77 perkebunan karet menjadi perkebunan sawit karena sawit memberikan harga yang
lebih menarik. Selain itu juga karena semakin mahalnya upah buruh sadap di Malaysia sehingga meningkatkan biaya produksi.
Produksi karet alam dunia mengalami pertumbuhan positif sebesar 3.53 persen per tahun. Pertumbuhan produksi terbesar dicapai oleh Thailand yang
dapat meningkatkan produksinya rata-rata 6.08 persen per tahun disusul oleh Indonesia dan India. Sedangkan Malaysia mengalami pertumbuhan produksi yang
negatif atau menurun dengan rata-rata 0.07 persen per tahunnya. Namun produksi Malaysia kembali mengalami peningkatan sejak tahun 2002 terkait dengan
peningkatan harga karet alam dunia mulai tahun tersebut.
5.2. Ekspor Karet Alam
Ekspor karet alam dunia didominasi oleh negara-negara produsen utama yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Namun terjadi perubahan dalam
kecenderungan ekspor dari negara-negara tersebut karena adanya perubahan dalam orientasi perdagangannya. Pada Tabel 11 diperlihatkan perubahan volume
ekspor dan pangsa pasar dari beberapa eksportir karet alam dan total ekspor dunia untuk tiga tahun tertentu.
Ekspor karet alam dari Indonesia mengalami peningkatan dari 1 324 juta ton pada tahun 1995 menjadi 1 453 juta ton di tahun 2001. Namun kontras dengan
peningkatan volume ekspor tersebut, pangsa ekspor karet alam Indonesia justru mengalami penurunan dari 31.2 persen terhadap total ekspor dunia pada tahun
1995 menjadi 28.2 persen dari total ekspor dunia di tahun 2001. Sebaliknya negara Thailand mengalami peningkatan pangsa pasar dari 38.5 persen pada tahun
78 1995 menjadi 39.6 persen di tahun 2001. Begitu pula dengan Vietnam sebagai
negara produsen karet alam baru dimana negara ini dapat meningkatkan pangsa pasarnya pada kurun waktu 1999-2001 sebesar 3.75 persen.
Tabel 11. Volume dan Pangsa Ekspor Karet Alam dari Negara Eksportir Utama
Ekspor 000 ton Pertumbuhan
Negara 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001 Per tahun
Thailand 1 636
1 763 1 837
1 839 1 886
2 166 2 042
3.96
38.5 40.2
40.1 39.0
40.4 43.8
39.6
Indonesia 1 324
1 434 1 404
1 641 1 495
1 379 1 453
1.97
31.2 32.7
30.7 34.8
32.0 27.9
28.2
Malaysia 1 013
980 1 018
989 984
978 821
-3.23
23.8 22.3
22.2 21.0
21.1 19.8
15.9
Vietnam 82
195 194
191 230
269 293
30.34
1.9 4.4
4.2 4.1
4.9 5.4
5.7
Lainnya 195
18 127
50 75
148 551
145.63
4.6 0.4
2.8 1.1
1.6 3.0
10.7
Dunia 4 250
4 390 4 580
4 710 4 670
4 940 5 160
3.31
Sumber : International Rubber Study Group, 2003 dan Ditjenbun, 2005.
Keterangan : Angka dalam kurung .. merupakan pangsa.
Seperti halnya dengan Indonesia, Malaysia juga mengalami penurunan pangsa ekspor karet alamnya namun penurunan tersebut terjadi lebih signifikan
dari pada yang terjadi di Indonesia. Penurunan pangsa ekspor karet alam Malaysia merupakan akibat dari menurunnya ekspor karet alam Malaysia yang pada tahun
1995 sebesar 1 013 juta ton menjadi hanya sebesar 821 juta ton di tahun 2001. Penurunan ekspor karet alam Malaysia disebabkan oleh perubahan strategi
perdagangan karet alam sejak awal tahun 1980-an dari mengekspor karet alam setengah jadi menjadi pengembangan industri produk barang jadi karet dalam
negeri. Karet alam yang diproduksi Malaysia saat ini lebih ditujukan untuk memenuhi konsumsi industri dalam negeri dimana ekspor karet yang dilakukan
Malaysia lebih pada produk jadi yang memberikan nilai tambah lebih baik dari pada ekspor karet alam mentah.
