136
VIII. SIMPULAN DAN SARAN
8.1. Simpulan
Berdasarkan hasil estimasi dan pembahasan arus perdagangan karet alam, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Ekspor karet alam dunia dalam sepuluh tahun terakhir secara umum
cenderung mengalami peningkatan. Hal yang sama juga terjadi pada kuantitas produksi karet alam. Ekspor dan produksi karet alam dunia masih di dominasi
oleh Thailand, Indonesia, dan Malaysia, namun terdapat negara eksportir karet alam baru yang mulai diperhitungkan yaitu Vietnam yang terus mengalami
peningkatan produksi dan ekspor. Malaysia yang selama ini produksi dan ekspor karet alamnya mengalami penurunan, sejak tahun 2001 kembali
meningkat, terkait dengan membaiknya harga karet alam dunia. 2.
Konsumsi dan impor karet alam dunia secara umum untuk sepuluh tahun terakhir juga cenderung mengalami peningkatan. Konsumsi karet alam yang
semula didominasi oleh Amerika Serikat telah mengalami pergeseran, dimana sejak tahun 2001 China menjadi negara konsumen karet alam terbesar di
dunia. Terjadi pergeseran pasar impor dan konsumsi karet alam dunia dari negara-negara maju di utara ke negara-negara berkembang di daerah Asia
yang dipelopori oleh China dan India. 3.
Perdagangan karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dan Jepang menunjukkan tren yang terus meningkat dimana telah terjadi pergeseran jenis
karet alam yang diperdagangkan dari dominasi jenis mutu karet sit asap RSS menjadi karet jenis mutu spesifikasi teknis TSR yang memiliki kualitas dan
137 harga jual yang lebih rendah namun memiliki keunggulan dari segi
pengemasan sehingga memudahkan industri pengolahan selaku konsumen. Ekspor karet alam Thailand juga menunjukkan tren atau kecenderungan yang
juga meningkat, dengan diversifikasi ekspor jenis mutu karet alam yang lebih baik dari pada Indonesia.
4. Faktor dominan yang mempengaruhi permintaan impor karet alam Amerika
Serikat adalah pendapatan domestik brutonya dengan respon yang elastis, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan kecepatan dari koefisien
adjustment yang relatif besar. Sedangkan kuantitas impornya tidak responsif
terhadap perubahan harga riil impor karet alam Amerika Serikat. 5.
Secara umum permintaan impor karet alam Jepang tidak responsif terhadap perubahan harga impor karet alam dan perubahan pendapatan domestik
brutonya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Elastisitas pendapatannya lebih besar dari pada elastisitas harga, hal ini menunjukkan
bahwa dampak perubahan pada pendapatan akan lebih besar dari pada jika terjadi perubahan pada harga impornya.
6. Permintaan ekspor karet alam Thailand lebih elastis terhadap perubahan pada
permintaan total impor karet alam Amerika Serikat maupun Jepang, sedangkan permintaan ekspor karet alam Indonesia lebih responsif terhadap
perubahan pada harga relatif. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan ekspor karet alam ke Thailand lebih didasarkan pada kualitas sedangkan permintaan
ekspor karet alam Indonesia lebih didasarkan pada harga. 7.
Harga impor karet alam Amerika Serikat dan Jepang responsif terhadap perubahan harga karet alam dunia namun tidak dapat ditransmisikan dengan
138 baik pada permintaan impor dan ekspor karet alam Amerika Serikat dan
Jepang ke Indonesia dan Thailand di pasar karet alam karena perubahan rasio harga yang inelastis. Sedangkan penawaran ekspor karet alam Indonesia
responsif terhadap perubahan harga ekspor karet alam pada jangka panjang. 8.
Nilai elastisitas harga ekspor karet alam Indonesia yang lebih besar dibandingkan dengan Thailand untuk pasar Amerika Serikat menunjukkan
dominasi ekspor karet alam Indonesia di pasar Amerika Serikat. Sedangkan dominasi ekspor karet alam Thailand adalah di pasar Jepang karena
elastisitasnya yang lebih besar dari pada Indonesia. Secara umum nilai elastisitas harga ekspor karet alam adalah inelastis pada jangka pendek dan
elastis pada jangka panjang yang menunjukkan bahwa komoditas karet alam merupakan produk tanaman keras hasil perkebunan. Komoditas perkebunan
ini membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses produksinya dari penanaman sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan sehingga usaha-
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kuantitas ekspor melalui peningkatkan produksi dalam jangka pendek sulit dilakukan tetapi
memungkinkan dalam jangka panjang. 9.
Distorsi pasar akibat kebijakan perdagangan dan perubahan lingkungan ekonomi mempengaruhi volume perdagangan karet alam. Perubahan
pendapatan domestik bruto yang terjadi di negara importir efektif mempengaruhi arus perdagangan karet alam disisi importir dibandingkan
dengan jika terjadi perubahan pada harga karet alam dunia. 10.
Kebijakan perdagangan dan perubahan lingkungan ekonomi dari sisi negara eksportir ternyata menunjukkan bahwa distorsi melalui depresiasi mata uang
139 dan inflasi lebih besar pengaruhnya untuk meningkatkan volume ekspor dari
pada dengan pengenaan pajak.
8.2. Implikasi Kebijakan