a. Asumsi maksimum level yang diijinkan
Penggunaan asumsi maksimum level yang diijinkan boleh diaplikasikan dalam kajian paparan apabila data penggunaan bahan
kimia yang sesungguhnya tidak tersedia, namun harus dipahami bahwa tidak semua orang mengkonsumsi pangan yang mengandung bahan
kimia dengan konsentrasi tertinggi. Data tersebut kemudian digabungkan dengan data konsumsi untuk memperkirakan asupan
bahan kimia dalam tubuh. Pada pendekatan ini biasanya menghasilkan perkiraan yang lebih tinggi karena diasumsikan bahwa semua pangan
mengandung bahan kimia dalam jumlah maksimum WHO, 1997
a
; Sparringa et al., 2004.
b. Data hasil monitoring keamanan pangan
Banyak tipe data monitoring yang dikumpulkan untuk berbagai tujuan. Program monitoring tersebut meliputi kegiatan monitoring
yang dilakukan oleh lembaga yang berwenang untuk menetapkan suatu peraturan, monitoring oleh industri swasta dalam rangka pengawasan
mutu, monitoring oleh suatu kelompok yang mempunyai kepentingan tertentu dan survei pangan yang bersifat representatif. Monitoring
tersebut biasanya dilakukan pada area pertanian, pabrik pengolahan pangan, pedagang perantara wholesaler, pelabuhan dan supermarket.
Monitoring oleh industri swasta biasanya hanya dilakukan untuk kepentingan pengawasan mutu produk yang dihasilkan oleh industri
yang bersangkutan. Begitu juga monitoring oleh kelompok yang mempunyai kepentingan tertentu sehingga data yang diperoleh belum
representatif dan belum cukup akurat untuk digunakan dalam kajian paparan. Data hasil monitoring yang paling lazim digunakan adalah
data hasil survei pangan secara nasional. Walaupun sulit dan membutuhkan biaya yang sangat mahal, dengan penerapan metode
survei yang benar maka akan dihasilkan data yang valid dan representatif untuk menggambarkan tingkat atau level bahan kimia
yang dikonsumsi oleh masyarakat suatu negara Leparulo-Loftus et al., 1992.
c. Studi diet total
Studi diet total melibatkan analisis campuran pangan atau jenis pangan tunggal yang merepresentasikan diet harian yang spesifik
untuk populasi umum atau kelompok populasi terpilih. Total asupan per hari bahan kimia diperkirakan dengan mengalikan tingkat bahan
kimia yang ditetapkan pada setiap kelompok pangan dengan rerata konsumsi grup tersebut dan kemudian dengan menjumlahkan asupan
yang dihitung untuk semua grup. Pelaksanaan kajian paparan secara faktual di Indonesia saat ini, untuk
setiap komponen dan sumber data disajikan pada Tabel 3.
E. PROGRAM GEMSFOOD
The Global Environment Monitoring SystemFood Contamination Monitoring and Assessment Programme
, atau lebih dikenal dengan GEMSFOOD dibentuk pada tahun 1976. GEMSFOOD memulai proyek
kerjasama dengan FAO, UNEP dan WHO dengan WHO sebagai agen pelaksananya. Sampai akhir tahun 1994, WHO telah melaksanakan program
GEMSFOOD di lebih dari 70 negara di dunia. GEMSFOOD memberikan informasi yang telah dikumpulkan kepada pemerintah, lembaga internasional
dan lembaga antar pemerintahan seperti Codex Alimentarius Commission tentang tingkat dan kecenderungan kontaminan dalam pangan, kontribusinya
terhadap paparan pada manusia serta signifikansinya terhadap kesehatan publik dan perdagangan WHO, 1999; WHO, 2002; WHO, 2003
a
. Beberapa tujuan utama GEMSFOOD antara lain :
• mengumpulkan data kontaminan dalam pangan dan mengevaluasinya serta meninjau kembali kecenderungan kontaminan dalam pangan dan
memberikan ulasannya, • menghasilkan suatu perkiraan asupan bahan kimia dengan
mengkombinasikan data konsumsi pangan dengan tingkat kontaminan pada kelompok pangan tertentu,
• membuka kerjasama dengan negara-negara yang ingin memprakarsai program monitoring kontaminan pangan,
•