peluangkesempatan sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel Sugiono, 2010. Metode ini digunakan karena tidak diketahuinya
jumlah populasi produsen kepiting di Desa Pantai Gading. Metode nonprobability sampling yang digunakan adalah accidental sampling.
Merupakan metode pengambilan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapapun yang dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber data
Hasan, 2002. Banyaknya sampel produsen kepiting diambil 15 orang.
3.2.2 Pedagang
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel agen dan pedagang pengecer yang digunakan adalah metode penelusuran tracer study. To trace artinya
mengikuti jejak yang tidak lain adalah menelusuri. Arti kata menelusuri dapat diketahui bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak
seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu Arikunto,
2002.
Penelusuran yang dilakukan berdasarkan informasi dari petani, maka diperoleh
sampel adalah sebagai berikut: Sampel agen pengumpul sebanyak 5 orang
Sampel pedagang pengecer sebanyak 4 orang
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui secara langsung dari produsen dan pedagang perantara melalui
pengamatan, wawancara, dan kuisioner yang telah dipersiapkan. Data yang
Universitas Sumatera Utara
diambil meliputi identitas sampel, harga pembelian dan penjualan, volume pembelian dan penjualan, serta biaya pemasaran. Sedangkan data sekunder
diperoleh melalui instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik BPS Sumatera Utara untuk memperoleh data produksi dan harga kepiting di Langkat.
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis untuk identifikasi masalah pertama dilakukan dengan metode analisis deskriptif yaitu dengan menganalisis saluran pemasaran kepiting mulai
dari produsen hingga konsumen. Untuk identifikasi masalah kedua juga menggunakan analisis deskriptif dengan
menganalisis fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran tataniaga kepiting.
Model perhitungan yang digunakan untuk menganalisis masalah ketiga adalah
sebagai berikut: 1
Menghitung Marjin Tataniaga Sudiyono, 2004 Mji
= Psi – Pbi
atau Mji
= bti + i Dimana:
Mji = Margin pada lembaga tataniaga tingkat ke
– i RpKg Psi
= Harga jual pada pemasaran tingkat ke – i RpKg
Pbi = Harga beli pada pemasaran tingkat ke
– i RpKg bti
= Biaya pemasaran tingkat ke – i RpKg
i = Keuntungan pemasaran tingkat ke
– i RpKg 2
Menghitung share margin setiap lembaga tataniaga Gultom, 1996
Universitas Sumatera Utara
Sm =
�� ��
�
Dimana: Sm
= Share margin Pp
= Harga yang diterima produsen dan pedagang perantara Rp Pk
= Harga yang dibayar oleh konsumen Rp 3
Menghitung nisbah marjin keuntungan adalah sebagai berikut: �
�� Dimana:
I = Keuntungan lembaga tataniaga Rpkg
Bti = Biaya tataniaga Rpkg
Menurut Thamizhselvan dan Murugan 2012, untuk menghitung efisiensi
tataniaga kepiting pada masalah ke-4 dapat dianalisis dengan menggunakan empat metode.
Maksud digunakannya empat metode ini adalah melihat efisiensi tataniaga secara
menyeluruh jika dilihat dari komponen yang berbeda. Baik dilihat dari segi harga produsen maupun harga konsumen. Empat metode tersebut, yaitu:
1 Metode Shepherd
� = �
� −
Dimana: ME
= Efisiensi Pemasaran V
= Harga Konsumen Rpkg
Universitas Sumatera Utara
I = Biaya Pemasaran Rpkg
Nilai ME yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi tataniaga yang tinggi dan sebaliknya. Sehingga semakin besar harga yang dibayarkan oleh konsumen maka
saluran tataniaga tersebut semakin efisien. 2
Metode Acharya dan Aggarul ME =
FP MC + MM
Dimana: ME
= Efisiensi Pemasara FP
= Harga Produsen Rpkg MC
= Biaya Pemasaran Rpkg MM
= Marjin Pemasaran Rpkg Nilai ME yang tinggi menunjukkan efisiensi tataniaga yang tinggi dan sebaliknya.
Di dalam metode ini efisiensi tataniaga dilihat dari perbandingan harga yang diterima produsen dengan biaya tataniaga ditambah marjin keuntungan. Sehingga
jika harga yang diterima produsen besar maka semakin efisien saluran tataniaga tersebut.
3 Composite index Method
Pada metode ini digunakan tiga indikator yaitu share produsen, biaya tataniaga, dan marjin keuntungan. Ketiga indikator untuk setiap saluran tataniaga tersebut
akan diberi skor. Misal untuk share produsen, semakin besar share produsen maka semakin baik suatu saluran tataniaga. Karena terdapat tiga saluran tataniaga
maka skor mulai 1,2,3 sehingga saluran dengan share produsen tertinggi diberi skor 1 dan saluran seterusnya dengan skor 2 dan 3. Total nilai composite index
Universitas Sumatera Utara
method diperoleh dengan menjumlahkan nilai skor di setiap saluran kemudian
dibagikan jumlah indikator yang digunakan. Indeks efisiensi tataniaga yang rendah menunjukkan saluran yang lebih efisien. Adapun rumusnya sebagai
berikut: �� =
�
Dimana: MEI
= Indeks efisiensi tataniaga Rj
= Total skor indikator setiap saluran Nj
= Jumlah indikator
4 Marketing Efficiency Index Method
Pada metode ini efisiensi tataniaga dihitung dengan rumus: ME = +
Marjin Pemasaran Rpkg Biaya Pemasaran Rpkg
Efisiensi tataniaga yang tinggi ditunjukkan oleh nilai ME yang tinggi dan sebaliknya. Pada metode ini efisiensi tataniaga terjadi jika biaya tataniaga yang
dikeluarkan lebih kecil dari marjin keuntungan lembaga tataniaga. Menurut Soekartawi 2002, efisiensi tataniaga juga dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut: Ep =
Biaya pemasaran Rpkg Harga Konsumen Rpkg
x Dimana jika nilai Ep semakin kecil, maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi
saluran pemasaran. Maka pasar yang tidak efisien akan terjadi kalau:
1. Biaya pemasaran semakin besar, dan
Universitas Sumatera Utara
2. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar.
Oleh karena itu efisiensi pemasaran akan terjadi kalau: 1.
Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi.
2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen
tidak terlalu tinggi.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional