Pengolahan data BTP Penggunaan software OPAL I untuk kontaminan pangan Identifikasi masalah dan rekomendasi

oleh Komite Akreditasi Nasional, Badan Standarisasi Nasional tahun 1999 serta merupakan WHO Collaborating Center sejak 1986 dan anggota International Certification Scheme . Selanjutnya dokumen-dokumen hasil pengujian setiap sampel dikumpulkan dalam bentuk database yang sistematis. Data-data yang dimasukkan antara lain: ƒ nama pangan, ƒ jenis BTP dan kontaminan, ƒ konsentrasi BTP dan kontaminan, ƒ tempat dan tanggal sampling jika ada, ƒ LOD Limit of Detection jika ada, ƒ LOQ Limit of Quantification jika ada, ƒ tanggal pada saat dilakukan pengujian jika ada, ƒ negara asal sampel, jika produk yang diuji merupakan produk impor, dan ƒ negara dimana produk yang diuji tersebut dipasarkan.

3. Klasifikasi data Kontaminan dan BTP

Data yang telah terkumpul dalam bentuk database tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan kategori pangan tertentu serta jenis kontaminan dan BTP tertentu. Jenis kontaminan dan residu pada pangan segar mengikuti klasifikasi GEMSFOOD, sedangkan jenis BTP dan kontaminan pada pangan olahan mengikuti klasifikasi GSFA.

4. Pengolahan data BTP

Pengolahan data menggunakan Microsoft Excel. Adapun langkah- langkah pengolahan data sebagai berikut: ƒ data dipisahkan untuk tiap kategori pangan dan BTP tertentu, ƒ data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dipisahkan, khusus data kuantitatif dihitung nilai rata-rata mean dan nilai mediannya, sedangkan data kualitatif, hasil pengujian yang ”positif” dan ”negatif” dipisahkan serta dihitung jumlah total pengujiannya. ƒ Untuk memudahkan dalam proses pengolahan data bagi analisis selanjutnya, maka dikembangkan program access yang dilakukan oleh Sub Direktorat Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan, Badan POM RI. Beberapa informasi yang diharapkan dapat diketahui melalui program access ini antara lain jenis BTP yang telah dimonitor di Indonesia, jumlah BTP yang dimonitor di tiap-tiap BalaiBalai Besar POM, Jenis BTP pada tiap-tiap kelompok pangan yang telah dimonitor di Indonesia, serta parameter statistik seperti mean, median, standar deviasi dan percentile. Prosedur penggunaan program access ini dapat dilihat pada Lampiran 3.

5. Penggunaan software OPAL I untuk kontaminan pangan

Data kontaminan yang telah terkumpul dimasukkan dalam software OPAL I khususnya pada bagian individual measurement. Setelah seluruh data dimasukkan dalam individual measurement, langkah selanjutnya adalah ditransfer ke bagian aggregated data untuk mengetahui beberapa parameter statistik diantaranya mean, median, standar deviasi dan percentile. Langkah-langkah penggunaan software OPAL I dapat dilihat pada Lampiran 4.

6. Identifikasi masalah dan rekomendasi

Masalah utama adalah kualitas data, baik data BTP maupun data kontaminan pangan yang sebagian besar masih belum sesuai untuk keperluan kajian risiko. Untuk kontaminan pangan dalam pangan segar, keluaran dari software OPAL I dianalisis. Adanya gap antara data yang ada dan elemen database penting yang digunakan dalam kajian paparan dianalisis untuk dijadikan sebagai rekomendasi bagi sistem pengujian yang selanjutnya. Hasil keluaran software OPAL I juga dibandingkan dengan prioritas utama pangan dan kontaminan menurut GEMSFOOD Lampiran 5 sehingga gap yang ada juga dapat dijadikan sebagai rekomendasi bagi sistem pengujian selanjutnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN