1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah laut Indonesia mempunyai lebih dari 17.500 pulau dan dikelilingi garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan terpanjang dunia setelah Kanada.
Disepanjang pantai tersebut kurang lebih 1,2 juta Ha memiliki potensi sebagai lahan tambak yang digunakan untuk mengelola tambak udang baru 300.000 Ha,
sisanya masih belum dikelola. Maka dari itu peluang untuk membangun budidaya kepiting masih terbuka lebar Rosmaniar, 2008.
Kepiting Bakau Scylla Sp. atau dikenal dengan Kepiting Soka merupakan salah
satu komoditas perikanan yang hidup di perairan pantai, khususnya di hutan-hutan bakau Mangrove. Dengan sumber daya hutan bakau yang luas, maka Indonesia
dikenal sebagai pengekspor kepiting yang cukup besar dibandingkan dengan negara-negara lainnya Irmawati, 2005.
Untuk semester I tahun 2013, dari Indonesia ekspor kepiting dan produk
olahannya mencapai 19.786 ton. Volume ekspor ini meningkat 25,76 dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yaitu 15.733 ton. Adapun nilai
ekspor kepiting tercatat pada tahun 2012 lalu US 183,7 juta pada semester I atau setara dengan Rp 2,09 triliun, menjadi US 198,0 juta Rp 2,25 triliun naik
7,82 pada semester I tahun 2013. Amerika Serikat menjadi pasar ekspor kepiting terbesar dengan volume ekspor 5.711 ton senilai US 104,7 juta atau Rp
1.193 triliun Dinas Perikanan dan Kelautan, 2014.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara 2014 Kabupaten Langkat adalah salah satu daerah sentra produksi Kepiting Bakau.
Jumlah tambak yang ada di Kabupaten Langkat meliputi 8 kecamatan yaitu Secanggang, Tanjung Pura, Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, Besitang
dan Pangkalan Susu, dengan luas sekitar 2.010 Ha 2014 yang berpotensi sebagai pengembangan tambak udang dan kepiting. Adapun luas areal usaha yang
berpotensi sebagai tambak terdapat dalam Tabel 1. Tabel 1. Luas area usaha tambak kabupaten langkat 2013
Kecamatan Budidaya
Tambak Ha Kolam Ha
Sawah Ha
Secanggang 453,00
12,00 -
Tanjung Pura 376,00
4,50 -
Gebang 347,00
2,40 -
Babalan 138,40
1,00 -
Sei Lepan 47,30
1,70 -
Brandan Barat 68,00
1,60 -
Besitang 41,80
6,00 -
Pangkalan Susu 452,00
3,00 -
Pematang Jaya -
0,50 -
Langkat 1.923,50
118,80 3,25
2011 1.863,00
163,36 0,00
2010 2.071,27
116,06 3,33
2009 1.865,04
113,20 3,25
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat Semua jenis Kepiting Bakau berpotensi dikembangkan menjadi Kepiting Soka
maupun Kepiting Gendong Telur. Namun, kepiting berbadan besar sangat berpotensi untuk dijadikan Kepiting Cangkang Lunak. Di pasaran, harga Kepiting
Soka dan Kepiting Gendong Telur berkali lipat dari harga kepiting biasa, mencapai 3-4 kali lipat Nurdin dan Armanda, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Secara rinci perkembangan jumlah produksi dan harga kepiting di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Produksi dan Harga Pembeli Kepiting di Kabupaten Langkat Tahun
Produksi Ton Harga Pembeli RpKg
2013 356,4
25.000 2012
356,4 30.000
2011 392.0
40.000 2010
356,4 25.000
2009 320,1
20.000 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, 2014
Berdasarkan data diatas produksi kepiting di Kabupaten Langkat relatif stabil,
namun sejak tahun 2012 harga kepiting terus menurun, hal tersebut terjadi akibat saluran pemasaran yang ada di Desa Pantai Gading Kecamatan Secanggang
Kabupaten Langkat kurang memahami fungsi disetiap saluran pemasaran tersebut. Dengan penjelasan yang telah diutarakan, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian bagaimana saluran tataniaga kepiting dan tingkat efisiensi tataniaga kepiting.
1.2 Identifikasi Masalah