LATEKS PEKAT BIOFILTER TINJAUAN PUSTAKA

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. LATEKS PEKAT

Karet merupakan salah satu hasil perkebunan yang cukup besar di Indonesia. Pada tahun 2003 produksi karet alam Indonesia mencapai 1.6 juta ton, dan merupakan produsen karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand yang produksi karet alamnya mencapai 2.3 juta ton Pusat Peneliti Karet, 2003, sedangkan jumlah produksi lateks cukup besar seperti pada PTPN II sebesar 2 224 tonhari. Jumlah produksi karet Indonesia tahun 2000–2004 dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah produksi karet Indonesia Penghasil Jumlah produksi 1000 ton 2000 2001 2002 2003 2004 Perkebunan Besar 375.7 397.7 403.4 405.4 409.5 Perkebunan Rakyat 1125.2 1723.3 1226.6 1386.6 1441.5 Sumber : BPS 2005 Salah satu komoditas karet adalah lateks pekat yang biasa digunakan untuk pembuatan produk karet busa, sarung tangan, kondom dan lainnya. Untuk menghasilkan lateks pekat yang bermutu tinggi maka diperlukan lateks segar yang baik. Lateks segar perlu diawetkan dengan cara penambahan bahan pengawet anti koagulan. Bahan pengawet yang sering digunakan adalah amoniak Goutara et al., 1985. Menurut Saputra 2005, apabila kadar amoniak dari setiap tangki penerima lebih rendah dari yang ditetapkan, penambahan amoniak perlu dilakukan secepatnya sampai kadar yang dikehendaki 70. Proses pengolahan lateks pekat diperlihatkan pada Gambar 1. 4 Tidak harus dilakukan Bagian proses produksi Gambar 1. Proses pengolahan lateks pekat Suwardin, 1989.

B. BIOFILTER

Penghilangan gas secara fisik-kimia memiliki keterbatasan bila bahan penyerap gas adsorban jenuh maka harus diganti. Zat penyerap yang telah jenuh sering kali sulit untuk diregenerasikan, sehingga tidak dapat digunakan lagi. Kelemahan ini dapat diatasi dengan aktivitas mikroba. Menurut Ottenggraf 1986, metode biologi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu bioscrubber, biotrickling filter, dan biofilter. Tempat pengumpulan hasil Tangki penerima Mesin pemusing Amoniak atau pengawet sekunder Pengolahan lateks skim Tangki penyimpan Tangki pencampur Pengolahan karet skim Lateks kebun Amoniak Lateks pekat Karet skim Skim Penghilangan amoniak 5 Biofilter adalah teknologi yang relatif baru digunakan dalam menangani gas terkontaminasi dengan degradasi senyawa secara biologi Hodge, 1993. Teknologi biofilter memanfaatkan mikroorganisme untuk mendegradasi secara biologi senyawa organik yang mudah menguap VOC dan gas pencemar Raghuvanshi dan Babu, 2004. Desain biofilter didasarkan pada tingkat aliran volume, spesifikasi zat pencemar dan konsentrasi, karakteristik media, ukuran biofilter, pengendalian kelembaban, perawatan, dan biaya Schmidt et al., 2004 Menurut Devinny et al. 1999, terdapat keuntungan dan kerugian dari penggunaan biofilter ini. Keuntungan biofilter : ™ Biaya operasional dan modal yang sedikit. ™ Penghilangan efektif untuk senyawa. ™ Pressure drop rendah. ™ Tidak ada produk limbah lebih lanjut. Kerugian biofilter : ™ Keadaan medium yang mungkin memburuk. ™ Kurang cocok untuk konsentrasi tinggi. ™ pH dan kelembaban sulit untuk di kontrol. ™ Partikel mungkin bisa menyumbat medium. Elemen kunci dalam penghilangan kontaminan gas adalah biofilm Devinny et al., 1999. Mekanisme pembentukan biofilm menurut Schmidt et al. 2004, yaitu udara berbau disedot oleh kipas dari bangunan dan didistribusikan secara menyeluruh ke media biofilter. Mikroorganisme melekat pada media organik membentuk biofilm. Di dalam biofilm, mikroorganisme mengoksidasi gas yang dapat dibiodegradasi menjadi CO 2 , H 2 O, garam mineral, dan biomassa. Secara umum biofilter konvensional menangani kontaminan pada konsentrasi antara 10 -3 sampai 10 g per m 3 . Pada kisaran konsentrasi ini memungkinkan biofilm mendegradasi secara efisien Devinny et al., 1999. Sedangkan menurut Vanotti 1999, dibutuhkan penyesuaian selama enam minggu untuk mengembangkan fungsi biofilm nitrifikasi di permukaan media dan diindikasikan dengan stabilnya aktifitas nitrifikasi. 6

C. BAHAN PENGISI

Dokumen yang terkait

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik Bacillus sp. BK17 dalam Formulasi Tablet untuk Mengurangi Layu Fusarium pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

1 76 46

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Mentimun

0 78 54

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Mentimun

1 51 54

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik NR09 Dan Bacillus sp. BK17 Pada Berbagai Media Pembawa Dalam Menghambat Pertumbuhan Sclerotium rolfsii Dan Fusarium oxysporum Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

0 52 72

Kemampuan Bakteri Antagonistik Dalam Menghambat Infeksi Saprolegnia sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2 51 71

Kemampuan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Infeksi Aspergillus sp. Pada Ikan Nila (Oreochromisniloticus)

3 48 68

Pengaruh Penambahan Pupuk Hayati (Biofertilizer) Dari Bakteri Rhizobium sp. Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Carrier Terhadap Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)

7 101 62

Kajian Aplikasi Bakteri Nitrosomonas sp. pada Teknik Biofilter Untuk Penghilangan Emisi Gas Amoniak

2 28 131

Penghilangan Gas H2s Dengan Teknik Biofilter Menggunakan Bahan Pengisi Kompos Dan Arang Aktif H2s Gas Removal By Biofilter Using Compost And Activated Carbon As Packing Materials Vol 19, No 3, 2011

0 4 7

Biofiltrasi Gas Amonia Menggunakan Nitrosomonas Sp. dan Nitrobacter Sp. untuk Industri Karet

0 0 14