HIDROGEN SULFIDA BAKTERI PENGOKSIDASI HIDROGEN SULFIDA H

11 nitrifikasi pada kecepatan yang sangat cepat. Kecepatan harian terdapat dari 6 sampai 22 pon nitrogen per 2 juta pon tanah, kalau 100 pon nitrogen dalam bentuk amonium ditambahkan, kecepatan jauh lebih tinggi. Nitrosomonas sp merupakan bakteri kemolitrotrof berbentuk batang dengan metabolisme aerobik. Walaupun mereka tidak tumbuh dengan fotosintesis, mereka biasa melakukan metabolisme dengan mengurai amoniak. Membran dalam sel bakteri menggunakan elektron dari atom nitrogen amoniak untuk menghasilkan energi. Oleh karena itu, untuk melengkapi divisi sel, Nitrosomonas sp. harus mengkonsumsi amoniak dalam jumlah banyak Wikipedia, 2005. Gambar 3. Nitrosomonas sp

F. HIDROGEN SULFIDA

Hidrogen sulfida adalah gas tidak berwarna, toksik, mudah terbakar dan menyebabkan bau busuk seperti bau telor busuk. Sering dihasilkan ketika bakteri menguraikan bahan organik jika tidak ada oksigen, seperti rawa dan saluran air selokan. Hidrogen sulfida juga bisa terjadi dalam gas vulkanik, gas alam dan beberapa mata air Wikipedia, 2006 Hidrogen sulfida adalah polutan udara yang korosif dan beracun, dikarakteristikan dalam bau yang tidak sedap Martin et al., 2004. Sulfur tereduksi dalam bentuk H 2 S juga terjadi di biosfer sebagai hasil aktivitas vulkanik dan metabolisme mikrobial. H 2 S di alam hanya terkumpul dalam 12 kondisi anaerobik, tapi akan teroksidasi secara spontan dan cepat dengan adanya oksigen. H 2 S merupakan polutan yang tidak menyebar luas seperti SO 2 . Umumnya berasosiasi dengan sumber spesifik seperti bahan organik terdekomposisi, lumpur dan limbah industri. Hidrogen sulfida H 2 S mempunyai bau seperti telur busuk dan kadang lebih toksik daripada karbon monoksida Turk et al.,1972. Penghilangan H 2 S diperlukan dengan alasan kesehatan, keamanan, dan korosi. Selama penyebaran dan pendistribusian juga untuk mencegah polusi oleh sulfur dioksida karena pembakaran gas Jensen dan Webb, 1995. Gambar 4. Siklus sulfur secara biologi. SOB : sulfur compound oxidizing; SRB : sulfate reducing bacteria Kleinjan, 2005. 13

G. BAKTERI PENGOKSIDASI HIDROGEN SULFIDA H

2 S Menurut Saeni 1989, bakteri belerang hijau dan bakteri belerang purpel mendapatkan energi untuk proses metabolismenya melalui oksidasi H 2 S. Bakteri-bakteri ini menggunakan CO 2 sebagai sumber karbon. Bakteri-bakteri ini sangat anaerobik. Sedangkan bakteri belerang tidak berwarna aerobik dapat menggunakan oksigen molekuler untuk mengoksidasi H 2 S, yaitu : H 2 S + O 2 2S + 2H 2 O 2S + 2H 2 O + 3O 2 4H + + 2SO 4 2- S 2 O 3 2- + H 2 O + CO 2 2H + + 2SO 4 2- H 2 S di atmosfer secara cepat dirubah menjadi SO 2 melalui reaksi : H 2 S + 32 O 2 SO 2 + H 2 O Beberapa bakteri yang dapat mengoksidasi senyawa sulfur adalah Thiobacillus thioxidans dan Thiobacillus feroxidans. Kedua mikroorganisme ini mengoksidasi H 2 S dan membentuk sulfur elemen yang disimpan dalam selnya. Keduanya mengoksidasi bahan anorganik seperti hidrogen sulfida, sulfur elemen dan besi mengubahnya menjadi asam sulfat. Mereka dapat hidup pada keadaan yang sangat asam dengan nilai pH 2 Edmons, 1978. Sedangkan menurut Peck 1959 bahwa Hidrogen sulfida dioksidasi menjadi sulfur elemen dengan ekstrak T.thioxidans dan T. thioparus dan oleh Peck 1960 bahwa Ekstrak dari T. thioparus telah menunjukkan adanya beberapa aktivitas enzimatik yang mungkin terkait dengan oksidasi penguraian senyawa sulfur. Menurut Schlegel dan Schmidt 1994, hidrogen sulfida oleh beberapa bakteri lembayung bebas dan oleh bakteri hijau dioksidasi menjadi sulfat. Pada proses ini belerang intermediasi oleh sebagian bakteri lembayung belerang ditimbun sementara waktu dalam sel. Thiobacillus sp adalah sekelompok kecil organisme yang metabolisme energinya diubah untuk menghasilkan seluruh energi untuk pertumbuhan. Energi berasal dari oksidasi senyawa sulfur anorganik menjadi sulfat, dan memanfaatkan karbon dioksida sebagai sumber karbon 14 untuk sintesis material sel. Sebagian besar Thiobacilli T. thioxidans, T. thioparus, T. denitrificans bersifat khemolitroototrof dan memerlukan fiksasi CO 2 Schlegel dan Schmidt, 1994. Tabel 5. Dampak menghirup H 2 S Konsentrasi Efek Bagi Manusia 0.03 ppm Bisa dicium. Aman dihirup dalam 8 jam. 4 ppm Bisa menyebabkan iritasi mata. Harus menggunakan masker karena bisa merusak metabolisme. 10 ppm Maksimum terhirup selama 10 menit. Bau membunuh dalam 3 samapi 15 menit. Menyebabkan gas mata dan luka pada tenggorokan. Bereaksi secara keras dengan campuran isi raksa gigi. 20 ppm Terhirup lebih dari satu menit menyebabkan beberapa kerusakan urat saraf mata. 30 ppm Hilang penciuman, kerusakan sampai darah ke otak diteruskan dengan kerusakan organ penciuman. 100 ppm Kelumpuhan pernafasan dalam 30 sampai 45 menit. Pingsan dalam waktu singkat maksimal 15 menit. 200 ppm Kerusakan mata serius dan kerusakan mata sampai pada saraf. Melukai mata dan tenggorokan. 300 ppm Kehilangan keseimbangan dan fikiran. Kelumpuhan pernafasan dalam 30 sampai 45 menit. 500 ppm Menimbulkan kelumpuhan dalam 3 sampai 5 menit. Dibutuhkan segera penyadaran buatan. 700 ppm Akan menimbulkan terhentinya nafas dan kematian jika tidak segera ditolong. Kerusakan otak secara permanen jika tidak ada pertolongan cepat. Sumber : AlkenMurray.com

H. BAKTERI HETEROTROF

Dokumen yang terkait

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik Bacillus sp. BK17 dalam Formulasi Tablet untuk Mengurangi Layu Fusarium pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

1 76 46

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Mentimun

0 78 54

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Mentimun

1 51 54

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik NR09 Dan Bacillus sp. BK17 Pada Berbagai Media Pembawa Dalam Menghambat Pertumbuhan Sclerotium rolfsii Dan Fusarium oxysporum Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

0 52 72

Kemampuan Bakteri Antagonistik Dalam Menghambat Infeksi Saprolegnia sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2 51 71

Kemampuan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Infeksi Aspergillus sp. Pada Ikan Nila (Oreochromisniloticus)

3 48 68

Pengaruh Penambahan Pupuk Hayati (Biofertilizer) Dari Bakteri Rhizobium sp. Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Carrier Terhadap Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)

7 101 62

Kajian Aplikasi Bakteri Nitrosomonas sp. pada Teknik Biofilter Untuk Penghilangan Emisi Gas Amoniak

2 28 131

Penghilangan Gas H2s Dengan Teknik Biofilter Menggunakan Bahan Pengisi Kompos Dan Arang Aktif H2s Gas Removal By Biofilter Using Compost And Activated Carbon As Packing Materials Vol 19, No 3, 2011

0 4 7

Biofiltrasi Gas Amonia Menggunakan Nitrosomonas Sp. dan Nitrobacter Sp. untuk Industri Karet

0 0 14