengecer biasanya berjualan di pasar Secanggang dan
sebagian konsumen datang kerumah pedagang pengecer tersebut. Harga kepiting yang diterima konsumen pada saluran ini lebih murah
dibandingkan pada saluran I. Rata-rata harga kepiting yang diterima konsumen yaitu sebesar Rp 56.000kg.
5.1.3 Saluran III
Gambar 5. Skema Saluran III Tataniaga Kepiting
Pada Gambar 5, produsen menjual langsung kepiting kepada konsumen.
Konsumen dapat mendatangi langsung rumah produsen kepiting atau dapat diantarkan ke rumah konsumen. Konsumen yang membeli langsung dari produsen
biasanya mendapatkan harga lebih murah dibandingkan jika membeli dari pedagang pengecer. Rata-rata harga kepiting yang diterima konsumen pada
saluran ini adalah Rp 52.000kg. Produsen
Pedagang Pengecer Konsumen
Produsen Konsumen
Universitas Sumatera Utara
5.2 Fungsi-fungsi Tataniaga Lembaga Tataniaga
Dalam kegiatan tataniaga kepiting, terdapat lembaga tataniaga yang terlibat yaitu produsen, agen, pedagang pengecer. Masing-masing lembaga tersebut melakukan
fungsi-fungsi tataniaga yang bertujuan untuk memperlancar penyampaian kepiting dari produsen sampai ke konsumen akhir. Namun fungsi tataniaga yang dilakukan
setiap lembaga tataniaga tidak selalu sama. Semakin banyak fungsi yang dilakukan oleh lembaga tataniaga maka semakin besar pula biaya yang
dikeluarkan dan sebaliknya.
Tabel 13. Fungsi-fungsi tataniaga yang Dilakukan Lembaga Tataniaga
No Fungsi Tataniaga
Produsen Agen
Pedagang Pengecer
1 Pembelian
x √
√ 2
Penjualan √
√ √
3 Pengangkutan
√ √
√ 4
Penyimpanan √
√ √
5 Pengolahan
x x
x 6
Standarisasi √
√ √
7 Pembiayaan
√ √
√ 8
Penanggungan Resiko √
√ √
9 Informasi Pasar
√ √
√ Sumber: Lampiran 4
Keterangan: x
: Tidak melaksanakan fungsi tersebut √
: Melaksanakan fungsi tersebut 5.2.1 Produsen
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa produsen melakukan hampir seluruh fungsi tataniaga kecuali fungsi pembelian. Untuk menghasilkan kepiting,
produsen melakukan fungsi standarisasi ukuran. Kepiting yang akan dijual sebelumnya akan dilakukan pemilihan ukuran. Ukuran yang lebih dari 300 ons
Universitas Sumatera Utara
inilah yang akan dijual kepasar dan diekspor. Kepiting yang diproduksi produsen kemudian dikemas, lalu disimpan dan dijual ke Agen. Pengemasan berupa plastik
atau jaring. Untuk mengantar kepiting ini, produsen juga mengeluarkan biaya transportasi. Fungsi penanggungan resiko juga dialami produsen mulai dari
pembibitan, pengelolaan kolam sampai proses panen dan menjualnya ke agen. Agen dan pedagang pengecer juga melakukan penanggungan resiko seperti
penyimpanan dan menjualnya ke konsumen atau eksportir. Tidak hanya produsen yang perlu mengetahui informasi pasar mengenai harga. Agen dan pedagang
pengecer juga melakukan fungsi informasi pasar. Informasi pasar yang dilakukan adalah informasi harga bahan baku maupun harga jual kepiting agar tetap dapat
melakukan usahanya.
