BIOFILTER 1 kompos, tanah, sekam dan sludge

22 energi. Nitrogen untuk bakteri Nitrosomonas sp, sulfur untuk bakteri Thiobacillus sp dan karbon organik untuk bakteri heterotrof.

B. BIOFILTER 1 kompos, tanah, sekam dan sludge

1. Kinerja Penghilangan Amoniak

Kinerja penghilangan amoniak pada biofilter 1 selama pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 7. Bahan pengisi yang digunakan dalam kolom biofilter 1 ini merupakan campuran dari kompos, tanah, sekam dan sludge. Pada biofilter 1 ini terjadi ketidakstabilan kinerja proses filtrasi. Hal ini terbukti dengan efisiensi yang sangat fluktuatif. Efisiensi biofilter ini berselang antara 71 sampai 100. Konsentrasi gas inlet dan outlet dapat dilihat pada Gambar 7 a, sedangkan efisiensi penghilangan amoniak dapat dilihat pada gambar 7 b. Berdasarkan data, terjadi ketidakstabilan efisiensi mulai dari hari pertama sampai hari ke-30. Hal ini dikarenakan pada tiga hari pertama konsentrasi inlet sangat tinggi mencapai 604 ppm yang mengakibatkan efisiensi pada hari ke-6 turun menjadi 88 dan pada hari ke-9 turun menjadi 77. Setelah hari ke-9 sampai hari ke-18 efisiensi kembali naik diatas 95, kemudian pada hari ke-11 sampai hari ke-16 konsentrasi kembali tinggi mencapai 471 ppm sehingga terjadi penurunan efisiensi kembali pada hari ke-20 menjadi 71. Selanjutnya efisiensi sampai hari ke-30 turun naik antara 75 sampai 100. Konsentrasi yang tinggi ini terjadi pada saat proses pengolahan lateks pekat yang menggunakan amoniak sebagai pengawet dan juga karena kebocoran pada tangki penampung lateks pekat atau tabung gas amoniak. 23 Gambar 7. Kondisi dan kinerja penghilangan NH 3 biofilter satu a inlet-outlet, b efisiensi dan kadar air, c pH, d jumlah bakteri. 20 40 60 80 100 7 14 21 28 ef isien si K . A ir 100 200 300 400 500 600 700 7 14 21 28 k ons e n tr a s i p pm 4 6 8 7 14 21 28 pH 2 4 6 8 10 12 7 14 21 28 hari ke- log c fu da n M P N Thio L-1 Thio L-2 Thio L-3 heterotrof L-1 heterotrof L-2 heterotrof L-3 Nitrosomonas sp lubang 1:pH dan kadar air lubang 2:pH dan kadar air lubang 3:pH dan kadar air efisiensi inlet outlet a b c d 24 Efisiensi yang tidak stabil ini juga dikarenakan pada biofilter 1 belum terbentuk banyak biofilm. Amoniak yang tersebar berupa fase gas sampai pada biofilm akan dihentikan oleh mikroorganisme dan amoniak dioksidasi sampai menjadi produk yang tidak berbahaya yaitu NO 2 - dan NO 3 - Shahmansouri, 2005. Rata-rata efisiensi pada biofilter 1 ini adalah 98. Secara umum biofilter 1 ini mampu menghilangkan amoniak dengan baik, namun pada konsentrasi diatas 470 ppm efisiensi mengalami penurunan. Populasi bakteri Nitrosomonas sp, Thiobacillus sp dan heterotrof dapat dilihat pada Gambar 7 d. Populasi bakteri Nitrosomonas sp terus mengalami kenaikan setiap harinya, namun