BIOFILTER 3 kompos, tanah, serasah daun karet dan sludge

36

D. BIOFILTER 3 kompos, tanah, serasah daun karet dan sludge

1. Kinerja penghilangan Amoniak NH

3 Kinerja penghilangan amoniak pada biofilter 2 selama pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 13 berikut ini. Biofilter tiga memiliki media dengan bahan pengisi kompos, tanah, serasah daun karet dan sludge. Perubahan outlet-inlet serta efisiensi dapat dilihat pada Gambar 13 a dan b. Kinerja penghilangan amoniak biofilter tiga sangat baik karena efisiensi biofilter sampai hari ke-30 masih bertahan 100 . Efisiensi mampu bertahan 100 meskipun beberapa hari di awal dan di pertengahan pengoperasian konsentrasi inlet sangat tinggi. Baiknya efisiensi ini disebabkan biofilm pada biofilter 3 ini sudah terbentuk. Penelitian sebelumnya yang menggunakan biofilter yang sama telah membantu proses terbentuknya biofilm. Menurut Vanotti et al. 1999, dibutuhkan waktu penyesuaian enam minggu untuk mengembangkan fungsi dari biofilm nitrifikasi di atas permukaan media, yang ditandai dengan stabilnya aktifitas nitrifikasi. Biofilm terbentuk pada partikel padat media biofilter yang memiliki kadar air yang cukup untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri akan hidup pada permukaan media padat, kemudian akan berkembang biak sehingga membentuk biofilm seperti selaput. Semakin tinggi porositas partikel, semakin banyak biofilm yang terbentuk. Perubahan populasi bakteri selama pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 13 d. Populasi bakteri Nitrosomonas sp pada hari ke nol adalah 1.88 selg-contoh, kemudian meningkat pada hari ke-9 menjadi 4.85 selg-contoh. Hari ke-16 populasi bakteri turun menjadi 2.6 selg- contoh. Selanjutnya populasi bakteri kembali naik pada hari ke-23 menjadi 5.54 selg-contoh. selg-contoh. 37 Gambar 13. Kondisi dan kinerja penghilangan NH 3 biofilter tiga a inlet-outlet, b efisiensi dan kadar air, c pH, d jumlah bakteri. 100 200 300 400 500 600 700 7 14 21 28 k on s e nt ra s i ppm 20 40 60 80 100 7 14 21 28 e fisien si K .A ir 4 6 8 7 14 21 28 pH 2 4 6 8 10 12 7 14 21 28 hari ke- log c fu da n M P N Thio L-1 Thio L-2 Thio L-3 heterotrof L-1 heterotrof L-2 heterotrof L-3 Nitrosomonas sp lubang 1:pH dan kadar air lubang 2:pH dan kadar air lubang 3:pH dan kadar air efisiensi inlet outlet a b c d 38 Populasi bakteri mengalami penurunan kembali pada hari ke-30 sebanyak 5.30 selg-contoh. Bakteri Nitrosomonas sp banyak tumbuh pada lubang satu dan dua karena memiliki kadar air yang baik yaitu 49-57 pada lubang satu dan 30 - 56 pada lubang dua. Perubahan kadar air ini dapat dilihat pada Gambar 13 b. Populasi bakteri log cfu Thiobacillus sp pada hari ke-0 ada di lubang ke-2 dengan populasi 4.48 cfug-contoh, sedangkan hari ke-9 populasi bakteri tidak ada yang tumbuh. Bakteri kemungkinan dalam keadaan dorman atau mati dimana akibat tingginya konsentrasi inlet amoniak dan hidrogen sulfida di awal pengoperasian biofilter sehingga bakteri belum melakukan adaptasi dengan baik. Hari ke-16 bakteri sudah mulai tumbuh yaitu 3.95 cfug-contoh pada lubang pertama; 3.3 cfug- contoh pada lubang ke-2 dan 3.9 cfug-contoh pada lubang ke-3. Hari ke- 23 sampai hari ke-30 bakteri hidup pada setiap lubangnya walaupun mengalami penurunan dan kenaikan jumlah. Jumlah bakteri dari hari ke-23 sampai hari ke-30 berkisar antara 2.18 - 6.78 cfug-contoh. Populasi jumlah log cfu bakteri heterotrof pada lubang satu cenderung stabil berkisar antara 5.78 - 6.48 cfug-contoh, sedangkan lubang dua dan tiga mengalami beberapa penurunan yang signifikan. Pada lubang dua populasi bakteri mengalami penurunan dari 9.68 cfug-contoh pada hari ke-0, kemudian turun pada hari ke-16 menjadi 6 cfug-contoh. Setelah hari ke-9 populasi bakteri di lubang dua relatif stabil berkisar antara 5.7 cfug-contoh – 6.48 cfug-contoh. Pada lubang ke-3 penurunan terjadi dari 8.3 cfug-contoh pada hari ke-9 menjadi 5 cfug-contoh pada hari ke-16, selanjutnya bakteri stabil berkisar 5 cfug-contoh - 6 cfug- contoh. Stabilnya jumlah bakteri heterotrof pada lubang satu juga di dukung dengan kadar air yang stabil pada lubang satu. Kadar air pada lubang satu berkisar antara 49.2 – 57.7, sedangkan pada lubang tiga kadar air sangat rendah sejak hari ke-16 sampai hari ke-54. Kadar air pada lubang tiga hari ke-16 sampai hari ke-54 berkisar antara 7.2 - 12.7. Pada lubang ke-3 ini kondisi bakteri tidak dapat hidup dengan baik 39 sehingga jumlah bakteri mengalami penurunan antara hari ke-9 dampai hari ke-16.

2. Kinerja Penghilangan Hidrogen Sulfida H

2 S Kinerja penghilangan hidrogen sulfida pada biofilter tiga selama pengoperasian dapat dilihat pada Gambar 14. Kinerja penghilangan hidrogen sulfida pada biofilter 3 yang berisi kompos, tanah, serasah daun karet dan sludge ini lebih baik dibandingkan biofilter satu dan dua. Hal ini terbukti dengan efisiensi yang stabil sampai pada hari ke-16. Efisiensi sampai pada hari ke-16 selalu diatas 95. Pada hari ke-17 sore hari efisiensi menurun sampai 77, kemudian naik beberapa saat dan turun lagi pada hari ke-19 sore menjadi 79. Penurunan ini bisa dikarenakan akumulasi dari konsentrasi inlet amoniak pada hari ke-0, ke-2, ke-14 dan ke-16 yang sangat tinggi Gambar 14. Kinerja penghilangan H 2 S biofilter tiga a inlet-outlet, b efisiensi. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 7 14 21 28 ko n se n tr asi p p m 20 40 60 80 100 7 14 21 28 hari ke- e fis ie n s i inlet outlet a b 40 sehingga kemampuan mikroba pendegradasi hidrogen sulfida menurun pada hari ke-17 dan ke-19. Setelah hari ke-19 efisiensi kembali meningkat diatas 90 sampai hari ke-30.

3. Kandungan Nitrogen, Sulfur dan karbon dalam Media Biofilter

Perubahan kandungan nitrogen, sulfur dan karbon selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 15. Konsentrasi nitrat dalam media juga mengalami penambahan walaupun pada hari ke-16 mengalami penurunan. Pada hari ke-9 konsentrasi nitrat 2318.8 ppm, kemudian pada hari ke-16 turun menjadi 869.55 ppm. Konsentrasi nitrat terus naik sampai hari ke-30 dengan nilai 6052. Secara umum terjadi peningkatan konsentrasi nitrat. Nitrogen total dalam media juga meningkat karena peningkatan nitrat dan juga ion amonium. Nitrogen total meningkat dari hari ke-9 sampai hari ke-30. Konsentrasi nitrogen total dalam media pada hari ke-9 sebesar 4600 ppm, kemudian pada hari ke-30 sebesar 8800 ppm. Peningkatan kadar nitrogen dikarenakan bertambahnya jumlah bakteri Nitrosomonas sp yang mengubah gas amoniak menjadi nitrat Gambar 13 d. Konsentrasi sulfat pada media terus bertambah dari hari ke-0 sampai hari ke-30. Pada hari ke-0 konsentrasi sulfat 34.86 ppm, kemudian hari ke-9, 16, 23 dan 30 berturut-turut adalah 38 ppm; 50.73 ppm; 63.8 ppm dan 77.2 ppm. Peningkatan konsentrasi sulfat tidak diikuti oleh peningkatan sulfur total. Pada hari ke-0 konsentrasi sulfur total sebesar 3266 ppm, sedangkan pada hari ke-30 sebesar 2703 ppm. Penurunan ini dikarenakan sulfur organik dimineralisasi menjadi hidogen sulfida. Peningkatan konsentrasi nitrat dan sulfat ini menyebabkan pH media menurun dari hari ke-0 sampai hari ke-30 yaitu 7.21 pada lubang ke-1; 7.27 pada lubang ke-2 dan 7.18 pada lubang ke-3 menjadi 6.39 pada lubang ke-1; 6.78 pada lubang ke-2 dan 6.99 pada lubang ke-3. 41 Pada hari ke-0 kandungan karbon dalam media sebesar 22, kemudian pada hari ke-30 menjadi 31.3. Kandungan karbon mengalami peningkatan dari hari ke-0 sampai hari ke-30 .

E. BIOFILTER 4 kompos, tanah dan serasah daun karet

Dokumen yang terkait

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik Bacillus sp. BK17 dalam Formulasi Tablet untuk Mengurangi Layu Fusarium pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

1 76 46

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun pada Tanaman Mentimun

0 78 54

Pemanfaatan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Pertumbuhan Curvularia sp. Penyebab Penyakit Bercak Daun Pada Tanaman Mentimun

1 51 54

Viabilitas dan Kemampuan Bakteri Kitinolitik NR09 Dan Bacillus sp. BK17 Pada Berbagai Media Pembawa Dalam Menghambat Pertumbuhan Sclerotium rolfsii Dan Fusarium oxysporum Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

0 52 72

Kemampuan Bakteri Antagonistik Dalam Menghambat Infeksi Saprolegnia sp. Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

2 51 71

Kemampuan Bakteri Kitinolitik Dalam Menghambat Infeksi Aspergillus sp. Pada Ikan Nila (Oreochromisniloticus)

3 48 68

Pengaruh Penambahan Pupuk Hayati (Biofertilizer) Dari Bakteri Rhizobium sp. Yang Diinokulasikan Ke Dalam Dolomit Sebagai Carrier Terhadap Produksi Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)

7 101 62

Kajian Aplikasi Bakteri Nitrosomonas sp. pada Teknik Biofilter Untuk Penghilangan Emisi Gas Amoniak

2 28 131

Penghilangan Gas H2s Dengan Teknik Biofilter Menggunakan Bahan Pengisi Kompos Dan Arang Aktif H2s Gas Removal By Biofilter Using Compost And Activated Carbon As Packing Materials Vol 19, No 3, 2011

0 4 7

Biofiltrasi Gas Amonia Menggunakan Nitrosomonas Sp. dan Nitrobacter Sp. untuk Industri Karet

0 0 14