79 Grafik pada Gambar 8 menunjukkan fluktuasi volume ekspor karet alam
Indonesia selama 15 tahun dari tahun 1990 sampai tahun 2004. Grafik tersebut terdiri dari total volume ekspor karet alam Indonesia, volume ekspor karet alam
Indonesia ke Amerika Serikat dan volume ekspor karet alam Indonesia ke Jepang. Kedua negara ini merupakan tujuan ekspor utama dan pasar tradisional karet alam
Indonesia, maksudnya bahwa Amerika Serikat dan Jepang merupakan negara- negara yang secara historis sudah menjadi tujuan ekspor karet alam Indonesia
sejak lama.
200000 400000
600000 800000
1000000 1200000
1400000 1600000
1800000 2000000
1990 1991
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 Tahun
V ol
um e
E ks
por 000
ton Total Ekspor
Amerika Serikat Jepang
Gambar 8. Volume Ekspor Karet Alam Indonesia
Sumber: Gapkindo, 2005.
Ekspor karet alam Indonesia dalam kurun waktu lima belas tahun mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4.32 persen per
tahunnya. Amerika Serikat dan Jepang sebagai negara tujuan ekspor tradisional Indonesia secara rata-rata mengusai 51 persen dari total volume ekspor karet alam
Indonesia. Pertumbuhan rata-rata ekspor Indonesia ke Amerika Serikat adalah sebesar 2.06 persen per tahun sedangkan ke Jepang sebesar 17.2 persen per tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa pasar ekspor karet alam ke Jepang masih kecil sehingga memiliki peluang untuk dapat ditingkatkan untuk menambah pangsa
pasar ekspor karet alam Indonesia ke Jepang.
80
0.00 0.20
0.40 0.60
0.80 1.00
1.20 1.40
1.60
19 90
19 91
19 92
19 93
19 94
19 95
19 96
19 97
19 98
19 99
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
Tahun H
ar ga
U S
kg Harga
Gambar 9. Perkembangan Harga Rataan Ekspor Karet Alam Indonesia
Sumber: Gapkindo, 2004.
Harga ekspor rataan karet alam Indonesia berfluktuasi dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir diperlihatkan oleh Gambar 9. Titik terendah terjadi pada
tahun 1993 yaitu hanya sebesar 0.08 USkg sedangkan titik tertinggi terjadi pada tahun 1995 yang mencapai 1.48 USkg. Untuk tiga tahun terakhir tren
menunjukkan peningkatan harga, setelah sebelumnya harga kembali turun pada tahun 2001 yang terkait dengan pembubaran INRO International Natural Rubber
Organization . Pada saat dibubarkan, INRO melepaskan simpanan pengamannya
buffer stock ke pasar sehingga terjadi peningkatan penawaran karet alam di pasar dunia yang berakibat pada tertekannya harga karet alam.
Komposisi karet alam Indonesia berdasarkan jenis mutu diperlihatkan oleh Tabel 12. Secara umum ekspor karet alam Indonesia didominasi oleh tiga jenis
mutu karet alam yaitu karet spesifikasi teknis TSR Technical Specified Rubber yaitu dengan jenis mutu berdasarkan standar karet Indonesia atau SIR, karet sit
RSS Ribed Smoked Sheet, dan lateks. Berdasarkan tingkat kualitas maka dapat diurutkan dimana RSS merupakan jenis karet alam yang paling baik, kemudian
disusul TSR. Kualitas karet alam ini biasanya didasarkan pada kandungan air dan
81 kotoran di dalam produk tersebut, semakin baik kualitas mutu karet alam berarti
semakin rendah kandungan air dan kotoran dalam komoditi karet tersebut. Tabel 12. Komposisi Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Jenis Mutu
Ekspor 000 ton Pertumbuhan
Jenis 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Per tahun
RSS 65
71 56
44 54
43 33
44 -2.98
4.9 5.0
4.0 2.7
3.6 3.1
2.3 2.9
SIR 1 231 1 337 1 325 1 579 1 425 1 322 1 405 1 436
2.63
93.0 93.2
94.4 96.2
95.3 95.9
96.7 96.1
Lateks 22
21 18
15 10
10 10
9 -11.26
1.7 1.5
1.3 0.9
0.7 0.7
0.7 0.6
Lainnya 6
5 5
4 6
4 5
6 3.57
0.5 0.3
0.4 0.2
0.4 0.3
0.3 0.4
Total 1 324 1 434 1 404 1 642 1 495 1 379 1 453 1 495
2.09
Sumber : Association of Natural Rubber Producing Countries, 2005.
