57 pada pajak ekspor dalam mengurangi ekspor, namun hal ini dapat menimbulkan
penyelundupan.
3.2. Kerangka Operasional
Karet alam adalah komoditas yang memberikan sumbangan bagi devisa negara dan memiliki prospek ekonomi yang cukup baik karena mampu bertahan
selama masa krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Dalam konteks perkembangan ekspor dunia terlihat bahwa ekspor karet dunia mengalami
pertumbuhan setiap tahunnya. Sedangkan jumlah ekspor karet alam dari Indonesia cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun namun secara umum mengalami
pertumbuhan setiap tahun walaupun kecil. Hal ini menunjukkan peluang pasar bagi ekspor komoditas karet Indonesia masih terbuka. Perhatian yang ditujukan
dalam upaya merespon peluang pasar karet alam ini tidak hanya dalam bentuk peningkatan produksi tetapi juga harus memperhatikan sisi perdagangan.
Indonesia sebagai eksportir karet alam kedua terbesar di dunia memiliki pesaing yang cukup berat dalam merebut pangsa pasar ekspor karet alam yang
berasal dari Thailand dan Malaysia sebagai eksportir pertama dan ketiga terbesar di dunia. Sedangkan pasar impor karet alam dikuasai oleh dua negara besar yaitu
Amerika Serikat dan Jepang sebagai negara-negara tujuan ekspor karet alam utama. Amerika Serikat dan Jepang secara tradisional merupakan negara
pengimpor utama karet. Data Departemen Perindustrian dan perdagangan menunjukkan bahwa impor karet alam Amerika Serikat cenderung meningkat
secara perlahan. Sejalan dengan kenaikan impor, konsumsi karet alam juga mengalami peningkatan. Hal yang sama terjadi juga untuk Jepang.
58 Besarnya arus perdagangan karet alam dipengaruhi oleh adanya
perubahan-perubahan dalam lingkungan perdagangan saat ini. Berbagai kebijakan-kebijakan perdagangan baik yang berasal dari negara-negara importir
maupun yang dilakukan oleh negara-negara eksportir mengalami perubahan sebagai respon terhadap dinamika yang terjadi di lingkungan perdagangan.
Putaran Uruguay merupakan langkah besar menuju liberalisasi dalam perdagangan internasional. Komoditas pertanian juga termasuk di dalam
perjanjian liberalisasi tersebut. Liberalisasi pertanian mulai efektif dilaksanakan pada tahun 1995 setelah terbentuknya World Trade Organisation WTO, dimana
negara-negara maju berkomitmen untuk memperluas pasar, mengurangi bantuan domestik dan subsidi ekspor. Perkembangan dalam perdagangan internasional ini
tentunya akan mempengaruhi arus perdagangan yang terjadi antar negara dengan dikuranginya tarif impor bagi komoditi karet alam ke negara-negara maju.
Selain itu juga terdapat kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh negara- negara eksportir seperti yang dilakukan oleh Indonesia dan Thailand sebagai
negara eksportir utama karet alam yang sepakat untuk membentuk suatu kesepakatan bersama dalam upaya mengatasi fluktuasi harga karet alam yang
masih berlanjut dimana harga karet alam cenderung turun dari tahun ke tahun. Program-program yang dilakukan adalah berupa pengurangan produksi karet alam
dan pengurangan ekspor karet alam dalam jumlah tertentu untuk mendongkrak harga karet alam.
Berdasarkan arus perdagangan karet alam yang terjadi antara Indonesia dan Thailand dengan Amerika Serikat dan Jepang serta adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya arus perdagangan tersebut, maka dapat dibangun suatu
59 model pola perdagangan karet alam antar negara. Model pola perdagangan karet
alam ini dapat digunakan untuk prediksi jika terjadi shock dalam perdagangan karet alam antar negara. Hasil prediksi tersebut diharapkan dapat memberikan
informasi bagi penyusunan kebijakan yang tepat dalam upaya peningkatan kinerja ekspor karet alam Indonesia. Secara umum alur kerangka berfikir dari penelitian
ini dapat diperlihatkan oleh Gambar 7 berikut ini.
Gambar 7. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian
Eksportir Utama -
Thailand -
Indonesia Importir Utama
- Amerika Serikat
- Jepang
Kebijakan Perdagangan dan
Perubahan Lingkungan Ekonomi
Perubahan Pendapatan di
Negara Importir Fluktuasi Harga
Karet Alam Arus Perdagangan
Karet Alam
Pola Perdagangan Karet Alam Indonesia dan
Pesaing Kebijakan
Perdagangan Karet Alam Indonesia
Perubahan Lingkungan
Perdagangan
Liberalisasi Perdagangan
Harga Dunia Cenderung Fluktuatif
Model Arus Perdagangan
Kinerja Ekspor Karet Alam
Indonesia
60
3.3. Hipotesis