pada hari ke-9 dan ke-16 mengalami penurunan. Penurunan yang paling tajam terjadi pada hari ke- 16 karena konsentrasi inlet pada minggu pertama sangat tinggi sehingga membuat beberapa bakteri Nitrosmonas sp menjadi mati. Pada hari ke-0 populasi bakteri Nitrosomonas sp berjumlah 6.15 selg-contoh. Pada minggu pertama kadar air cenderung stabil di masing-masing lubang sehingga populasi bakteri cenderung stabil. Pada hari ke-16 populasi bakteri menurun menjadi 3.3 selg-contoh karena selain konsentrasi inlet yang tinggi, kadar air pada lubang ke-3 mengalami penurunan menjadi 40.73. Hari berikutnya populasi bakteri terus meningkat sampai hari ke- 30. Populasi bakteri pada hari ke-30 adalah 5.3 selg-contoh. Secara keseluruhan terjadi peningkatan jumlah bakteri Nitrosomonas sp walaupun terjadi penurunan pada hari ke-16. Populasi bakteri log cfu Thiobacillus sp cenderung tidak stabil karena mengalami penurunan dan kenaikan yang signifikan. Populasi bakteri pada hari ke-0 terdapat hanya pada lubang satu dan tiga masing- masing 9.48 cfug-contoh dan 4.48 cfug-contoh, kemudian pada hari ke- 16 bakteri Thiobacillus sp tidak ada yang hidup. Hal ini merupakan dampak dari tingginya kosentrasi inlet H 2 S dan NH 3 pada minggu pertama, kemudian pada minggu berikutnya bakteri Thiobacillus sp ada yang hidup tapi tidak pada masing-masing lubang karena kadar air yang tidak stabil pada lubang itu. Pada lubang ke-3 kadar air bahkan ada yang 25 hanya 10. Pada hari ke-54 bakteri Thiobacillus sp yang hidup hanya terdapat pada lubang ke-1 3.3 cfug-contoh dan ke-2 3.15 cfug-contoh. Meskipun kadar air pada lubang pertama terbilang stabil yaitu 57, populasi bakteri Thiobacillus sp pada lubang satu mengalami penuruna pada hari ke-30 karena banyak berisi bakteri Nitrosomonas sp dan bakteri heterotrof sehingga bakteri Thiobacillus sp tidak mendapatkan nutrien yang cukup. Bakteri heterotrof tumbuh cukup stabil pada biofilter satu ini. populasi bakteri log cfu hari ke-0 adalah 9.26 cfug-contoh pada lubang ke-1; 7 cfug-contoh pada lubang ke-2 dan 9.85 cfug-contoh pada lubang ke-3. Bakteri heterotrof mengalami penurunan pada lubang ke-3 sampai di hari ke-23 5.04 cfug-contoh dan ke-30 6 cfug-contoh karena kadar air menurun di hari ke-23 16 dan hari ke-30 13.8. Perubahan kadar air dapat dilihat pada Gambar 7 b. Populasi bakteri heterotrof cenderung stabil. Pada lubang pertama berkisar antara 9.26 cfug-contoh - 6.7 cfug-contoh. Populasi bakteri yang stabil ini dikarenakan kadar air pada lubang ke-1 diatas 49. Kadar air kelembaban optimal untuk pertumbuhan bakteri pada biofilter antara 20 sampai 60 Williams, 1992. Kadar air yang rendah pada biofilter lubang ke-3 dikarenakan sekam kurang baik dalam menyerap air sehingga air yang disiram dari atas langsung turun.

2. Kinerja Penghilangan Hidrogen Sulfida H

2 S Kinerja penghilangan hidrogen sulfida pada biofilter 1 selama pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 8. Pada biofilter 1, penghilangan hidrogen sulfida berlangsung kurang baik karena efisiensi penghilangan ini sebagian besar dibawah 90. Efisiensi hari pertama biofilter ini adalah 91. Hal ini dikarenakan tingginya konsentrasi amoniak di awal sebesar 140 ppm dan hidrogen sulfida 80 ppm. Dengan tingginya konsentrasi ini tidak memberikan kesempatan pada bakteri untuk beradaptasi lebih baik sehingga efisiensi penghilangan menjadi buruk. 26 Konsentrasi hidrogen sulfida ini masih tinggi sampai hari ke-2. Setelah itu turun dibawah 25 ppm. Turunnya konsentrasi tidak diikuti dengan meningkatnya efisiensi. Efisiensi mengalami fluktuatif yang sangat signifikan sejak hari ke-8 sampai hari ke-30. Nilai efisiensi berkisar antara 42 sampai 100. Rata-rata penghilangan hidrogen sulfida selama pengoperasian adalah 78. Pada biofilter 1 ini dengan konsentrasi 20 ppm dapat menurunkan efisiensi penghilangan. Konsentrasi hidrogen sulfida pada pabrik karet ini berasal dari pembusukan lump dan konversi bahan hasil hidrolisis organik menjadi molekul sederhana asam lemak, alkohol, CO 2 , NH 3 dan H 2 S Suwardin, 1989. Lump yang ditumpuk semakin banyak akan menimbulkan bau busuk yang semakin menyengat. Hal ini yang menyebabkan konsentrasi H 2 S tinggi. Gambar 8. Kinerja penghilangan H 2 S biofilter satu a inlet-outlet, b efisiensi. 20 40 60 80 100 7 14 21 28 ko n sen tr asi p p m 20 40 60 80 100 7 14 21 28 hari ke- e fi s ie n s i inlet outlet a b 27

3. Kandungan Nitrogen, Sulfur dan Karbon dalam Media Biofilter

Perubahan kandungan nitrogen, sulfur dan karbon dalam biofilter 1 dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini. Konsentrasi nitrat yang terbentuk pada biofilter ini cenderung mengalami peningkatan walaupun pada hari ke-16 terjadi penurunan. Pada hari ke-9 konsentrasi nitrat sebesar 1553.6 ppm, kemudian turun pada hari Gambar 9. Kandungan beberapa unsur dalam biofilter satu a Nitrogen, b Sulfur, c Karbon. 2000 4000 6000 8000 10000 7 14 21 28 ko n sen tr as i p p m 1000 2000 3000 4000 7 14 21 28 ko n s en tr a s i p p m 22 24 26 28 30 32 7 14 21 28 hari K a ndu nga n K a rbo n N total Nitrat ion am onioum S total sulfat a b c 28 ke-16 menjadi 914.9 ppm. Konsentrasi naik kembali pada hari ke-23, kemudian turun pada hari ke-30 menjadi 2353.58 ppm. Penurunan nitrat pada media ini dapat disebabkan oleh kelebihan air dari penyiraman yang menyebabkan kadar air merembas keluar dari media. Air ini disebut leachet, bisa mengandung konsentrasi nitrat yang tinggi Schmidt, 2004. Peningkatan konsentrasi nitrat juga diikuti oleh konsentasi nitrogen total dalam media. Nirogen yang biasanya terdapat dalam media biofilter berupa nitrat, nitrit, ion amonium dan nitrogen organik. Konsentrasi nitrogen total dalam media pada hari ke-0 adalah 4800 ppm, kemudian meningkat sampai pada hari ke-30 dengan konsentrasi 8400 ppm. Ion amonium yang terdapat dalam media relatif kecil berkisar antara 96-290 ppm. Amoniak sangat mudah larut dalam air membentuk ion amonium. Ion amonium terbentuk karena pada larutan asam atau netral atom nitrogen bisa mengikat ion hidronium dan melepaskan air sehingga membentuk ion amonium. Konsentrasi sulfat yang terbentuk pada biofilter ini cenderung meningkat walaupun terjadi penurunan di hari ke-9, ke-16 dan ke-30. Pada awalnya konsentrasi sulfat yang terbentuk sebesar 57 ppm, kemudian pada hari ke-30 sulfat yang terbentuk sebesar 111 ppm. Peningkatan sulfat juga diikuti oleh penurunan pH. Sulfat dan nitrat merupakan kedua senyawa yang menyebabkan pH media menjadi turun. Konsentrasi sulfur total dalam media mengalami penurunan sampai hari ke-16, kemudian naik kembali sampai hari ke-30. Pada hari ke-0 konsentrasi sulfur total bernilai 3885 ppm, kemudian pada hari ke-16 bernilai 2646 ppm. Sedangkan pada hari ke-30 konsentrasi bernilai 2984 ppm. Terjadinya penurunan S total dikarenakan terjadinya perubahan senyawa sulfat menjadi hidrogen sulfida kembali. Pembentukan ini dikarenakan adanya bakteri anaerob yang terdapat dalam biofilm. Bakteri yang merubah sulfat menjadi hidrogen sulfida disebut Sulfate Reduction bacteria. 29 Kandungan karbon dalam media berhubungan dengan bakteri heterotrof. Bakteri heterotrof menggunakan karbon organik sebagai sumber energinya. Kandungan karbon pada biofilter 1 mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan jumlah karbon yang dikonsumsi oleh bakteri heterotrof lebih sedikit dibandingkan karbon yang dihasilkan dari hasil dekomposisi bahan tambahan dalam biofilter sekam. Penurunan karbon dikarenakan pengkonsumsian oleh bakteri heterotrof. Penurunan kandungan karbon hanya sampai hari ke-9 yaitu dari 25 menjadi 23, kemudian setelah hari ke-9 karbon naik sampai pada hari ke-30 menjadi 28. Nilai pH mengalami penurunan, namun masih dalam batas dimana bakteri Thiobacillus sp dan Nitrosomonsas sp masih bisa hidup. Penurunan pH ini dapat dilihat pada Gambar 7 c. Nilai pH pada biofilter 1 ini berselang antara 5.76 sampai 7.25. Bakteri Thiobacillus sp hidup antara pada pH 6 sampai 8. Peningkatan nitrat dan sulfat ini juga ditandai dengan turunnya pH pada media. Nilai pH di awal untuk masing-masing adalah 7.23 pada lubang ke-1; 7.27 pada lubang ke-2 dan 7.25 pada lubang ke-3. Pada minggu terakhir pH turun menjadi 6.83 pada lubang ke-1; 6.59 pada lubang ke-2 dan 7.2 pada lubang ke-3.

C. BIOFILTER 2 kompos, tanah dan sekam

Dokumen yang terkait

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik Bacillus sp. BK17 dalam Formulasi Tablet untuk Mengurangi Layu Fusarium pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

1 76 46

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Mentimun

0 78 54

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Mentimun

1 51 54

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik NR09 Dan Bacillus sp. BK17 Pada Berbagai Media Pembawa Dalam Menghambat Pertumbuhan Sclerotium rolfsii Dan Fusarium oxysporum Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

0 52 72

Kemampuan Bakteri Antagonistik Dalam Menghambat Infeksi Saprolegnia sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2 51 71

Kemampuan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Infeksi Aspergillus sp. Pada Ikan Nila (Oreochromisniloticus)

3 48 68

Pengaruh Penambahan Pupuk Hayati (Biofertilizer) Dari Bakteri Rhizobium sp. Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Carrier Terhadap Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)

7 101 62

Kajian Aplikasi Bakteri Nitrosomonas sp. pada Teknik Biofilter Untuk Penghilangan Emisi Gas Amoniak

2 28 131

Penghilangan Gas H2s Dengan Teknik Biofilter Menggunakan Bahan Pengisi Kompos Dan Arang Aktif H2s Gas Removal By Biofilter Using Compost And Activated Carbon As Packing Materials Vol 19, No 3, 2011

0 4 7

Biofiltrasi Gas Amonia Menggunakan Nitrosomonas Sp. dan Nitrobacter Sp. untuk Industri Karet

0 0 14