Persetujuan dalam Perdagangan Karet Alam Internasional

89

5.5. Persetujuan dalam Perdagangan Karet Alam Internasional

Karet alam adalah salah satu komoditi pertanian yang sudah cukup lama diperdagangkan di dunia. Masalah utama yang paling sering dihadapi dalam perdagangan komoditi ini adalah tingkat harga yang berfluktuasi bahkan cenderung menurun pada beberapa tahun terakhir. Fluktuasi harga umumnya terjadi karena perubahan dalam tingkat permintaan dan penawaran di pasar dunia sebagaimana sifat dasar dari komoditi pertanian primer yang dapat dipengaruhi oleh perubahan cuaca. Selain itu juga karena ditemukannya karet sintetis yang penggunaannya semakin berkembang sebagai komoditi substitusi karet alam dalam proses produksi. Persetujuan dalam perdagangan karet alam internasional umumnya dilakukan dalam rangka mengatasi fluktuasi harga. Perjanjian internasional mengenai karet alam, pertama kali dicetuskan oleh komisi perdagangan dan pembangunan perserikatan bangsa-bangsa UNCTAD United Nations Commision for Trade and Development . Perjanjian tersebut lebih dikenal dengan sebutan International Natural Rubber Agreement INRA yang pertama kali disetujui pada tahun 1979. Tujuan utama dari perjanjian ini adalah untuk menstabilisasi harga karet alam di pasar internasional dalam jangka menengah atau jangka panjang sebagai dampak dari keseimbangan pertumbuhan permintaan dan penawaran. Instrumen yang dilakukan untuk mengintervensi pasar karet alam guna tercapainya tujuan dari perjanjian tersebut adalah dengan menetapkan persediaan penyangga buffer stock. Kapasitas buffer stock yang disetujui adalah sebesar 550 ribu ton. Pelepasan dan pembelian buffer stock ini didasarkan pada harga referensi yang secara periodik disesuaikan dengan tren pasar dari harga karet alam. Untuk 90 mengatur pelaksanaan instrumen ini, dibentuklah organisasi karet alam internasional INRO International Natural Rubber Organisation yang beranggotakan negara-negara eksportir dan importir karet alam dunia untuk menjamin efektivitas instrumen yang dijalankannya. Perjanjian dalam bentuk INRA ini mengalami dua kali penyesuaian yaitu pada tahun 1987 dan 1995. Penyesuaian dilakukan dalam hal cara penentuan referensi harga untuk menghindari adanya kepentingan politis dari negara-negara tertentu. Negara-negara eksportir karet alam anggota INRO pada tahun 1998 mengusulkan peningkatan sebesar 5 persen pada harga referensi, terkait dengan krisis ekonomi dan mata uang yang menimpa negara-negara di Asia tenggara. Namun usulan tersebut ditolak oleh negara-negara importir karena bertentangan dengan tren pasar sebagai dasar penentuan harga referensi. Sebagai tangapan dari penolakan tersebut pada September 1999, tiga negara yaitu Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka memutuskan untuk menarik diri dari INRA. Pada bulan Desember 1999, dewan INRO akhirnya memutuskan untuk melikuidasi organisasi ini dan buffer stock -nya menjadi sekitar 140 ribu ton. Produsen kemudian mengambil alih cadangan tersebut untuk mengatur penjualannya agar tidak merusak pasar sehingga anggota INRO mendapatkan harga yang adil. Dalam perkembangan selanjutnya, tugas, dan tujuan dari INRO untuk menciptakan pembangunan pasar karet alam internasional yang sehat, diambil alih oleh International Rubber Study Group IRSG yang bermarkas di London. Saat ini IRSG menjadi satu-satunya forum kerja sama internasional untuk komoditas karet alam. Fluktuasi harga karet alam yang masih berlanjut mendorong Indonesia, Malaysia, dan Thailand sebagai negara eksportir utama karet alam, sepakat untuk 91 membentuk International Tripartite Rubber Corporation ITRO melalui Deklarasi Bersama Menteri Negara Produsen Utama Karet Alam Dunia pada tanggal 12 Desember 2001. ITRO dipimpin oleh dewan pengurus dalm bentuk International Tripartite Rubber Councl ITRC yang beranggotakan orang-orang yang mewakili Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Organisasi baru ini bertujuan mengawasi perdagangan dan produksi karet untuk mendongkrak harga karet alam di pasar dunia. Kesepakatan ini direspon dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 58MPPKrpI2002 pada tanggal 31 Januari 2002 mengenai penugasan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Gapkindo sebagai National Tripartite Rubber Corporation NTRC. Program-program yang disetujui ITRO untuk mencapai tujuannya adalah dalam bentuk Supply Management Scheme SMS dan Agreed Export Tonnage Scheme AETS. SMS adalah program pengurangan produksi karet alam sebesar 4 persen yang dilaksanakan pada tahun 2002 dan 2003 dengan melakukan penanaman kembali peremajaan, diversifikasi komoditi lain dan mengurangi penanaman baru. Sedangkan AETS adalah program pengurangan ekspor karet sebesar 10 persen yang dimulai pada 1 Januari 2002. Pelaksanaan program- program ini akan mendapatkan pengawasan dari organisasi yang dibentuk, dimana efektivitasnya akan dievaluasi dalam rangka peningkatan harga karet. Penerapan kesepakatan ITRO kemudian ditunda karena pada pertengahan tahun 2002 harga karet alam membaik. Untuk melengkapi kerjasama ITRC, ketiga negara tersebut sepakat pada pertemuan tanggal 8 Agustus 2002 di Bali membentuk International Rubber Consortium Limited IRCo. Fungsinya adalah sebagai pelengkap dari skema 92 stabilisasi harga SMS dan AETS. Tujuan IRCo adalah melakukan kegiatan strategic marked operation yang meliputi pembelian dan penjualan karet alam dan bisnis terkait lainnya. Perusahaan patungan IRCo berkantor pusat di Bangkok, Thailand. Sebagai shareholder dari perusahaan tersebut untuk pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan, untuk pemerintah Thailand diwakili oleh Menteri Pertanian dan Koperasi, dan untuk pemerintah Malaysia diwakili oleh Menteri Perusahaan Utama Malaysia Anwar, 2005. Negara-negara ynag tergabung dalam ITRC sepakat untuk merem ekspor dan memangkas produksi karet alam. Untuk memastikan efektifitas berbagai skema yang direncanakan maka ITRC sepakat menetapkan harga referensi untuk dijadikan patokan dalam melakukan langkah intervensi baik berupa melepas atau menyerap pasokan karet alam. Harga referensi dalam kesepakatan awal adalah US 0.8 sampai US 1.2 per kilogram. Tingkat harga tersebut memiliki beberapa tahapan seperti halnya yang pernah diterapkan oleh INRO yaitu adanya tingkat untuk boleh beli may buy, harus beli must buy, boleh jual may sell, dan harus jual must sell. Pada pertengahan tahun 2003, pelaksanaan SMS dan AETS ditunda menyusul kenaikan harga karet alam di pasar dunia menyusul terjadinya perang Irak-Amerika Serikat yang menyebabkan naiknya harga minyak bumi sebagai bahan baku utama karet sintetis. Peningkatan harga juga dipicu oleh habisnya stok karet Amerika Serikat yang disimpan untuk periode 50 tahun pada Oktober 2002 sehingga perdagangan dibiarkan berjalan sesuai dengan mekanisme pasar. 93

5.6. Kebijakan Perdagangan Karet Alam