Efisiensi Tataniaga Landasan Teori

Biaya pemasaran suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan price spread dan share margin. Price spread menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang didua tingkat pasar, misalnya pasar lokal dan grosir atau antara grosir dan eceran Hanafiah dan Saefuddin, 1986.

2.2.4 Efisiensi Tataniaga

Didalam rangka perbaikan tataniaga tujuan yang ingin dicapai adalah keuntungan maksimum dan tingkat efisiensi yang tinggi. Penurunan ongkos tataniaga tidak selalu berarti peningkatan efisiensi tataniaga, oleh karena tinggi rendahnya ongkos tataniaga tidak selalu mempengaruhi efisiensi tataniaga, namun dalam banyak hal kasus penurunan ongkos tataniaga suatu komoditi serta menaikkan kualitas komoditi hal ini berarti meningkatkan kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor penting didalam meningkatkan efisiensi tataniaga Sihombing, 2010. Efisiensi pemasaran untuk komoditas pertanian dalam suatu sistem pemasaran dianggap efisien apabila: 1 Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya, 2 Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran Mubyarto, 1986. Pengukuran efisiensi pemasaran yang menggunakan perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran dengan mengubah keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran dan mengurangi biaya pemasaran Sudiyono, 2004. Universitas Sumatera Utara 2.3 Penelitian Terdahulu Menurut penelitian Luhut Sihombing 2005 yang berjudul analisis tataniaga kentang di propinsi Sumatera Utara. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistika. Dalam penelitian tersebut terdapat tiga rantai pemasaran kentang. Pertama, petani – pedagang pengumpul – pedagang besaragen eksportir - eksportir belawan. Kedua, petani – pusat pasar – pusat pasar propinsi Medan – pengecer – konsumen akhir. Ketiga, petani – pedagang pengumpul desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemasaran kentang di daerah penelitian belum efisien. Hal ini dicirikan oleh harga yang diterima petani produsen masih rendah yaitu sebesar 34,95, rendahnya profit share yaitu 13,21, tingginya marketing margin, nisbah margin keuntungan yang kurang merata di antara middleman, rendahnya nilai koefisien korelasi dan elastisitas transmisi harga. Upaya penyempurnaan sistem tataniaga dapat ditempuh dengan penguatan kelembagaan yang ada kelompok tani dan KUD, sehingga fungsi- fungsi tataniaga seperti informasi pasar, risk manajemen dapat bekerja secara optimal. Berdasarkan penelitian Putra Bisuk 2009 yang berjudul analisis tataniaga dan elastisitas transmisi harga CPO internasional terhadap harga TBS kelapa sawit di desa Menanti kecamatan Sosa kabupaten Padang Lawas, metode analisis data dilakukan dengan metode deskriptif dan tabulasi sederhana dengan perhitungan price spread, share margin, perhitungan efisiensi dan elastisitas transmisi harga. Hasil penelitian menunjukkan terdapat dua saluran pemasaran kelapa sawit di Universitas Sumatera Utara desa mananti yaitu petani - pedagang pengumpulagen – PKS saluran pemasaran I dan petani – KUD – PKS saluran pemasaran II. Saluran pemasaran pemasaran kelapa sawit di daerah penelitian diperoleh share profit yang berbeda antara pedagang pengumpulagen dan KUD dan share profit KUD. Nilai efisien yang terdapat pada saluran pada saluran pemasaran I dan II kelapa sawit didaerah penelitian adalah lebih kecil daripada 50, sehingga saluran pemasaran kelapa sawit didaerah penelitian efisien. Koefisien harga CPO internasional bernilai 0,983, artinya dengan persentase perubahan peningkatan harga CPO internasional 1 maka persentase perubahan harga TBS naik sebesar 0,983. Dalam penelitian Hirorimus Limbong 2013 yang berjudul Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Hasil penelitian menunjukkan pada tingkatan petani, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 52,- dengan share marginnya sebesar 0,94. Pada tingkatan pedagang pengumpul, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 225,- dengan share marginnya sebesar 4,09. Sedangkan untuk pedagang pengecer, price spread untuk biaya tataniaga adalah sebesar Rp. 212,- dengan share margin nya sebesar 3,85. 2. Biaya tataniaga, sebaran harga price spread dan persentasi margin share margin pedagang yang menyalurkan sayuran sawi, pedagang pengumpul memperoleh keuntungan yang paling besar di banding lembaga tataniaga yang lain yang terlibat dalam saluran pemasaran. Saluran tataniaga sayuran sawi yang ada di daerah penelitian efisien. Berdasarkan penelitian Afthri Sutrati Ulya 2015 yang berjudul Analisis Pemasaran Pancake Durian di Kota Medan. Metode analisis yang digunakan Universitas Sumatera Utara adalah analisis deskriptif untuk menganalisis saluran pancake durian mulai dari produsen hingga konsumen dan fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran pancake durian. Penelitian tersebut menyimpulkan terdapat empat saluran pemasaran. Pertama, produsen – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen. Kedua, produsen – pedagang besar – konsumen. Ketiga, produsen – pedagang pengecer – konsumen. Keempat, produsen – konsumen. Saluran pemasaran pancake durian di kota Medan sudah tergolong efisien dan dari keempat saluran pemasaran tersebut share produsen diatas 70. 2.4 Kerangka Pemikiran Pemasaran kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat melibatkan beberapa pihak yaitu produsen, agen, pengecer, konsumen akhir. Pola penyampaian kepiting ini disebut saluran tataniaga. Di dalam tataniaga suatu produk biasanya terdapat lebih dari satu saluran tataniaga. Pihak yang terlibat dalam penyampaian kepiting disebut dengan lembaga tataniaga. Setiap lembaga tataniaga tersebut akan melakukan fungsi-fungsi tataniaga seperti fungsi penjualan, fungsi pembelian, fungsi pengangkutan, fungsi penyimpanan, fungsi pengambilan resiko, fungsi pembiayaan dan fungsi informasi pasar. Masing-masing lembaga tataniaga tidak selalu melakukan fungsi yang sama. Semakin panjang saluran tataniaga yang terjadi maka semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat. Lembaga yang terlibat akan melakukan fungsi tataniaga yang mengakibatkan penambahan biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga tataniaga. Universitas Sumatera Utara Biaya tataniaga suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan share margin. Marjin pemasaran adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh pembeli terakhir Hanafiah dan Saefuddin, 1986. Jika nilai share margin telah diketahui maka akan diperoleh pula besar nilai efisiensi tataniaga kepiting. Adapun kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut: Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan: : Ada Hubungan

2.5 Hipotesis Penelitian