Elastisitas Harga Ekspor Riil Karet Alam

118 Thailand ke Amerika Serikat pada taraf nyata 5 persen dengan koefisien determinasi sebesar 0.55. Tanda koefisien sesuai dengan harapan yaitu harga ekspor mempunyai hubungan yang positif dengan penawaran ekspor. Estimasi persamaan penawaran ekspor karet alam Thailand ke Jepang menunjukkan bahwa penawaran ekspor tersebut dipengaruhi oleh harga riil ekspor karet alam Thailand ke Jepang pada taraf nyata lima persen dimana penawaran ekspor karet alam Thailand ke Jepang dapat dijelaskan dengan baik oleh peubah penjelas dengan koefisien determinasi sebesar 0.77. Tanda koefisien harga ekspor riil karet alam Thailand ke Jepang sesuai dengan harapan yaitu bertanda positif.

6.6.3. Elastisitas Harga Ekspor Riil Karet Alam

Respon penawaran ekspor karet alam Indonesia dan penawaran ekspor karet alam Thailand terhadap perubahan harga ekspor riil karet alamnya diperlihatkan oleh Tabel 22. Tabel 22. Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang Penawaran Ekspor Elastisitas Harga Negara Jangka Pendek Jangka Panjang Indonesia 0.44 1.22 Amerika Serikat 0.21 1.11 Jepang -0.43 -0.46 Thailand 0.39 1.16 Amerika Serikat 0.04 0.92 Jepang 0.69 1.46 Elastisitas harga ekspor riil karet alam Indonesia tidak elastis terhadap penawaran ekspor karet alam Indonesia dalam jangka pendek namun elastis dalam jangka panjang dengan tanda positif yang sesuai dengan harapan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan harga ekspor riil karet alam Indonesia akan 119 direspon dengan peningkatan penawarannya. Elastisitas harga ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat inelastis pada jangka pendek tetapi elastis pada jangka panjang dengan tanda positif yang sesuai dengan hipotesis. Nilai tersebut menunjukkan dominasi ekspor karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat dimana kuantitas ekspor karet alam Indonesia responsif terhadap perubahan yang terjadi pada harga ekspor riil karet alam Indonesia ke pasar Amerika Serikat. Sedangkan penawaran ekspor karet alam Indonesia ke Jepang tidak responsif terhadap perubahan harga riil ekspor karet alam Indonesia ke Jepang baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Penawaran ekspor yang tidak responsif terhdap perubahan harga ekspor riilnya karena pangsa pasar karet alam Indonesia ke Jepang yang kecil. Pada tahun 1995 pangsa ekspor karet alam Indonesia di pasar Jepang hanya sebesar 7.9 persen sedangkan pada tahun 2004 meningkat menjadi 25.6 persen. Sedangkan nilai elastisitas yang negatif pada harga ekspor karet alam Indonesia tidak sesuai dengan hipotesis. Nilai elastisitas yang negatif tersebut disebabkan oleh terjadinya pergeseran dominasi jenis mutu karet alam yang diekspor oleh Indonesia ke Jepang dari jenis mutu sit asap RSS menjadi karet jenis mutu spesifikasi teknis TSR. Harga karet alam jenis mutu TSR yang diekspor ke Jepang lebih murah dari pada harga karet jenis mutu RSS. Hal ini menyebabkan seolah-olah penurunan harga ekspor yang terjadi menyebabkan peningkatan dalam kuantitas ekspor karet alam ke Jepang karena peningkatan kuantitas ekspor karet alam ke Jepang diiringi oleh penurunan dalam nilai ekspornya. Harga ekspor karet alam Thailand inelastis terhadap penawaran ekspor karet alam Thailand pada jangka pendek namun elastis dalam jangka panjang. 120 Elastisitas harga ekspor karet alam Thailand lebih besar pada penawaran ekspor karet alam ke Jepang dari pada ke Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan dominasi ekspor karet alam Thailand di pasar Jepang dimana kuantitas ekspor karet alam ke Jepang responsif terhadap perubahan harga riil ekspornya. Secara umum nilai elastisitas harga ekspor karet alam adalah inelastis pada jangka pendek dan elastis pada jangka panjang. Hasil ini menunjukkan bahwa komoditas karet alam merupakan produk tanaman keras hasil perkebunan. Komoditas perkebunan ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses produksinya dari penanaman sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan sehingga usaha-usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kuantitas ekspor melalui peningkatkan produksi dalam jangka pendek sulit dilakukan tetapi memungkinkan dalam jangka panjang. Penawaran ekspor karet alam dari Indonesia dan Thailand tidak hanya dipengaruhi oleh harga akan tetapi ada faktor lain yang mendistorsi pasar ekspor karet alam. Faktor yang mendistorsi antara lain adalah adanya upaya dari negara- negara eksportir dengan sengaja untuk mengendalikan jumlah penawaran karet alamnya. Pengendalian tersebut dilakukan melalui berbagai kesepakatan antar negara sesama eksportir karet dalam bentuk kerjasama pengendalian persediaan. Indonesia, Thailand, dan Malaysia yang membentuk ITRO International Tripartite Rubber Organization sepakat untuk mengurangi pasokan ekspor karet alam sebesar 10 persen melalui badan usaha yang mereka bentuk yaitu IRCo International Rubber Consortium Limited dengan melakukan pembelian dan penjualan karet alam untuk menjaga stabilitas harga karet alam. 121

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA

EKSPOR KARET ALAM

7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan

Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi jika terjadi peningkatan pendapatan di negara importir Amerika Serikat dan Jepang masing-masing sebesar 5 persen. Penentuan besaran kenaikan tersebut didasarkan pada rata-rata pertumbuhan pendapatan domestik bruto negara-negara importir per periode data. Perubahan yang terjadi pada arus perdagangan karet alam karena terjadinya peningkatan pendapatan diperlihatkan oleh Tabel 23. Tabel 23. Dampak Kenaikan Pendapatan 5 di Negara Importir Perubahan Pertumbuhan per Pangsa Negara Ton Periode Pasar Permintaan Impor - Amerika Serikat 16 029.8 5.73 0.05 - - Jepang 6 345.3 3.31 0.04 - Permintaan Ekspor AS - Indonesia 13 139.6 8.69 0.07 57.72 - Thailand 6 988.8 10.71 0.10 26.31 Permintaan Ekspor Jepang - Indonesia 1 163.5 10.26 0.11 19.85 - Thailand 14 777.4 12.76 0.09 75.95 Permintaan impor karet alam Amerika Serikat setelah terjadi kenaikan lima persen pada pendapatan domestik brutonya mengalami peningkatan sebesar 16 029 ton atau mencapai 5.73 persen. Kenaikan permintaan impor dengan persentase yang lebih besar dari pada kenaikan pendapatan mencerminkan tingkat respon permintaan impor yang elastis terhadap perubahan pendapatan.