health reference seperti PTWIPTDI, serta data konsentrasi kontaminan yang
akan menjadi fokus kajian WHO, 2003
c
; Sparringa, personal communication. 2006.
D. METODE ANALISIS YANG DIGUNAKAN OLEH PPOMN DALAM MENDETEKSI ADANYA KONTAMINAN DALAM PANGAN
Beberapa metode analisis yang digunakan oleh PPOMN untuk menguji adanya kontaminan dalam pangan adalah kromatografi gas, kromatografi
cairan kinerja tinggi HPLC, dan spektrofotometri. Kromatografi gas digunakan untuk memisahkan komponen-komponen organik yang bersifat
volatil, dalam hal ini adalah residu pestisida termasuk PCB, dan HPLC digunakan untuk mendeteksi aflatoksin pada susu dan kacang-kacangan. Hal
ini sesuai dengan kemampuan kromatografi dalam memisahkan suatu campuran kemudian mengidentifikasi sekaligus menentukan jumlahnya dalam
satu operasi, dengan sedikit bahan analisa 1 mikroliter, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama Harjadi, 1986; Kegley dan Laura, 1998; Syarief et al.,
2003. Sedangkan spektrofotometri digunakan untuk mendeteksi adanya Pb, Cd, Hg, dan As pada sejumlah pangan yang diuji dan hal ini sesuai dengan
peranan spektrofotometri yang sangat penting dalam analisa unsur, terutama unsur logam Harjadi, 1986.
Beberapa parameter uji dalam prioritas utama pangan dan kontaminan GEMSFOOD telah dilakukan oleh PPOMN, tetapi beberapa metode masih
belum diverifikasi Badan POM, 2004
b
. Contoh metode yang belum diverifikasi tersebut adalah metode analisis kromatogarafi gas untuk
pengukuran kontaminan aldrin, dieldrin, DDT p,p’-dan o,p’-, DDE p,p’ dan p,o’, endrin, heksaklorobenzen, heptaklor, dan heptaklor epoksida pada susu,
butter mentega susu, minyak dan lemak hewan, ikan dan air susu ibu. Kemampuan PPOMN dalam analisis kontaminan dalam bahan pangan secara
lebih rinci disajikan pada Tabel 13 di atas.
E. PEMANFAATAN DATABASE KONSENTRASI BTP DAN
KONTAMINAN HASIL MONITORING BADAN POM RI
Database konsentrasi BTP dan kontaminan belum dapat diaplikasikan untuk kajian risiko khususnya dalam menyediakan data konsentrasi untuk
kajian paparan. Data-data hasil monitoring tersebut umumnya hanya bisa diolah pada tahap identifikasi bahaya saja sehingga belum bisa digunakan oleh
Tim Teknis Keamanan Pangan Nasional dalam mendukung program keamanan pangan nasional. Data-data tersebut masih perlu ditindaklanjuti
dengan kajian paparan untuk menentukan karakterisasi risiko jika karakterisasi bahayanya ada. Rekomendasi lebih lanjut dibutuhkan untuk memperbaiki
sistem monitoring yang ada di Indonesia. Rekomendasi tersebut antara lain perlu adanya protokol survei yang merupakan pedoman untuk melakukan
survei yang benar berikut parameter-parameter analisis yang penting dalam kajian paparan sehingga data-data di masa mendatang lebih bisa diaplikasikan
untuk kajian risiko. Dukungan dan kerjasama dari stakeholder lain juga sangat diperlukan untuk memantapkan peran serta Badan POM RI sebagai leading
sector dalam bidang keamanan pangan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Database konsentrasi BTP disusun dari hasil monitoring yang telah dilakukan oleh 21 BalaiBalai Besar POM di Indonesia dan terlaporkan pada
PPOMN. Sedangkan untuk database kontaminan pangan, data-data yang ada umumnya masih melibatkan pihak yang ingin mengujikan produknya di
PPOMN. Berdasarkan hasil monitoring terhadap BTP selama tahun 2004 oleh 21
BalaiBalai Besar POM di seluruh Indonesia, terdapat 17,065 data dengan rincian sebanyak 14,010 data merupakan data aditif yang dilegalkan untuk
pangan BTP dan sebanyak 3,055 data merupakan data aditif ilegal. Jenis BTP yang dimonitor masih terbatas pada pemanis buatan sakarin, siklamat
dan aspartam, pengawet sorbat dan benzoat, dan pewarna Brilliant Blue, Brown HT, Erytrosin, Indigo carmine, Carmoisin, Sunset Yellow, Quinolin
Yellow, Allura Red, Ponceau 4R, Tartrazin dan Annato. Pada sejumlah pangan olahan masih ditemukan adanya penggunaan BTP yang melebihi batas
konsentrasi yang diijinkan, BTP tersebut antara lain benzoat, sorbat, sakarin dan siklamat. Bahkan ditemukan adanya penggunaan aditif ilegal yang sangat
berbahaya bagi kesehatan manusia yakni boraks, formalin, rhodamin B dan metanil yellow.
Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter kontaminan oleh Badan POM RI dari tahun 1999-2004, terdapat 927 data parameter kontaminan.
Kontaminan yang dianalisis meliputi logam berat, residu pestisida, aflatoksin, nitrit, dan dioksin 2,3,7,8 TCDD. Pada sejumlah pangan segar dan semi
olahan masih ditemukan adanya kontaminan yang melebihi batas konsentrasi yang diijinkan, kontaminan yang paling menonjol adalah aflatoksin pada
kacang tanah dan produk olahannya. Oleh karena itu Badan POM RI sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam monitoring keamanan pangan dengan
didukung oleh stakeholder lain perlu meningkatkan pengawasan terhadap pangan yang beredar dan jika diperlukan menindak tegas pihak yang terbukti
melakukan pelanggaran. Untuk pemanis buatan, dengan adanya peraturan