berguna bagi para profesional di bidang keamanan pangan sebagai landasan ilmiah evidence base untuk penentuan strategi dalam
mencegah atau mengurangi risiko yang ada pada kegiatan manajemen risiko.
2. Manajemen risiko risk management
Manajemen risiko adalah penentuan kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi risiko dengan mempertimbangkan berbagai
dampak yang mungkin ditimbulkan. Wilson dan Droby 2001 menyebutkan langkah-langkah manajemen risiko terdiri dari: 1
mengidentifikasi masalah-masalah keamanan pangan beserta faktor risikonya, 2 menyusun profil risiko, 3 menetapkan tujuan manajemen
risiko dan tim manajer risiko untuk mengendalikan risiko tersebut, 4 membuat prioritas risiko yang ingin dikendalikan, 5 menerbitkan
kebijakan-kebijakan pengendalian risiko dengan mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari kegiatan kajian risiko, 6 monitoring
pelaksanaan kebijakan yang telah disusun, dalam hal ini dilimpahkan kepada kegiatan kajian risiko, dan 7 melakukan evaluasi berdasarkan
informasi dari kegiatan kajian risiko yang dilakukan pada tahap 6. Parker dan Tompkin 2000 meringkas langkah-langkah tersebut menjadi 4
tahapan yakni: 1 evaluasi risiko, 2 kajian alternatif-alternatif manajemen risiko, 3 implementasi keputusan manajemen risiko, serta 4
monitoring dan evaluasi. Pada tahap evaluasi risiko, manajer risiko akan membahas risiko-
risiko yang telah ditentukan melalui kegiatan kajian risiko. Pembahasan tersebut diharapkan menghasilkan profil masing-masing risiko. Profil
tersebut berisi lokasi dan distribusi risiko tersebut, keuntungan dan kerugian pengendalian risiko, serta informasi lain yang diperlukan.
Profil risiko diperlukan untuk menentukan instansi-instansi terkait yang akan dilibatkan dalam tim manajer risiko. Instansi-instansi yang
dipilih sebaiknya terdiri dari berbagai multidisiplin ilmu sehingga dapat memberikan pertimbangan kepada manajer risiko dalam berbagai sudut
pandang. Selanjutnya pembahasan tersebut diharapkan mampu
memformulasikan tujuan manajemen risiko, mengembangkan kerangka acuan, dan memberikan alternatif-alternatif untuk mengendalikan risiko
yang terjadi. Langkah kedua adalah kajian alternatif pengendalian risiko. Kajian
tersebut berupa diskusi dengan instansi-instansi terkait untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang tepat. Beberapa informasi yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan alternatif yang tepat adalah ketidakpastian yang ada pada masing-masing alternatif, besarnya risiko
yang ada setelah dilakukan alternatif, biaya yang diperlukan untuk melaksanakan alternatif tersebut, dan adanya sumber daya manusia yang
memadai untuk melakukan alternatif tersebut. Intinya, keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif perlu dikaji sebelum memilih.
Biasanya kriteria yang mudah diukur dan diamati juga disusun untuk mempermudah kajian alternatif ini. Alternatif yang memenuhi kriteria
akan dipilih dan diimplementasikan untuk mengendalikan risiko. Langkah ketiga adalah implementasi keputusan manajemen risiko.
Implementasi keputusan tersebut dapat dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pejabat pemerintah, industri pangan dan konsumen.
Implementasi ini salah satunya bisa dilakukan dengan kegiatan inspeksi rutin atau kegiatan lain disesuaikan dengan pihak terkait yang
melaksanakannya. Implementasi keputusan ini memerlukan kekompakan tim manajer risiko dan perencanaan yang matang termasuk petunjuk
pelaksanaan teknis, jadwal pelaksanaan dan sasaran pengendalian risiko. Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi. Langkah ini
sangat penting untuk memberikan umpan balik yang diperlukan demi memperbaiki pelaksanaan manajemen risiko. Oleh karena itu keputusan
yang diambil dalam manajemen risiko harus selalu dipantau secara periodik melalui kegiatan monitoring untuk mengetahui seberapa besar
pengaruhnya dalam mengurangi risiko yang ada. Jika selama monitoring tersebut terdapat informasi ilmiah yang baru, maka sangat dimungkinkan
untuk dilakukan revisi dan pengulangan kajian risiko, pengambilan keputusan baru dan implementasi keputusan sehingga proses manajemen
risiko merupakan suatu proses yang berulang iteratif Rahayu et al., 2004.
Keputusan manajemen risiko perlu dikomunikasikan kepada pihak- pihak yang terkait. Oleh karena itu diperlukan strategi komunikasi yang
terdapat dalam konsep komunikasi risiko risk communication.
3. Komunikasi risiko risk communication