5.2.2 Agen
Agen melakukan beberapa fungsi yaitu pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, dan informasi
pasar. Agen membeli kepiting dari produsen setiap hari dalam seminggu. Agen juga melakukan penyimpanan dirumahnya karena biasanya agen membeli
kepiting tersebut dalam jumlah yang tidak sedikit. Lalu menjual kepiting kepada pedagang pengecer Pantai Gading dan eksportir di Medan. Agen juga
menyediakan jasa antar jika pedagang pengecer tidak ingin datang langsung ke rumah agen. Untuk pengemasan agen cukup menggunakan wadah kotak yang
terbuat dari sterofoam putih untuk mengangkut kepiting dari Desa Pantai Gading ke eksportir Medan.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer melakukan fungsi yang sama dengan agen. Pedagang pengecer dapat mengecerkan langsung kepiting di pasar Pantai Gading, pasar
Medan. Pedagang pengecer juga menyediakan jasa antar jika konsumen membeli dalam jumlah banyak. Rata-rata volume pembelian kepiting pedagang pengecer
yaitu 33,75 kg setiap minggunya. Pembelian kepiting oleh pedagang pengecer terjadi setiap hari dalam seminggu. Didalam menjual kepiting ke pasar, pedagang
pengecer hampir setiap minggu ada 1 kg kepiting yang tidak layak dijual dan sebagian berukuran kecil sehingga mereka melakukan fungsi penyimpanan sehari
hingga tiga hari. Dengan adanya fungsi penyimpanan maka pedagang pengecer otomatis melakukan fungsi penanggungan resiko untuk tetap menjual ke pasar
kembali. Untuk fungsi pengemasan biasanya pedagang pengecer hanya perlu menyediakan kantong plastik bagi konsumen dan kotak sterofoam bila ada
pedagang pengecer yang ingin membeli kepiting dalam skala 30-50kg. 5.3
Price Spread dan Share Margin
Marjin pemasaran yang dikelompokkan menurut jenis biaya yang sama disebut juga price spread atau absolut margin. Jika angka-angka price spread
dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh share margin Gultom, 1996.
Untuk melakukan price spread dan share margin setiap lembaga pemasaran maka
perlu dihitung biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
Di dalam saluran I, II, III terdapat fungsi pembiayaan yaitu dalam hal ini pembiayaan. Pengemasan yang dilakukan pada masing-masing saluran berbeda
dimasing-masing lembaga tataniaga. Pada produsen biaya pengemasan merupakan terendah dibandingkan agen dan pedagang perantara. Karena pada produsen
hanya menggunakan plastik atau jaring untuk menjual ke padagang perantara atau konsumen. Pada fungsi transportasi lebih tinggi dibandingkan biaya pengemasan
karena biaya antar untuk skala desa membutuhkan beberapa liter bensin. Untuk fungsi transportasi pada agen dan pedagang perantara lebih besar dibandingkan
pengemasan. Hal ini para pedagang perantara menjual kepiting ke eksportir Medan serta pedagang perantara di Medan.
5.3.1 Saluran I
Tabel 14. Price spread dan share margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran I
Produsen – Agen – Pengecer – Konsumen
No Uraian
Price Spread RpKg
Share Margin
1 Produsen
a. Harga Jual
b. Biaya
- Produksi
- Pengemasan
- Transportasi
Total Biaya c.
Marjin Keuntungan d.
Nisbah Marjin Keuntungan 38867
23181 13,03
130,4 23324,4
15542,5 108,3
70,67
42,14 0,027
0,23 42,4
28,2 2
Agen a.
Harga Beli b.
Harga Jual c.
Biaya -
Penyimpanan -
Pengemasan -
Transportasi Total Biaya
d. Marjin Keuntungan
e. Nisbah Marjin Keuntungan
38867 43200
594,9 696,8
1218 2509,8
1823,3 0,72
1,08 1,26
2,214 4,56
3,31 3
Pedagang Pengecer
Universitas Sumatera Utara
a. Harga Beli
b. Harga Jual
c. Biaya
- Penyimpanan
- Pengemasan
- Transportasi
Total Biaya e.
Marjin Keuntungan f.
Nisbah Marjin Keuntungan 43200
55000
459,2 148,14
1333 1940,3
9859,6 5,081
0,83 0,26
2,42
3,52 17,9
4 Konsumen
Harga beli 55000
100 Sumber: Lampiran 5 dan 6 diolah
Pada saluran I, harga 1 kg kepiting yang diterima produsen mulai dari Rp38.000 –
Rp40.000, sehingga rata-rata harga produsen adalah Rp38.867, sedangkan untuk 1 kg kepiting konsumen akhir membayar Rp55.000.
Dari tabel 14 dapat dilihat komponen biaya yang terbesar dikeluarkan oleh produsen yaitu biaya produksi sebesar Rp28.181kg 42,14. Kemudian
pengemasan yaitu sebesar Rp13,03kg 0,023 dan transportasi sebesar Rp130,4kg 0,23. Marjin keuntungan produsen sebesar sebesar Rp15.542kg
28,25. Nisbah marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp108,3kg artinya keuntungan yang dimiliki produsen 108,3 kali lipat lebih besar dibandingkan
dengan biaya pemasarannya. Harga jual Agen yaitu Rp43.200kg dengan biaya pemasaran sebesar
Rp2.509,7kg 4,5. Marjin keuntungan yang diperoleh agen yaitu Rp1823,3kg 3,31. Nisbah marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp0,72kg artinya
keuntungan yang dimiliki agen 0,72 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya.
Universitas Sumatera Utara
Harga jual pedagang pengecer yaitu Rp55.000kg dengan biaya pemasaran sebesar Rp1940,3kg 3,52. Marjin keuntungan yang didapat sebesar
Rp9859,6kg 17,9. Nisbah marjin keuntungan yang didapat sebesar Rp5,08kg artinya keuntungan yang dimiliki pedagang pengecer 5,08 kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan biaya pemasarannya. Pada saluran ini share produsen sebesar 70,66 itu artinya 70,66 dari harga
yang dibayarkan konsumen diterima oleh produsen. Marjin pemasaran pada saluran ini Rp16.133kg.
5.3.2 Saluran II
Tabel 15. Price spread dan share margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran
II Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen
No Uraian
Price Spread RpKg
Share Margin
1 Produsen
a. Harga Jual
b. Biaya
- Produksi
- Pengemasan
- Transportasi
Total Biaya c.
Marjin Keuntungan d.
Nisbah Marjin Keuntungan 38867
23181 13,03
130,4 23324,4
15542,6 108,4
69,4 41,3
0,023 0,23
41,6 27,75
2 Pedagang Pengecer
a. Harga Beli
b. Harga Jual
c. Biaya
- Penyimpanan
- Pengemasan
- Transportasi
Total Biaya d.
Marjin Keuntungan e.
Nisbah Marjin Keuntungan 38867
56000
459,2 148,1
1333 1940,7
15192,3 7,82
0,82 0,26
2,4 3,46
27,12 3
Konsumen Harga beli
56000 100
Sumber: Lampiran 5 dan 6 diolah
Universitas Sumatera Utara
Pada saluran II, untuk 1 kg kepiting rata-rata harga yang diterima produsen
Rp38.867, sedangkan rata-rata harga dikonsumen Rp56.000. Marjin keuntungan produsen Rp15.542,67kg 27,7. Nisbah marjin keuntungan sebesar
Rp108,4kg artinya keuntungan yang dimiliki produsen 108,4 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya.
Adapun total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu Rp1.940,7kg 3,46. Marjin keuntungan yang diperoleh sebesar Rp15.192,3kg 27,1.
Nisbah margin keuntungan yang didapat sebesar Rp7,82kg artinya keuntungan yang dimiliki pedagang pengecer 7,82 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan
biaya pemasarannya. Pada saluran ini share produsen sebesar 69,4 itu artinya 69,4 dari harga yang
dibayarkan konsumen diterima oleh produsen. Marjin pemasaran pada saluran ini sebesar Rp17.133kg.