Keterangan : Angka dalam kurung .. merupakan pangsa.
Ekspor karet alam Indonesia untuk periode tahun 1990 sampai 2002 didominasi oleh jenis karet TSR dimana pada tahun 2002 mencapai 96.1 persen
dari total ekspor. Sedangkan untuk jenis mutu karet RSS dan lateks mengalami penurunan dimana pada tahun 2002 ekspor karet alam jenis tersebut hanya sebesar
masing-masing 2.9 dan 0.6 persen dari total ekspor karet alam Indonesia. Penurunan ekspor karet alam Indonesia untuk jenis mutu RSS terkait dengan
meningkatnya permintaan industri terhadap jenis karet alam jenis spesifikasi teknis yang lebih siap pakai. Ekspor karet alam Indonesia yang didominasi oleh
satu jenis mutu saja yaitu jenis SIR menunjukkan rendahnya diversifikasi produk ekspor karet alam Indonesia sehingga ekspor karet sangat ditentukan oleh pasar
jenis karet spesifikasi teknis tersebut. Berbeda dengan komposisi ekspor karet alam Indonesia, ekspor karet alam
asal Thailand lebih banyak didominasi oleh jenis karet alam sit asap atau RSS kemudian disusul dengan karet spesifikasi teknis sesuai dengan standar karet
82 Thailand atau STR dan selanjutnya adalah lateks. Pada Tabel 13 diperlihatkan
komposisi ekspor karet alam Thailand berdasarkan jenis mutu serta pangsa masing-masing jenis mutu karet alam tersebut terhadap total ekspor karet alam
dari Thailand. Tabel 13. Komposisi Ekspor Karet AlamThailand Menurut Jenis Mutu
Ekspor 000 ton Pertumbuhan
Jenis 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 Per tahun
RSS 1 114 1 204 1 115 1 068 1 072 1 006
870 1 050 -0.31
68.1 68.3
60.7 58.1
56.8 46.4
42.6 44.6
STR 279
260 442
480 541
808 763
829 19.56
17.1 14.7
24.1 26.1
28.7 37.3
37.4 35.2
Crepe 6
3 2
3 32
42 4
6 132.02
0.4 0.2
0.1 0.2
1.7 1.9
0.2 0.3
Lateks 169
203 225
246 217
285 348
382 13.10
10.3 11.5
12.2 13.4
11.5 13.2
17.0 16.2
Lainnya 68
93 53
42 24
25 57
87 16.42
4.2 5.3
2.9 2.3
1.3 1.2
2.8 3.7
Total 1 636 1 763 1 837 1 839 1 886 2 166 2 042 2 354
5.58
Sumber : Association of Natural Rubber Producing Countries, 2005.
Keterangan : Angka dalam kurung .. merupakan pangsa.
Ekspor karet alam jenis RSS terus mengalami penurunan dimana pada tahun 1995 menguasai 68.1 persen pangsa ekspor sedangkan pada tahun 2002
hanya menguasai 44.6 persen dari pangsa ekspor dengan penurunan rata-rata per tahun sebesar 0.31 persen. Sedangkan untuk jenis mutu karet lainnya yaitu STR
dan lateks terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata pertahunnya masing-masing sebesar 19.56 dan 13.10 persen. Komposisi ekspor
ini menunjukkan diversifikasi ekspor karet alam Thailand yang baik sehingga tidak terlalu tergantung pada satu jenis mutu saja sehingga fluktuasi harga di suatu
jenis mutu diharapkan tidak akan mengganggu pendapatan atau devisa dari ekspor karet alam yang dilakukan.
83
5.3. Konsumsi Karet Alam