Tabel 2.2 Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor
Perkembangan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal. 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor
awal. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal.
Lebih dari 10 poin di atas skor awal. Nilai sempurna tanpa memperhatikan skor
awal. 5 poin
10 poin 20 poin
30 poin 30 poin
2 Menghitung skor kelompok Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota
kelompok. Pemberian predikat kelompok didasarkan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Predikat Penghargaan Kelompok
Rata-rata tim Predikat
≤ x ≤ 5 5
≤ x ≤ 15 15
≤ x ≤ 25 25
≤ x ≤ 30 -
Tim baik Tim hebat
Tim super
3 Pemberian Hadiah
Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiahpenghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan
predikatnya.
2.3 Kerangka Berpikir
Dari hasil evaluasi mata pelajaran IPA di SD Negeri Sridadi 04 diketahui beberapa siswa mendapatkan nilai yang belum mencapai nilai KKM nilai 62.
Hal tersebut dikarenakan guru masih menggunakan metode pembelajaran yang
yang kurang variatif. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Siswa hanya menerima materi yang diberikan oleh guru tanpa
dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak bermakna bagi siswa dan siswa mudah lupa terhadap
materi yang telah dipelajarinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti mencoba menerapkan
model pembelajaran tipe STAD dalam mata pelajaran IPA. Model pembelajaran ini melibatkan siswa untuk bekerjasama antar anggota kelompok untuk
memahami materi yang diajarkan oleh guru. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi akan diberikan penghargaan. Dengan menerapkan model STAD ini
diharapkan pembelajaran akan lebih efektif dan bermakna, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa juga akan meningkat.
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang relevan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, terbukti bahwa dalam penggunaan
model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini diketahui dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain. Siswa
yang sebelumnya pasif dalam proses pembelajaran dapat bersikap aktif selama mengikuti pelajaran.
Selain itu, hasil belajar siswa juga meningkat dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini
siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Pembagian kelompok ini didasarkan pada tingkat kemampuan yang berbeda, dan jenis kelamin
sehingga, tiap siswa bisa saling membantu untuk memahami materi yang diberikan. Selain itu, aktivitas siswa juga akan semakin meningkat. Hal ini
dikarenkan siswa yang belum memahami materi pembelajaran dapat meminta bantuan kepada teman kelompoknya yang sudah memahami materi pembelajaran.
Sedangkan siswa yang sudah memahami materi pembelajaran dapat membantu menjelaskan kepada teman lainnya sehingga, dapat mengingat kembali materi
yang sudah diajarkan. Selain itu, dengan adanya penghargaan kelompok dan pemberian hadiah dapat memotivasi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar.
2.4 Hipotesis Tindakan