5.3.3 Saluran III
Tabel 16. Price spread dan share margin Lembaga Pemasaran Pada Saluran
II Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen
No
Uraian Price Spread
RpKg Share Margin
1 Produsen
a. Harga Jual
b. Biaya
- Produksi
- Pengemasan
- Transportasi
Total Biaya c.
Marjin Keuntungan d.
Nisbah Marjin Keuntungan 52000
23181 13,03
130,4 25414,7
28675,5 199,92
100 44,5
0,025 0,25
44,8 55,14
2 Konsumen
Harga Beli 52000
100 Sumber: Lampiran 5 dan 6 diolah
Universitas Sumatera Utara
Pada saluran ini produsen menjual langsung kepiting kepada konsumen sehingga marjin pemasaran sebesar Rp0kg atau share produsen sebesar 100 artinya
bahwa seluruh harga yang dibayar oleh konsumen akhir diterima oleh produsen. Marjin keuntungan yang diterima produsen pada saluran ini merupakan yang
tertinggi yaitu Rp28.675,5kg 55,14. Nisbah marjin keuntungan produsen yaitu Rp199,92kg artinya keuntungan yang diperoleh produsen 199,92 kali lipat
lebih besar dibandingkan biaya pemasarannya.
5.4 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran perlu diketahui untuk mengidentifikasi apakah saluran pemasaran suatu produk sudah tergolong efisien atau tidak. Untuk menghitung
efisiensi saluran pemasaran kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dapat menggunakan empat metode. Empat
metode tersebut bertujuan agar dapat mengidentifikasi efisiensi pemasaran secara menyeluruh jika dilihat dari setiap metode komponen berbeda.
5.4.1 Metode Shepherd
Pada metode ini efisiensi pemasaran di tinjau dari perbandingan yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran kemudian dikurang satu. Saluran pemasaran dengan nilai
efisiensi tertinggi merupakan saluran pemasaran yang paling efisien dan sebaliknya.
Tabel 17. Efisensi Saluran Pemasaran dengan Metode Shepherd Uraian
Saluran I Saluran II
Saluran III
Harga Konsumen 55.000
56.000 52.000
Biaya Pemasaran 4593,4
2084,03 143,43
Efisiensi 10,97
25,8 361,5
Sumber: Lampiran 5 dan 6 diolah
Universitas Sumatera Utara
Dapat dilihat bahwa nilai efisiensi tertinggi diperoleh pada saluran III yaitu 361,5 ini berarti bahwa saluran III merupakan saluran yang paling efektif. Kemudian
saluran II dengan nilai efisiensi sebesar 25,8 dan disusul oleh saluran I dengan nilai efisiensi sebesar 10,97. Hal ini disebabkan karena saluran II, harga kepiting
yang dibayarkan merupakan yang terbesar yaitu Rp56.000kg sedangkan pada saluran I biaya yang dikeluarkan merupakan paling besar diantara saluran yang
lainnya.
5.4.2 Metode Acharya dan Aggarwal
Nilai efisiensi pada metode ini diperoleh dari perbandingan harga yang diterima oleh produsen dengan biaya pemasaran ditambah marjin keuntungan tiap lembaga
pemasaran. Saluran dengan nilai efisiensi tertinggi merupakan saluran pemasaran yang paling efisien.
Tabel 18. Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Acharya dan Aggarwal
Uraian
Saluran I Saluran II
Saluran III
Harga Produsen 38867
38867 52000
Biaya Pemasaran 4593,4
2084,03 143,43
Marjin Keuntungan 27225,52
30734,9 28675,5
Efisiensi 1,3
1,26 1,94
Sumber: Lampiran 5 dan 6 diolah Dalam metode ini dapat diketahui bahwa nilai efisiensi terendah terdapat pada
saluran II sebesar 1,26, kemudian saluran I sebesar 1,3 dan saluran III sebesar 1,94, artinya bahwa saluran III merupakan saluran yang paling efisien dibanding
saluran yang lain. Hal ini disebabkan karena pada saluran III, produsen menjual langsung kepiting kepada konsumen sehingga harga yang diterima produsen pada
Universitas Sumatera Utara
saluran ini merupakan yang termurah dibanding saluran lain yaitu sebesar Rp52.000kg.
5.4.3 Composite Index Methode
Metode ini melihat dari tiga indikator yaitu share produsen, biaya pemasaran dan marjin pemasaran lembaga pemasaran.
Tabel 19. Indikator dalam Composite Index Methode Uraian
Saluran I Saluran II
Saluran III
Share Produsen 70,67
69,4 100
Biaya Pemasaran 4593,4
2084,03 143,43
Marjin Keuntungan 27225,52
30734,9 28675,5
Sumber: Lampiran 5 dan 6 diolah Setelah dikelompokkan berdasarkan indikator maka setiap saluran akan diberi
skor 1-3 kemudian akan ditotalkan dan dibagi dengan jumlah indikator yang digunakan. Untuk nilai share produsen diberi 1-3 mulai dari yang paling tinggi
sampai yang tertinggi karena semakin rendah, biaya pemasaran dan marjin keuntungan maka semakin baik suatu pemasaran. Saluran dengan nilai index yang
paling rendah merupakan saluran paling efisien.
Tabel 20. Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Composite Index Methode Saluran
Indikator Composite
Index RjNj Final
Ranking
I1 I2
I3
Saluran I 3
3 3
3 3
Saluran II 2
2 1
1,6 2
Saluran III 1
1 2
1,3 1
Berdasarkan Composite Index Methode dapat dilihat bahwa nilai index yang
terendah sampai tertinggi berturut-turut yaitu saluran III sebesar 1,3, saluran II sebesar 1,6, saluran III sebesar 3. Berarti bahwa saluran III merupakan saluran
yang paling efisien diantara dua saluran lainnya. Pada saluran III terlihat bahwa
Universitas Sumatera Utara
share produsen sebesar 100, ini menunjukkan bahwa semua harga yang
dibayarkan oleh konsumen akhir diterima oleh produsen saja. 5.4.4 Marketing Efficiency Index Method
Metode ini efisiensi pemasaran ditunjukkan dari perbandingan biaya pemasaran yang dikeluarkan lembaga pemasaran dengan marjin keuntungan yang mereka
peroleh di tambah satu. Nilai efisiensi yang tinggi menunjukkan saluran pemasaran yang efisien.
Tabel 21. Efisiensi Pemasaran dengan Marketing Efficiency Index Method Uraian
Saluran I Saluran II
Saluran III
Marjin Keuntungan 27225,52
30734,9 28675,5
Biaya Pemasaran 4593,4
2084,03 143,43
Efisiensi 6,92
15,7 200
Sumber: Lampiran 5 dan 6 diolah Dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai efisiensi saluran I merupakan yang
terendah 6,92, kemudian saluran II sebesar 15,7, sedangkan saluran III merupakan saluran dengan nilai efisiensi tertinggi sebesar 200.
5.4.5 Metode Soekartawi
Pada metode ini efisiensi pemasaran dilihat dari persentase perbandingan biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan atau harga konsumen. Adapun
perhitungan efisiensi saluran pemasaran kepiting dapat dilihat pada tabel 22 dibawah ini.
Tabel 22. Efisiensi Saluran Pemasaran dengan Metode Soekartawi Uraian
Saluran I Saluran II
Saluran III
Biaya Pemasaran 4593,4
2084,03 143,43
Harga Konsumen 55.000
56.000 52.000
Efisiensi 8,3
3,7 0,27
Sumber: Lampiran 5 dan 6 diolah
Universitas Sumatera Utara
Pada metode ini semakin kecil nilai efisiensi maka semakin tinggi tingkat efisiensi saluran pemasaran. Berdasarkan tabel bahwa nilai efisiensi yang terkecil diperoleh
saluran III sebesar 0,27 ini menunjukkan bahwa saluran III merupakan saluran yang paling efisien diantara saluran lain. Ini ditunjukkan pada saluran III, biaya
pemasaran dikeluarkan merupakan yang paling rendah diantara saluran lain. Hal ini disebabkan karena saluran III merupakan saluran terpendek yaitu produsen
yang langsung menjual kepiting kepada konsumen.
5.4.6 Efisiensi Pemasaran Semua Metode
Pada hasil tabel sebelumnya sudah diketahui bahwa digunakan lima metode untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu saluran pemasaran. Dari kelima metode
tersebut terdapat perbedaan tingkat efisiensi untuk empat saluran pemasaran kepiting di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang.
Tabel 23. Urutan Efisiensi dengan Kelima Metode Saluran
pemasaran
Metode Perhitungan Efisiensi Metode
Shepherd Acharya
dan Aggarwal
Composite Index
Methode Marketing
Efficiency Index
Methode Metode
Soekartawi
Saluran I 3
2 3
3 3
Saluran II 2
3 2
2 2
Saluran III 1
1 1
1 1
Keempat saluran pemasaran diurutkan dari 1-3 yaitu dari saluran yang paling
efisien sampai saluran dengan tingkat efisiensi yang terendah. Dapat dilihat dari Tabel 23, semua metode perhitungan efisiensi menyatakan bahwa saluran I berada
pada urutan ketiga dan merupakan saluran dengan tingkat efisiensi terendah. Hal ini disebabkan saluran I merupakan saluran terpanjang dalam tataniaga kepiting
sehingga biaya pemasaran yang dikeluarkan adalah yang terbesar dibanding
Universitas Sumatera Utara
saluran lainnya. Marketing marjin pada saluran ini juga merupakan yang tertinggi yaitu Rp16.133kg.
Kemudian semua metode perhitungan efisiensi yang digunakan menyatakan
bahwa saluran III merupakan saluran yang paling efisien atau pada urutan 1. Hal ini disebabkan karena pada saluran III adalah saluran terpendek sehingga biaya
pemasaran yang dikeluarkan merupakan yang terendah. Marketing marjin pada saluran ini Rp 0kg karena produsen menjual kepiting langsung kepada konsumen.
Kemudian disusul oleh saluran II dengan tingkat efisiensi terendah dan volume pembelian rata-rata untuk pedagang pengecer adalah 33,75 kg sedangkan pada
saluran I volume pembelian untuk agen adalah 70,6 kg. Sehingga pada saluran III dikatakan paling efisien untuk skala kecamatan, sedangkan untuk penjualan skala
besar dibutuhkan adanya pedagang perantara agar usaha budidaya kepiting tersebut tetap berjalan.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Terdapat tiga saluran pemasaran kepiting di Desa Pantai Gading yaitu:
a. Saluran I Produsen – Agen – Pedagang Pengecer – Konsumen
b. Saluran II Produsen – Pedagang Pengecer – Konsumen
c. Saluran III Produsen – Konsumen
2. Masing – masing lembaga tataniaga pada setiap saluran melakukan fungsi
pemasaran yang berbeda-beda. a.
Produsen melakukan fungsi penjualan, pengangkutan, pembiayaan, standarisasi, penanggungan resiko, dan informasi pasar
b. Agen melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan,
penyimpanan, pembiayaan, standarisasi dan informasi pasar. c.
Pedagang pengecer melakukan fungsi pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pembiayaan, standarisasi, penanggungan
resiko dan informasi pasar. 3.
Marjin pemasaran pada saluran I sebesar Rp16.133kg, saluran II sebesar Rp17.133kg, saluran III sebesar Rp0kg.
4. Dari lima metode perhitungan efisiensi pemasaran diketahui bahwa saluran
pemasaran yang paling efisien adalah saluran III kemudian saluran II, dan yang terakhir saluran I. Saluran tataniaga kepiting di Desa Pantai Gading
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat sudah tergolong efisien dengan rata-rata share produsen di atas 80.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran