Jenis BTP yang dimonitor di Indonesia

a. Jenis BTP yang dimonitor di Indonesia

Dari 14,010 data hasil monitoring terhadap BTP, sebanyak 6,372 data merupakan hasil pengujian terhadap parameter pemanis buatan 45.48, 3,442 data merupakan hasil pengujian terhadap parameter pengawet 24.57, dan 4,196 data merupakan hasil pengujian terhadap parameter pewarna 29.95. Masing-masing jenis parameter pemanis buatan, pengawet, dan pewarna yang dimonitor di Indonesia serta jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, dari 26 jenis pengawet yang diijinkan berdasarkan Permenkes RI No 722MenkesPerIX1988, yang dimonitor baru jenis benzoat dan sorbat. Bahan pangan yang paling sering dimonitor adalah kecap manis kedelai, saus cabai dan saus tomat kelompok pangan kategori 12.0 dan sirup berperisa kelompok pangan kategori 14.0. Jumlah parameter yang diuji untuk tiap-tiap kategori pangan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Hal yang sama pada pemanis buatan. Peraturan yang masih berlaku tentang penggunaan pemanis buatan pada saat kegiatan monitoring selama tahun 2004 adalah Permenkes RI No 722MenkesPerIX1988. Dalam peraturan tersebut terdapat empat jenis pemanis buatan yang diijinkan dalam pangan yakni sakarin, siklamat, aspartam, dan sorbitol. Sedangkan yang dimonitor di Indonesia adalah sakarin, siklamat dan aspartam. Batas maksimum penggunaan aspartam dalam Permenkes RI No 722MenkesPerIX1988 tersebut adalah hanya dalam bentuk sediaan. Pada akhir tahun 2004, peraturan tersebut diperbaharui dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor: HK. 00.05.5.1.4547 tentang persyaratan penggunaan BTP pemanis buatan dalam produk pangan. Dalam peraturan ini terdapat 13 jenis pemanis buatan yang diijinkan untuk ditambahkan dalam produk pangan dengan batas maksimum penggunaan untuk tiap-tiap jenis pemanis buatan nilainya terkuantifikasi. Hal ini menjadi tantangan bagi kegiatan monitoring Tabel 6. BTP yang diijinkan dan program monitoring di Indonesia No. Jenis BTP Parameter yang diuji Jumlah parameter yang diuji 1. Antioksidan 12 jenis antioksidan x - 2. Antikempal 11 jenis antikempal x - 3. Pengatur Keasaman 53 jenis pengatur keasaman x - a. Alitam x - b. Asesulfam-K x - c. Aspartam √ 29 d. Isomalt x - e. Laktitol x - f. Maltitol x - g. Manitol x - h. Neotam x - i. Sakarin √ 2,672 j. Siklamat √ 3,671 k. Silitol x - l. Sorbitol x - 4. Pemanis Buatan m. Sukralosa x - 5. Pemutih dan Pematang Tepung 8 jenis pemutih dan pematang tepung x - 6. Pengemulsi, Pemantap, Pengental 88 jenis pengemulsi, pemantap, pengental x - a. Benzoat § √ 2,258 b. Sorbat Φ √ 1,184 c. Asam propionat x - d. Belerang dioksida x - e. Etil p- hidroksi benzoat x - f. Kalium bisulfit x - g. Kalium metabisulfit x - 7. Pengawet h. Kalium nitrat x - Tabel 6. BTP yang diijinkan dan program monitoring di Indonesia lanjutan No. Jenis BTP Parameter yang diuji Jumlah parameter yang diuji 7. Pengawet i. Kalium nitrit x - j. Kalium propionat x - k. Kalium sulfit x - l. Kalsium benzoat x - m. Kalsium propionat x - n. Kalsium sorbat x - o. Metil p- hidroksi benzoat x - p. Natrium bisulfit x - q. Natrium metabisulfit x - r. Natrium nitrat x - s. Natrium nitrit x - t. Natrium propionat x - u. Natrium sulfit x - v. Nisin x - w. Propil p-hidroksi benzoat x - 8. Pengeras 11 jenis pengeras x - ƒ Pewarna alami a. Annato √ 1 b. Beta-Apo-8’-karotenat x - c. Etil Beta-Apo-8’-karotenoat x - d. Kantasantin x - e. Karamel,amonia sulfit x - f. Karamel x - g. Karmin x - 9. Pewarna h. Beta karoten x - Tabel 6. BTP yang diijinkan dan program monitoring di Indonesia lanjutan No. Jenis BTP Parameter yang diuji Jumlah parameter yang diuji i. Klorofil x - j. Klorofil tembaga kompleks x - k. Kurkumin x - l. Riboflavin x - m. Titanium dioksida x - ƒ Pewarna sintetik a. Brilliant Blue √ 540 b. Brown HT √ 25 c. Erytrosin √ 91 d. Hijau FCF x - e. Hijau S x - f. Indigo carmin √ 3 g. Carmoisin √ 483 h. Sunset Yellow √ 823 i. Quinolin Yellow √ 4 j. Allura Red √ 133 k. Ponceau 4R √ 591 9. Pewarna l. Tartrazin √ 1,502 10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa 79 jenis penyedap rasa dan aroma, penguat rasa x - 11. Sekuestran 23 jenis sekuestran x - JUMLAH TOTAL 14,010 Sumber : Diolah dan diadaptasi dari PPOMN. Jenis BTP berdasarkan Permenkes RI No. 722MenkesPerIX1988, kecuali pemanis buatan yang didasarkan pada Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor: HK. 00.05.5.1.4547. Keterangan: √ dimonitor, x tidak dimonitor § kalium benzoat, natrium benzoat, dan asam benzoat; Φ asam sorbat dan kalium sorbat selanjutnya yakni bagaimana bisa melakukan monitoring secara lebih ketat lagi dan data-data yang dibutuhkan harus bersifat kuantitatif sehingga