Error Correction Model TINJAUAN PUSTAKA

35 Tabel 7. Dampak Pemberlakuan Kuota Ekspor terhadap Kesejahteraan Eksportir Importir Surplus Konsumen Surplus Produsen Penerimaan Kuota Net National Welfare a + b -a + b + c + d c + e -d + e -f + g + h + i f - -g + h + i Net World Welfare -d + g + i Sumber: Tweeten, 1992. Pemberlakuan kuota ekspor meningkatkan surplus konsumen di negara eksportir sebesar a + b karena harga yang diterima konsumen untuk komoditi yang diekspor menjadi lebih rendah. Sebaliknya surplus produsen di negara eksportir menurun cukup besar dan di negara importir total kesejahteraan nasionalnya menurun sebesar g + h + i. Secara umum kuota atau pembatasan ekspor akan menurunkan kesejahteraan dunia.

2.3. Error Correction Model

Analisis regresi klasik dan permodelan yang digunakan oleh para ekonom yang berkembang pada tahun 70 an, umumnya disebut dengan pendekatan specific to general . Pandangan tradisional ini dalam analisisnya didasarkan pada data deret waktu yang secara khusus diasumsikan stasioner. Namun dalam kenyataannya data deret waktu yang digunakan dalam studi ekonomi empiris hampir selalu menggunakan variabel-variabel yang umumnya tidak stasioner seperti pendapatan, konsumsi, permintaan uang, tingkat harga, arus perdagangan, dan nilai tukar mata uang. Hal ini, menurut Pesaran dan Smith dalam Siregar 2004 menyebabkan model ekonomi klasik yang dihasilkan gagal memprediksi beberapa resesi ekonomi yang terjadi karena tidak mencerminkan data sebenarnya sehingga tidak efektif jika digunakan untuk tujuan peramalan dan evaluasi kebijakan. 36 Pengabaian terhadap sifat non stasioner dari data deret waktu menyebabkan tingginya korelasi antara variabel dependen dan independen walaupun secara aktual keduanya tidak terkait yang disebut dengan spurious correlation. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan perhatian terhadap sifat statistika dari data deret waktu yang terkait dengan sifat non stasioner. Suatu data deret waktu X t dikatakan stasioner jika: a. E X t = konstan untuk semua t b. Var X t = konstan untuk semua t c. Cov X t , X t+k = konstan untuk semua t dan semua k ≠ 0 Pendekatan yang banyak digunakan untuk mengatasi spurious correlation adalah dengan menarik difference atas variabel dependen dan independen. Misalkan Thomas, 1997: t t t X Y ε β β + + = 2 1 ............................................................................ 2.1 Jika Y dan X pada persamaan di atas adalah variabel tren maka akan menimbulkan keraguan dalam estimasi karena akan menimbulkan masalah spurious correlation , maka di lag satu periode sebagai berikut: 1 1 2 1 1 − − − + + = t t t X Y ε β β ...................................................................... 2.2 Pengurangan persamaan 2.1 dengan persamaan 2.2 menghasilkan: t t t X Y υ β + ∆ = ∆ 2 ............................................................................... 2.3 Persamaan 2.3 di atas sudah bebas dari masalah spurious. Pendekatan dengan difference ternyata menimbulkan beberapa masalah yang tidak bisa diabaikan. Terjadi autokorelasi karena 1 − − = t t t ε ε υ . Selain itu juga hilangnya informasi mengenai keseimbangan jangka panjang karena model tersebut hanya dapat menjelaskan hubungan jangka pendek. Oleh karena itu 37 model dengan difference tidak dapat digunakan untuk perencanaan kebijakan dan peramalan dalam perdagangan produk pertanian yang membutuhkan informasi jangka panjang. Error Correction Model ECM merupakan model alternatif yang dapat mengatasi kedua masalah tersebut dengan menggunakan pendekatan general to specific . Model ini memiliki berbagai kegunaan, tetapi manfaat yang paling penting adalah menyediakan suatu pendekatan dalam menghadapi masalah non stasioner dari time series dan spurious correlation Thomas, 1997. Spesifikasi ECM dapat diperoleh dari parameterisasi model autoregressive distributed lag ARDL. Misalkan model ARDL yang menunjukkan hubungan jangka pendek dengan menyertakan nilai bedakala adalah sebagai berikut: t t t t t y x b x b b y ε µ + + + + = − − 1 1 2 1 , 0 µ 1 ................................... 2.4 Setelah persamaan 2.4 diparameterisasi, maka diperoleh persamaan dalam bentuk ECM: t t t t t x y x b y ε β β λ + − − − ∆ = ∆ − − 1 1 1 1 ............................................... 2.5 dimana: µ λ − = 1 , λ β b = , λ β 2 1 1 b b + = Model ECM secara alami akan mencapai keseimbangan dalam jangka panjang dimana λ menunjukkan kecepatan dalam mencapai keseimbangan. Sedangkan 1 1 1 − − − − t t x y β β menunjukkan kombinasi linier yang disebut kointegrasi yang merupakan kombinasi variabel-variabel non stasioner. Kombinasi linier ini disebut error yang bersama λ membentuk mekanisme dalam mengoreksi kesalahan untuk mencapai kondisi ekuilibrium dalam jangka panjang. Jika kondisi ekuilibrium ditunjukkan oleh 1 1 1 − − + = t t X Y β β maka apabila: 38 1 1 1 − − + t t X Y β β ; error 0, dikoreksi oleh λ − sehingga naik ke arah ekuilibrium. 1 1 1 − − + t t X Y β β ; error 0, dikoreksi oleh λ − sehingga turun ke arah ekuilibrium. Mekanisme koreksi ini terjadi dengan syarat setiap variabel harus terintegrasi dalam order yang sama.

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu