Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sepanjang sejarah hidupnya, manusia tidak dapat lepas dari seni, karena seni merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang mengandung nilai estetis, sedangkan setiap manusia pada dasarnya menyukai keindahan. Bentuk penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantara alat-alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar seni suara, penglihat seni rupa atau dilahirkan dalam perantaraan gerak seni tari dan seni drama. Kehadiran musik sebagai bagian dari kehidupan manusia bukanlah hal yang baru. Setiap budaya di dunia memiliki musik yang khusus diperdengarkan atau dimainkan berdasarkan peristiwa-peristiwa bersejarah dalam perjalanan hidup anggota masyarakatnya. Ada musik yang dimainkan untuk mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran seorang anak, ada juga musik yang khusus mengiringi upacara-upacara tertentu seperti pernikahan dan kematian. Pada hakikatnya musik adalah produk pikiran, maka frekuensi, amplitudo, dan durasi belum menjadi musik bagi manusia sampai semua itu ditransformasi dan diinterpretasikan melalui otak menjadi: pitch, timbre, dinamika, dan tempo. Hampir semua manusia merupakan produk dari lingkungan dan terutama sekali berdasarkan sifat untuk harus belajar tentang segala sesuatunya dalam hidup. Tetapi tidak boleh dilupakan pula bahwa segala tindakannya terbatas. Manusia bertindak karena didesak oleh kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Meski belum banyak ditelaah, peran musik sebagai sarana penyembuhan sebenarnya sudah diterapkan sejak berabad-abad yang lalu. Banyak wilayah di Indonesia mempunyai tradisi menyertakan musik dalam upaya penyembuhan tanpa menyadari bahwa sebenarnya yang berlangsung adalah bagian dari sebuah terapi musik. Sejauh ini terapi musik telah menjadi bagian dari kesehatan, terapi musik diartikan sebagai sebuah aktivitas perawatan atau pengobatan yang menggunakan musik sebagai media untuk memelihara, memperbaiki, mengembangkan mental, fisik dan kesehatan emosi pada diri seseorang yang mempunyai penyakit atau mengalami gangguan tertentu. Terapi musik memanfaatkan kekuatan musik untuk membantu seseorang menata dirinya sehingga mereka mampu mencari jalan keluar, mengalami perubahan dan akhirnya sembuh dari gangguan yang diderita. Pada perkembangan zaman, terapi musik banyak digunakan dalam dunia kesehatan seperti salah satunya dalam pelayanan rehabilitasi medis bagi anak- anak berkebutuhan khusus di Yayasan Pembinaan Anak Cacat YPAC Semarang. “Anak berkebutuhan khusus” merupakan istilah lain untuk menggantikan kata “anak luar biasa” yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dan lainnya. Istilah berkelainan dalam percakapan sehari-hari dikonotasikan sebagai suatu kondisi yang menyimpang dari rata-rata umum dimana penyimpangan tersebut memiliki nilai lebih maupun kurang. Dalam pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak berkelainan, istilah penyimpangan ditujukan kepada anak yang dianggap memiliki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal umumnya dikarenakan adanya permasalahan dalam hal fisik, kemampuan berpikir, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya. Terapi musik sangat penting bagi anak yang berkelainan, karena dengan latihan terapi musik dapat membantu perkembangan penderita yang bersifat membangun, mendorong, menumbuhkan percaya diri, juga membentuk kepribadian penderita menjadi pribadi yang optimis, pantang menyerah dan dapat menerima kenyataan hidup dengan apa adanya. Banyak anak berkebutuhan khusus yang merasa pesimis, rendah diri, atau kurang mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari lingkungannya, sehingga timbul perasaan atau anggapan bahwa mereka itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan bermain musik diharapkan dapat merangsang dan menarik bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk mengikuti alur irama yang selanjutnya menciptakan suasana santai, gembira yang pada akhirnya membuat adanya perubahan-perubahan yang positif. Tujuan dari terapi musik secara khusus adalah untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi yang ada pada penderita, serta memfungsikan sisa-sisa kemampuan yang ada pada penderita yang berkelainan. Dengan demikian penderita akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan merasa bisa berbuat atau beraktivitas seperti manusia pada umumnya. Dengan diberikannya terapi musik diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ketegangan-ketegangan penderita pada aspek sosial emosional, mental intelegensi dan fisik motorik. Dalam tugasnya sehari-hari, seorang terapis musik akan menemui klien- klien penyandang kelainan yang berbeda-beda dengan berbagai keadaannya. Agar dapat bekerja secara maksimal dalam memberikan pertolongan, terapis musik dituntut untuk benar-benar memahami keterbatasan-keterbatasan yang dialami kliennya. Terapis juga harus memperhatikan tingkat kecerdasan penderita dalam arti sejauh mana daya tangkap penderita dalam menerima materi atau perintah dari terapis, juga harus memperhatikan bagaimana keadaan sosial emosionalnya apakah hiperaktif, penakut, pemalu atau pemarah. Karena banyaknya penderita kelainan atau ketunaan yang berbeda-beda, maka menurut klasifikasi ketunaannya digolongkan sebagai berikut: 1 bagian A untuk penderita tunanetra, 2 bagian B untuk penderita tunarungu, 3 bagian C untuk penderita tunagrahita, 4 bagian D untuk penderita tunadaksa, dan 5 bagian E untuk penderita tunalaras Efendi 2009: 11. Dengan banyaknya jenis ketunaan tersebut maka tidak mungkin satu lembaga sosial dapat menangani semuanya secara bersama-sama. YPAC Semarang adalah yayasan sosial yang khusus menangani anak-anak berkebutuhan khusus dengan golongan C tunagrahita dan D tunadaksa. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan YPAC Semarang adalah perawatan anak yang berobat jalan di poliklinik yang melayani penderita dan keluarganya yang memerlukan pemeriksaankonsultasi dan pengobatan, baik yang sifatnya sementara maupun harus datang secara berkelanjutan dan teratur yaitu: fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, terapi musik, bina mandiri, dan psikologi. Adapun di dalam kelas terapi musik itu sendiri terdapat beberapa program, seperti: 1.1.1 Fisik Motorik Program untuk penderita dengan gangguan kelayuan pada anggota badan misalnya: tangan, kaki, leher, serta gangguan bicara. Kegiatan yang diajarkan dalam latihan lingkup gerak sendi yaitu latihan ritmis contoh tepuk tangan, tepuk paha, memukul alat musik drum, simbal, gamelan, rebana, dan lain sebagainya. 1.1.2 Sosial Emosional Suatu keadaan dimana kondisi seseorang sudah tidak mampu mengendalikan jiwa atau perasaannya maka timbul ketegangan-ketegangan emosi yang disebabkan karena tidak mempunyai solusi untuk mengatasi hambatannya. Contoh emosional yang sering tampak pada penderita misalnya: mudah marah, penakut, dan semaunya sendiri. Kegiatan yang diajarkan yaitu mendengarkan musik baik dari CD, mp3, permainan piano, dan lain sebagainya. 1.1.3 Mental Intelegensi Gangguan pada pemusatan perhatian serta keterbatasan daya pikir sehingga penderita kurang konsentrasi. Kegiatan-kegiatan yang diajarkan seperti bernyanyi, mendengarkan lagu-lagu, belajar notasisolmisasi, dan belajar alat musik bernada. Pelayanan terapi musik diberikan pada penderita yang mengalami hambatan cerebral palsy dan retardasi mental. Cerebral palsy adalah suatu kelainan hambatan beraktifitas akibat kelayuan dan kekakuan pada anggota badan yang disebabkan karena kerusakan sel saraf di otak yang bertugas mengendalikan fungsi gerakan Buku Pelayanan YPAC Semarang 2004: 29. Retardasi mental atau tunagrahita adalah kondisi dimana perkembangan kecerdasan mental seseorang mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal Somantri 2007:105. Pelayanan musik terapi sangat bermanfaat sebagai media terapi fisik motorik bagi penyandang cerebral palsy, karena dengan diberikannya pelayanan tersebut diharapkan para penderita mampu menggerakkan anggota badannya yang mengalami kelayuan dan pada akhirnya bisa mengurangi ketegangan-ketegangan sehingga penderita mampu berbuat seperti orang pada umumnya. Latar belakang permasalahan inilah yang mendorong penulis untuk mengambil penelitian penerapan musik sebagai media terapi fisik motorik bagi penyandang cerebral palsy di YPAC Semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelayanan Pusat Rehabilitasi Anak Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Medan Terhadap Keterampilan Penyandang Tuna Grahita

12 125 92

PEMBELAJARAN INSTRUMEN KEYBOARD PADA SISWA PENYANDANG TUNA DAKSA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG

4 29 129

PEMBELAJARAN MUSIK DI KELAS MUSIK PRESTASI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAGIAN D DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG

0 29 187

Incidence of epilepsy among patients with cerebral palsy (CP) in Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat (YPAC) – Medan

0 3 6

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN Pengaruh Terapi Musik Relaksasi Terhadap Tingkat Spastisitas Anak Cerebral Palsy Diplegi Di Yayasan Sayap Ibu Panti 2 Yogyakarta.

0 3 15

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Cerebral Palsy Monoplegi Upper Extremity Sinistra Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta.

0 4 16

PENDAHULUAN Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Cerebral Palsy Monoplegi Upper Extremity Sinistra Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta.

0 2 5

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA Penatalaksanaan Terapi Latihan Pada Cerebral Palsy Monoplegi Upper Extremity Sinistra Di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta.

0 1 17

HUBUNGAN TINGKAT DISABILITAS FISIK DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING DENGAN HARGA DIRI PADA ANAK PENYANDANG DISABILITAS FISIK DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) MALANG

0 1 11

KOMUNIKASI NONVERBAL PENYANDANG CEREBRAL PALSY (Studi Mengenai Penggunaan Komunikasi Nonverbal Untuk Mengekspresikan Perasaannya dalam Komunikasi Antar Personal Penyandang Cerebral Palsy di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya) Repository - UNAIR

0 0 200