4.2.2.1 Alat Musik tak Bernada
Menurut keterangan dari Kaeroni, alat musik tak bernada yang digunakan untuk terapi meliputi tamborin, rebana, triangle, simbal, marakas, snare drum, dan
bass drum. Alat musik tak bernada diterapkan untuk menggantikan musik dalam tubuh seperti tepuk tangan, tepuk paha, dan hentakan kaki. Berdasarkan
pengamatan di dalam kelas, simbal dibunyikan untuk mengganti gerakan tepuk tangan, snare drum dibunyikan untuk mengganti gerakan tepuk paha, dan bass
drum dibunyikan untuk mengganti gerakan hentakan kaki. Contoh permainan alat musik tak bernada:
•
X X
√√ •
X X
√√ •
X X
√√
dung tam tam cas-cas dung tam tam cas-cas
dung tam tam cas-cas
•
X X
√√ •
X X
√√ •
X X
√√
dung tam tam cas-cas dung tam tam cas-cas
dung tam tam cas-cas Keterangan:
•
= tanda bulat bass drum dipukul X = tanda silang snare drum dipukul
√
= tanda point simbal dipukul Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pada tahap ini pengajar
membagi 3 kelompok belajar. Kelompok pertama untuk pemukul bass drum, kelompok kedua untuk pemukul snare drum dan kelompok ketiga untuk pemukul
simbal. Dalam tahap ini, pengajar menambahkan melodi lagu yang dimainkan dengan alat musik balera yang juga dimainkan oleh pengajar. Penambahan lagu
dimaksudkan agar anak bertambah semangat untuk melakukan kegiatan terapi. Pola ritme bisa diganti sesuai dengan inisatif pengajar.
Gambar 4.12 Kegiatan Anak memainkan alat musik tak bernada Dok. Foto Khusna Julidar, September 2012
4.2.2.2 Alat Musik Bernada
Dalam kegiatan terapi, anak cerebral palsy tidak diajarkan lebih dalam mengenai alat musik bernada, mengingat keterbatasan fisik yang dimiliki anak.
Pengajar hanya mengenalkan dan memberi tahu cara penggunaannya. Penggunaan alat musik disesuaikan dengan kemampuan fisik anak. Alat musik tersebut seperti
angklung, pianika, gamelan, dan balera. Setelah anak mengenal nada, tahap selanjutnya nada diterapkan pada alat musik yang disediakan oleh pengajar.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara pada tanggal 5 September 2012, Kaeroni menyatakan bahwa alat yang sering digunakan adalah
angklung dikarenakan jumlah angklung yang banyak sehingga anak bisa memegang satu-satu. Pelaksanaan dilakukan dengan pembagian kelompok. Anak
dibagi menjadi 8 kelompok, sesuai dengan jumlah notasi angka. Setiap anak
memegang 1 angklung untuk 1 notasi. Cara memainkannya sesuai kode atau perintah dari pengajar. Jika pengajar berkata “do”, angklung yang dimainkan
adalah angklung dari kelompok pertama. Jika pengajar berkata “re”, angklung dimainkan oleh kelompok kedua, begitu juga untuk mi, fa, sol, la, si, do.
Angklung dimainkan sesuai apa yang dikatakan oleh pengajar. Permainan bisa divariasi dengan menggunakan lagu yang sederhana, sehingga menghasilkan
permainan lagu dengan alat musik angklung. Kegiatan tersebut bertujuan untuk melatih kemampuan anak dalam mengingat dan mengkoordinasikan antara otak
dan motorik sensomotorik. Dari segi fisik motorik, kegiatan tersebut dapat melatih kekuatan tangan pada anak cerebral palsy dengan memegang beban yang
lebih berat.
Gambar 4.13 Wawancara dengan pengajar selaku kabag terapi musik Dok. Foto Khusna Julidar, September 2012
Berdasarkan hasil pengamatan, pengajar juga mengajarkan penjarian tangan pada alat musik keyboard. Penjarian dilakukan dengan satu jari, karena
kelainan motorik pada anak. Penjarian dilakukan dengan cara bergantian. Untuk memvariasi kegiatan agar anak tidak bosan, adakalanya pengajar mengiringi anak
bernyanyi dengan menggunakan keyboard. Hal tersebut dilakukan agar anak tidak merasa bosan dan melatih keberanian anak untuk bernyanyi di hadapan teman-
temannya.
Gambar. 4.14 Anak sedang bernyanyi Dok. Foto Khusna Julidar, September 2012
4.3 Metode yang Digunakan Dalam Penerapan Musik Sebagai Media Terapi
Fisik Motorik Bagi Anak Penyandang Cerebral Palsy di YPAC Semarang
Berdasarkan keterangan Kaeroni, untuk menentukan metode serta teknik penyampaian, perlu didasarkan kepada beberapa pertimbangan, antara lain
sebagai berikut: 1
Memperhatikan kepentingan anak Pengajar perlu memperhatikan kepentingan anak, di sini pengajar harus
mengetahui beberapa hal yaitu: 1 kesukaan dan perhatiannya; 2 tingkat kematangannya; 3 macam dan berat-ringannya kelainan; 4 tingkat
kecerdasannya; 5 kemampuan mengadakan abstraksi; 6 perbedaan individual bakatpembawaan; 7 waktu yang diperlukan untuk kegiatan.
2 Memperhatikan sarana dan prasarana yang ada
Sebelum menentukan metode untuk kegiatan terapi, pengajar menyediakan beberapa sarana dan prasarana guna menunjang kegiatan terapi. Sarana dan
prasarana yang harus diperhatikan antara lain: 1 alat musik yang sebenarnya; 2 alat musik tiruan pengganti; 3 alat-alat lain yang diperlukan.
3 Memperhatikan macam bidang kegiatan dan prosesnya
Dalam menentukan metode, pengajar juga memperhatikan kegiatan apa yang akan diberikan dan bagaimana proses kegiatan tersebut. Hal tersebut
bertujuan agar pengajar tepat memilih metode yang akan digunakan saat kegiatan agar berjalan dengan lancar.