data-data yang ada nantinya bisa digunakan untuk kajian risiko. Sedangkan untuk pewarna, hampir semua pewarna yang diijinkan berdasarkan Permenkes RI No 722MenkesPerIX1988 telah dimonitor di Indonesia, akan tetapi data yang ada kebanyakan masih bersifat kualitatif. Jumlah parameter yang diuji untuk tiap-tiap kategori pangan dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil monitoring terhadap BTP, terdapat 184 hasil pengujian terhadap parameter BTP yang dinyatakan melebihi batas konsentrasi yang diijinkan. BTP tersebut antara lain benzoat, sorbat, sakarin dan siklamat. Profil hasil monitoring dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan kelompok pangan yang mengandung BTP melebihi batas konsentrasi yang diijinkan dapat dilihat pada Tabel 7. Sumber : Data diolah dari PPOMN tahun 2004 Gambar 7. Profil persentase aditif legal yang dimonitor di Indonesia Berdasarkan Tabel 7, penggunaan benzoat yang melebihi batas konsentrasi yang diijinkan 1000mgkg banyak ditemukan pada data kuantitatif 13,03 data kualitatif 86,97 mengandung BTP melebihi batas yang diijinkan 1,32 mengandung BTP dalam batas yang diijinkan 11,71 N = 14010 Tabel 7. Penggunaan pengawet dan pemanis dari data kuantitatif yang melebihi batas konsentrasi yang diijinkan Kuantitatif mgkg Jenis BTP Kelompok Pangan Nama Pangan Σ Mean Median Buah Kering 3 1,054.31 350.69-2448.22 Jem atau Selai 78 1,855.30 727.10 Geplak 2 1,297.30 1,272.02-1,322.57 Kategori 04.0 Manisan buah 9 1,435.39 1,273.76 Kategori 06.0 Kue Berbahan Dasar Beras Lainnya 7 3,065.04 2,438.31 Benzoat Kategori 14.0 Sari buah markisa 8 1,499.23 1,279.40 Kategori 06.0 Kue Berbahan Dasar Beras Lainnya 4 1,140.79 1,469.61 Sorbat Kategori 07.0 Keik 5 1,552.23 1,537.00 Kecap manis kedelai 8 653.93 184.54 Kategori 12.0 Saus Tomat 17 621.86 544.14 Sari buah markisa 2 397.49 351.35-443.63 Sakarin Kategori 14.0 Minuman squash 14 334.18 290.01 Sirup Berperisa 19 3,430.10 3,167.28 Siklamat Kategori 14.0 Serbuk minuman berperisa 8 4,836.66 1,275.90 Sumber: Diolah dari PPOMN tahun 2004 Keterangan: Median adalah nilai tengah data, kecuali angka dalam kurung menunjukkan kisaran data terendah dan tertinggi Kategori 04.0 : buah-buahan dan sayuran termasuk jamur, umbi, kacang-kacangan termasuk kacang kedelai dan lidah buaya, rumput laut, biji-bijian Kategori 06.0 : serealia dan produk-produk serealia yang merupakan produk turunan dari biji serealia, akar-akaran dan umbi- umbian, kacang-kacangan, polong-polongan dan empulur bagian dalam batang tanaman, selain produk-produk bakeri pada kategori 07.0 Kategori 07.0 : produk bakeri Kategori 12.0 : garam, rempah-rempah, sup, saus, salad, produk-produk protein Kategori 14.0 : minuman, tidak termasuk produk susu bahan pangan buah kering, jem atau selai, geplak, dan manisan buah kelompok pangan kategori 04.0; kue berbahan dasar beras lainnya kelompok pangan kategori 06.0; dan sari buah markisa kelompok pangan kategori 04.0. Sedangkan penggunaan sorbat yang melebihi batas konsentrasi yang diijinkan 1000mgkg banyak ditemukan pada bahan pangan kue berbahan dasar beras lainnya kelompok pangan kategori 06.0; dan keik kelompok pangan kategori 07.0. Hal yang sama terjadi pada penggunaan sakarin dalam produk kecap manis kedelai, saus tomat kelompok pangan kategori 12.0; dan sari buah markisa, minuman squash kelompok pangan kategori 14.0 yang melebihi batas konsentrasi yang diijinkan 300mgkg. Dan terakhir adalah penggunaan siklamat pada produk sirup berperisa dan serbuk minuman berperisa kelompok pangan kategori 14.0 yang juga melebihi batas konsentrasi yang diijinkan 3000mgkg. Perlu penelitian lebih lanjut apakah penyimpangan atau penyalahgunaan BTP ini disebabkan oleh ketidaktahuan atau ketidakpedulian produsen pangan mengenai keamanan BTP. Menurut Rahayu et al. 2003, penyebab utama penyimpangan dalam hal penggunaan BTP tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan produsen pangan, baik mengenai sifat-sifat maupun keamanan BTP. Karena pengaruh BTP terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau dilihat, maka produsen seringkali tidak menyadari bahaya penggunaan BTP yang tidak sesuai dengan peraturan. Keterlibatan pemerintah dalam mengawasi penggunaan BTP dicerminkan dalam peraturan pemerintah. Akan tetapi peraturan tersebut belum didasarkan pada prinsip kajian risiko karena penetapan batas maksimum yang diijinkan belum berdasarkan data konsumsi masyarakat Indonesia. Selama ini peraturan-peraturan tersebut masih mengadopsi standar yang ada di luar negeri. Padahal konsumsi masyarakat Indonesia dengan masyarakat negara lain jelas berbeda Sparringa, personal communication. 2005.

b. Jenis aditif ilegal yang dimonitor di Indonesia