BIOFILTER 2 kompos, tanah dan sekam

29 Kandungan karbon dalam media berhubungan dengan bakteri heterotrof. Bakteri heterotrof menggunakan karbon organik sebagai sumber energinya. Kandungan karbon pada biofilter 1 mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan jumlah karbon yang dikonsumsi oleh bakteri heterotrof lebih sedikit dibandingkan karbon yang dihasilkan dari hasil dekomposisi bahan tambahan dalam biofilter sekam. Penurunan karbon dikarenakan pengkonsumsian oleh bakteri heterotrof. Penurunan kandungan karbon hanya sampai hari ke-9 yaitu dari 25 menjadi 23, kemudian setelah hari ke-9 karbon naik sampai pada hari ke-30 menjadi 28. Nilai pH mengalami penurunan, namun masih dalam batas dimana bakteri Thiobacillus sp dan Nitrosomonsas sp masih bisa hidup. Penurunan pH ini dapat dilihat pada Gambar 7 c. Nilai pH pada biofilter 1 ini berselang antara 5.76 sampai 7.25. Bakteri Thiobacillus sp hidup antara pada pH 6 sampai 8. Peningkatan nitrat dan sulfat ini juga ditandai dengan turunnya pH pada media. Nilai pH di awal untuk masing-masing adalah 7.23 pada lubang ke-1; 7.27 pada lubang ke-2 dan 7.25 pada lubang ke-3. Pada minggu terakhir pH turun menjadi 6.83 pada lubang ke-1; 6.59 pada lubang ke-2 dan 7.2 pada lubang ke-3.

C. BIOFILTER 2 kompos, tanah dan sekam

1. Kinerja penghilangan Amoniak NH

3 Kinerja penghilangan amoniak pada biofilter 2 selama pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 10. Biofilter 2 ini menggunakan bahan pengisi kompos, tanah dan sekam. Konsentrasi inlet dan outlet pada biofilter dua dapat dilihat pada Gambar 10 a, sedangkan efisiensi dapat dilihat pada Gambar 10 b. Biofilter 2 yang berisi kompos, tanah dan sekam ini memiliki kinerja yang tidak jauh berbeda dengan biofilter 1. Hal ini dapat dilihat dari efisiensi yang tidak stabil selama beberapa hari. Pada hari ke-6 pagi efisiensi sudah turun menjadi 78, kemudian naik kembali 30 pada sore harinya menjadi 90 dan turun lagi pada hari ke-9 dengan efisiensi 67. Gambar 10. Kondisi dan kinerja penghilangan NH 3 biofilter dua a inlet-outlet, b efisiensi dan kadar air, c pH, d jumlah bakteri. 100 200 300 400 500 600 700 7 14 21 28 k o n s en tr as i p p m 20 40 60 80 100 7 14 21 28 e fisien si K .A ir 4 6 8 7 14 21 28 pH 2 4 6 8 10 12 7 14 21 28 hari ke- log c fu da n M P N Thio L-1 Thio L-2 Thio L-3 heterotrof L-1 heterotrof L-2 heterotrof L-3 Nitrosomonas sp lubang 1:pH dan kadar air lubang 2:pH dan kadar air lubang 3:pH dan kadar air efisiensi inlet outlet a b c d 31 Efisiensi hari ke-9 merupakan efisiensi terendah dari proses selama 30 hari. Efisiensi yang tidak stabil dari hari ke-6 sampai hari ke-9 dikarenakan inlet NH 3 yang sangat tinggi di awal, hari ke-0 sampai hari ke-3. Selanjutnya hari ke-10 sampai hari ke-19 efisiensi relatif stabil berselang antara 94 sampai 100. Hari ke-20 terjadi penurunan efisiensi kembali menjadi 72 dikarenakan konsentrasi inlet kembali tinggi di hari ke-14 sebesar 471 ppm dan hari ke-16 sebesar 439.5 ppm. Selanjutnya efisiensi stabil sampai hari ke-30 walaupun beberapa kali mengalami penurunan kemudian dapat naik kembali. Efisiensi rata-rata untuk biofilter dua adalah 97. Efisiensi rata-rata biofilter dua lebih kecil dibanding biofilter pertama. Populasi jumlah bakteri Nitrosomonas sp, Thiobacillus sp dan heterotrof dapat dilihat pada Gambar 10 d. Populasi bakteri Nitrosomonas sp mengalami beberapa penurunan. Seperti pada minggu hari ke-9 populasi bakteri turun dari 6.85 selg-contoh pada hari ke-0 menjadi 3.18 selg-contoh. Hal ini dikarenakan pada tiga hari pertama konsentrasi inlet amoniak sangat tinggi yang menyebabkan bakteri amoniak tidak bisa beradaptasi dengan baik. Tidak ditambahkannya sludge juga menjadi faktor yang menyebabkan populasi bakteri sedikit. Menurut Hirai et al. 2001, keuntungan dari campuran sludge dengan kompos adalah meningkatkan populasi bakteri nitrifikasi untuk menurunkan waktu aklimasi dan untuk mencoba mengurangi kepadatan pada media biofilter. Populasi bakteri Nitrosomonas sp mengalami penambahan dari hari ke-9 sampai hari ke-30. Pada hari ke-9 jumlah bakteri Nitrosomonas sp sebanyak 3.18 selg-contoh, kemudian pada hari ke-30 jumlah bakteri sebanyak 6.3 sel g-contoh. Populasi bakteri log cfu Thiobacillus sp pada hari ke-0 adalah 5.3 cfug-contoh pada lubang pertama, 5.48 cfug-contoh ada lubang ke-2 dan tidak ada pada lubang ke-3, kemudian pada hari ke-9 bakteri Thiobacillus sp tidak ada yang tumbuh karena tingginya konsentasi inlet amoniak dan hidrogen sulfida dalam tiga hari pertama. Menurut Chung et al. 1996, untuk mendapatkan energi, bakteri Thiobacillus thioparus 32 CH11 mengoksidasi hidrogen sulfida menjadi sulfat dengan beban inlet yang tendah. Pada hari ke-16 sampai hari ke-30 populasi bakteri Thiobacillus sp relatif stabil meskipun dalam jumlah yang sedikit. Populasi bakteri populasi bakteri dari hari ke-16 sampai ke-30 berkisar antara 2 cfug- contoh sampai 3.7 cfug-contoh. Populasi bakteri heterotrof selalu ada pada setiap biofilter meskipun pada hari ke-16 di lubang ke-3 tidak ada bakteri yang tumbuh. Hal ini dikarenakan pada lubang ke-3, hari ke-16 kadar air hanya 22.5 . Selain itu, pada hari ke-16, lubang ke-3 bakteri Thiobacillus sp mengalami peningkatan yang menyebabkan nutrien yang berada pada media digunakan oleh bakteri Thiobacillus sp. Populasi jumlah bakteri log cfu heterotrof pada lubang ke-1 dan ke-2 relatif lebih stabil. Nilai logaritma bakteri pada lubang satu berkisar antara 5.48 cfug-contoh sampai 8 cfug-contoh. Populasi bakteri pada lubang dua berkisar antara 5 cfug-contoh sampai 9.68 cfug-contoh. Stabilnya populasi bakteri pada lubang satu dan dua dikarenakan kadar air pada lubang satu dan dua sesuai dengan pertumbuhan bakteri. Pada lubang satu kadar air berkisar antara 47 sampai 62. Kadar air pada lubang dua berkisar antara 32 sampai 57. Perubahan kadar air ini dapat dilihat pada Gambar 10 b

2. Kinerja Penghilangan Hidrogen Sulfida H

2 S Kinerja penghilangan hidrogen sulfida pada biofilter dua selama pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 11. Kinerja penghilangan hidrogen sulfida tidak jauh berbeda dengan kinerja penghilangan pada biofilter 1. Namun, lebih baik sedikit. Hal ini dapat dilihat dari efisiensi yang rendah sejak hari ke-11 yaitu 59. Efisiensi yang berada dibawah 90 lebih banyak dibandingkan yang diatas 90. 33 Hari ke-13 sampai hari ke-20 efisiensi berada pada selang 51 sampai 89, kemudian pada hari selanjutnya efisiensi terus mengalami penurunan dan kenaikan secara signifikan. Seperti pada hari ke-29 dengan efisiensinya 100 turun menjadi 61 pada hari ke-30. Rata-rata penghilangan hidrogen sulfida pada biofilter 2 ini adalah 82. Efisiensi yang tidak stabil ini dikarenakan bakteri Thiobacillus sp yang jumlahnya tidak stabil Gambar 10 d dan lebih tingginya konsentrasi inlet. Selain itu, Pada konsentrasi NH 3 rendah, efisiensi penghilangan H 2 S tinggi yaitu 99 pada waktu pengoperasian Lee et al., 2002. Berdasarkan grafik pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa akumulasi inlet pada awal pengoperasian yang cukup tinggi mengakibatkan kemampuan biofilter yang kurang baik sejak awal pengoperasian. Biofilter 2 ini membutuhkan adaptasi pada konsentrasi yang lebih rendah dari pada konsentrasi inlet untuk pertumbuhan bakteri. Gambar 11. Kinerja penghilangan H 2 S biofilter dua a inlet-outlet, b efisiensi. 20 40 60 80 100 7 14 21 28 ko n se n tr as i p p m 20 40 60 80 100 7 14 21 28 hari ke- e fi s ie n s i inlet outlet a b 34

3. Kandungan Nitrogen, Sulfur dan Karbon dalam Media Biofilter

Perubahan kandungan nitrogen, sulfur dan karbon biofilter 2 selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 12. Efisiensi penghilangan amoniak yang sebagian besar diatas 96 ini juga berdampak pada konsentrasi nitrat dalam media yang juga meningkat. Pada hari pertama konsentrasi nitrat adalah 1286.9 ppm, kemudian meningkat sampai pada hari terakhir menjadi 3638.8 ppm. Konsentrasi nitrat pada hari ke-16 ini lebih kecil dibandingkan hari ke-9 dikarenakan nitrat terbawa air yang setiap hari disiramkan untuk menjaga kadar air media leachet atau nitrat telah berubah menjadi nitrogen organik. Konsentrasi nitrat yang meningkat juga dibuktikan dengan konsentrasi nitrogen total dalam media. Konsentrasi nitrogen total dalam media pada hari ke-0 adalah 4300 ppm, kemudian meningkat sampai pada hari ke-30 menjadi 8100 ppm. Selain itu, terjadi peningkatan ion amonium dari 86 ppm pada hari ke-0 menjadi 178 ppm pada hari ke-30. Konsentrasi nitrat yang terus meningkat juga diikuti kenaikan konsentrasi sulfat dalam media. Pada hari ke-0 konsentarsi sulfat 69,7 ppm, kemudian terus meningkat sampai pada hari ke-30 menjadi 84 ppm. Konsentrasi sulfur total pada media mengalami penurunan dari hari ke-0 3153 ppm sampai hari ke-16 2533 ppm, kemudian naik kembali sampai hari ke-30 22759 ppm. Kenaikan konsentrasi nitrat dan sulfat mengakibatkan pH media menjadi turun. Hari ke-0 pH biofilter masih diatas tujuh yaitu 7.3 pada lubang ke-1; 7.37 pada lubang ke-2 dan 7.3 pada lubang ke-3 sedangkan pada hari terakhir pH turun menjadi 6.51 pada lubang ke-1; 6.41 pada lubang ke-2 dan 6.95 pada lubang ke-3. Adapun terjadi peningkatan pH selama proses filtrasi seperti di lubang dua dari hari ke-16 sampai hari ke- 30 hal ini disebabkan karena adanya akumulasi ion amonium di akibat kelebihan gas amoniak Yani et al., 1998. Menurut Cho et al. 2000, bahwa polutan gas yaitu amoniak dan hidrogen sulfida yang masuk ke dalam suatu biofilter akan didegradasi oleh mikroorganisme membentuk 35 asam kuat yaitu nitrat dan sulfat yang selanjutnya akan terkumpul dalam media sehingga menyebabkan pH di dalam biofilter menjadi turun. Kandungan karbon dalam media mengalami peningkatan yaitu dari 28 pada hari ke-0 menjadi 28.4 pada hari ke-30. Peningkatan karbon dikarenakan bakteri autotrof yang mengkonsumsi CO 2 sebagai sumber energinya. Gambar 12. Kandungan beberapa unsur dalam biofilter dua a Nitrogen, b Sulfur, c Karbon. 2000 4000 6000 8000 10000 7 14 21 28 k ons e nt ra s i ppm 1000 2000 3000 4000 7 14 21 28 ko n sen tr a si p p m 25 26 27 28 29 30 7 14 21 28 hari K a ndu nga n K a rbon N total Nitrat ion am onioum S total sulfat a b c 36

D. BIOFILTER 3 kompos, tanah, serasah daun karet dan sludge

Dokumen yang terkait

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik Bacillus sp. BK17 dalam Formulasi Tablet untuk Mengurangi Layu Fusarium pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

1 76 46

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Mentimun

0 78 54

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Mentimun

1 51 54

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik NR09 Dan Bacillus sp. BK17 Pada Berbagai Media Pembawa Dalam Menghambat Pertumbuhan Sclerotium rolfsii Dan Fusarium oxysporum Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

0 52 72

Kemampuan Bakteri Antagonistik Dalam Menghambat Infeksi Saprolegnia sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2 51 71

Kemampuan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Infeksi Aspergillus sp. Pada Ikan Nila (Oreochromisniloticus)

3 48 68

Pengaruh Penambahan Pupuk Hayati (Biofertilizer) Dari Bakteri Rhizobium sp. Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Carrier Terhadap Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)

7 101 62

Kajian Aplikasi Bakteri Nitrosomonas sp. pada Teknik Biofilter Untuk Penghilangan Emisi Gas Amoniak

2 28 131

Penghilangan Gas H2s Dengan Teknik Biofilter Menggunakan Bahan Pengisi Kompos Dan Arang Aktif H2s Gas Removal By Biofilter Using Compost And Activated Carbon As Packing Materials Vol 19, No 3, 2011

0 4 7

Biofiltrasi Gas Amonia Menggunakan Nitrosomonas Sp. dan Nitrobacter Sp. untuk Industri Karet

0 0 14