risiko merupakan suatu proses yang berulang iteratif Rahayu et al., 2004.
Keputusan manajemen risiko perlu dikomunikasikan kepada pihak- pihak yang terkait. Oleh karena itu diperlukan strategi komunikasi yang
terdapat dalam konsep komunikasi risiko risk communication.
3. Komunikasi risiko risk communication
Komunikasi risiko merupakan pertukaran informasi dan opini secara interaktif dan terus menerus mengenai bahaya dan risiko, faktor
yang berkaitan dengan risiko dan persepsi risiko yang diperoleh selama proses analisis risiko antara pengkaji risiko, manajer risiko dan pihak
terkait lainnya seperti pihak pemerintah, konsumen, industri dan akademisi. Informasi yang diberikan termasuk penjelasan tentang temuan-
temuan dalam kajian risiko dan landasan keputusan manajemen risiko WHO, 1997
b
; Rahayu et al., 2004; WHO, 2005
a
. Tujuan dari kegiatan komunikasi risiko adalah: 1 memfasilitasi
pertukaran informasi tentang pengetahuan, sikap, dan persepsi berkaitan dengan topik-topik risiko antar semua pihak yang terlibat dalam proses
analisis risiko, 2 meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses analisis risiko, 3 meningkatkan konsistensi dan transparansi dalam pengambilan
dan penerapan keputusan yang diambil oleh manajer risiko, dan 4 memberikan kesempatan bagi semua pihak terkait untuk melakukan
review serta memberikan pendapat terhadap kebijakan analisis risiko yang
diambil, termasuk metode kajian risiko dan standar risiko yang digunakan serta tentang kebijakan atau program manajemen risiko FAO, 2000;
Rahayu et al., 2004. Dalam melaksanakan komunikasi risiko diperlukan beberapa
strategi, diantaranya: 1 mengkoleksi dan menganalis latar belakang informasi tentang risiko keamanan pangan, persepsi pihak-pihak terkait,
konteks risiko dan sebagainya, 2 mengembangkan dan diseminasi pesan- pesan utama yang ditargetkan pada kelompok-kelompok tertentu, 3
mendorong dan mengajak pihak terkait untuk berdialog mengenai risiko,
serta 4 memonitor dan mengevaluasi hasil dari komunikasi risiko Rahayu et al., 2004.
Dalam menunjang suksesnya pelaksanaan proses komunikasi risiko, diperlukan komunikasi yang efektif diantara semua pihak yang
berpatisipasi. Prinsip komunikasi yang efektif antara lain adalah adanya saling percaya, terbuka dalam arti tidak menutupi hasil kajian risiko atau
manajemen risiko yang buruk, bersifat interaktif dengan memberdayakan dan melibatkan semua pihak. Selain itu konsultasi juga merupakan salah
satu pendekatan yang sering dilakukan dalam komunikasi risiko, untuk mendapatkan masukan atau komentar dari pihak-pihak tertentu.
Pelaksanaan analisis risiko, yang meliputi kajian risiko, manajemen risiko dan komunikasi risiko melibatkan instansi-instansi yang terkait di
sepanjang rantai pangan. Oleh karena itu pelaksanaan analisis risiko perlu direalisasikan dalam satu jaringan informasi yang memungkinkan terciptanya
kerjasama dalam bentuk saling berbagi informasi dan bekerja sebagai mitra sejajar dalam rangka pelaksanaan program keamanan pangan nasional dengan
pendekatan sistem keamanan pangan terpadu.
B. SISTEM KEAMANAN PANGAN TERPADU INTEGRATED FOOD
SAFETY SYSTEM
SKPT Sistem Keamanan Pangan Terpadu merupakan sistem komunikasi yang dirancang untuk para profesional keamanan pangan untuk
berbagi pengetahuan dan pengalaman di bidang keamanan pangan. SKPT ini dicanangkan pada tanggal 13 Mei 2004 oleh Prof. A. Malik Fadjar, MSc.
”Bersama-sama kita meningkatkan keamanan pangan di Indonesia” adalah lebih dari sekedar semboyan untuk SKPT nasional di Indonesia. Semboyan ini
merupakan terobosan cara baru untuk bekerja secara bersama-sama. SKPT adalah program nasional yang terdiri dari semua stakeholder kunci yang
terlibat dalam keamanan pangan dari lahan pertanian sampai siap dikonsumsi. SKPT merupakan sistem yang mengkombinasikan keahlian dan pengalaman
dari pemerintah, industri, akademisi dan konsumen secara sinergis dalam