Permintaan Impor Karet Alam Jepang Elastisitas Harga Impor Riil Karet Alam dan Pendapatan

102

6.3.2. Permintaan Impor Karet Alam Jepang

Hasil estimasi persamaan permintaan impor karet alam Jepang adalah sebagai berikut: 1 98 . 01 . 67 . 01 . 4 − − − + = t t t t ECM dLPJDJ dLYJ dLMDJ …….……6.3 Estimasi jangka panjang dan hasil uji diagnostik secara lebih lengkap diperlihatkan pada Lampiran 5. Koefisien determinasi R 2 dari dugaan persamaan permintaan impor karet alam Jepang adalah sebesar 0.51 dengan hasil uji diagnostik menunjukkan tidak adanya masalah autokorelasi, functional form, ketidaknormalan residual, dan heteroskedastisitas. Hasil estimasi persamaan permintaan impor karet alam Jepang menunjukkan bahwa pendapatan negara Jepang berpengaruh nyata terhadap permintaan impor karet alam Jepang baik dalam jangka pendek mau pun dalam jangka panjang pada taraf nyata 5 persen. Sedangkan untuk koefisien harga impor karet alam riil Jepang tidak berpengaruh nyata atau tidak signifikan terhadap permintaan impor karet alam Jepang dalam jangka pendek dan dalam jangka panjang. Koefisien peubah pendapatan Jepang bertanda positif sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan koefisien harga impor riil karet alam Jepang memiliki tanda yang sesuai dengan dugaan yaitu negatif. Koefisien ECT yang dihasilkan signifikan pada tingkat taraf nyata 5 persen dengan koefisien adjustment dari permintaan impor karet alam Jepang adalah sebesar 0.98, dimana nilai tersebut hampir sama besar dengan Amerika Serikat. Nilai ini menunjukkan besarnya kecepatan permintaan impor karet alam Jepang untuk kembali ke kondisi keseimbangan setelah terjadi perubahan terhadap pendapatan dan harga adalah selama 1.02 kali periode data. 103

6.3.3. Elastisitas Harga Impor Riil Karet Alam dan Pendapatan

Respon jangka pendek dan jangka panjang permintaan impor karet alam terhadap perubahan pendapatan dan harga impor riil karet alam Amerika Serikat dan Jepang diperlihatkan oleh Tabel 19. Permintaan impor karet alam Amerika Serikat tidak responsif atau inelstis terhadap perubahan harga karet alam negara tersebut yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas harga baik jangka pendek maupun jangka panjang yang rendah dengan nilai yang lebih kecil dari satu. Tabel 19. Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang Permintaan Impor Elastisitas Harga Elastisitas Pendapatan Negara Jangka Pendek Jangka Panjang Jangka Pendek Jangka Panjang ECT Amerika Serikat -0.07 -0.08 1.14 1.17 -0.97 Jepang -0.01 -0.02 0.67 0.68 -0.98 Dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan harga karet alam di pasar Amerika Serikat sebesar sepuluh persen maka akan mengakibatkan penurunan permintaan impor karet alam Amerika Serikat dalam persentase yang lebih kecil dari perubahan harga. Namun jika dibandingkan antara elastisitas jangka pendek dengan elastisitas jangka panjangnya maka elastisitas jangka panjang lebih besar yang menunjukkan permintaan impor lebih responsif pada jangka panjang dari pada jangka pendek. Hal ini menurut Niemi 2003 memberikan implikasi bahwa kebijakan intervensi berupa hambatan tarif atau non tarif tidak terlalu efektif dalam merubah jumlah permintaan impor karet alam. Elastisitas harga impor riil karet alam Jepang dalam jangka pendek mau pun jangka panjang menunjukkan bahwa permintaan impor karet alam Jepang tidak responsif terhadap perubahan harga impor rill karet alam Jepang karena nilainya yang kurang dari satu. Permintaan impor karet alam Jepang menunjukkan respon negatif terhadap perubahan harga impor riil karet alam Jepang yang sesuai 104 dengan hipotesa awal. Respon negatif harga dapat diartikan bahwa peningkatan harga impor akan direspon dengan penurunan pada permintaan impor karet alam Jepang. Hasil estimasi yang menunjukkan tidak responsifnya permintaan ekspor karet alam Amerika Serikat dan Jepang terhadap perubahan harga disebabkan oleh adanya cadangan karet alam yang umumnya dimiliki oleh negara-negara konsumen. Upaya pengadaan cadangan karet alam tersebut untuk mengantisipasi harga karet alam yang fluktuatif dan ketidakpastian pasokan karet alam karena adanya faktor cuaca. Cadangan karet alam dapat dibedakan berdasarkan yang ada di negara-negara produsen dan konsumen serta cadangan yang ada di pabrik- pabrik pengolahan barang jadi karet atau disebut juga dengan afloat stock. Sejak tahun 1999 terjadi peningkatan cadangan karet alam di negara-negara konsumen, sedangkan cadangan di negara-negara produsen mengalami penurunan IRSG, 2004. Permintaan impor karet alam yang tidak reponsif terhadap perubahan harga juga disimpulkan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Elwamendri 2000, menyatakan bahwa meskipun harga karet Amerika Serikat berpengaruh nyata pada taraf satu persen akan tetapi impor karet Amerika Serikat tidak responsif terhadap perubahan harga karet alam Amerika Serikat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal yang sama juga dihasilkan oleh penelitian Tety 2002, yang mengemukakan bahwa harga karet alam Amerika Serikat berpengaruh nyata terhadap impor karet alam Amerika Serikat pada taraf nyata sepuluh persen namun permintaan impornya tidak responsif baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap perubahan harga karet alam Amerika 105 Serikat. Sedangkan harga impor karet alam Jepang inelastis dan tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan impor karet alam dengan tanda yang negatif. Permintaan impor karet alam Amerika Serikat responsif atau elastis terhadap perubahan pendapatan Amerika Serikat dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan tanda positif. Ini berarti bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan cenderung meningkatkan permintaan karet alam Amerika Serikat. Pertumbuhan pendapatan domestik bruto rata-rata per tahun dari Amerika Serikat untuk sepuluh tahun terakhir adalah antara dua sampai lima persen dimana pertumbuhan tersebut bersifat stabil. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Elwamendri 2000 dan Tety 2002 menunjukkan bahwa volume impor tidak responsif terhadap perubahan pendapatan di Amerika Serikat. Elastisitas pendapatannya berkisar antara 0.41 sampai 0.71. Perbedaan ini disebabkan oleh asumsi yang digunakan pada penelitian sebelumnya dimana data dianggap sudah stasioner sehingga koefisien yang dihasilkan tidak menunjukkan hubungan yang sebenarnya. Sedangkan permintaan impor karet alam Jepang walaupun berpengaruh nyata pada taraf lima persen namun tidak responsif terhadap perubahan pendapatan Jepang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas yang lebih kecil dari satu. Hasil penelitian Tety 2002 juga menunjukkan bahwa pendapatan Jepang berpengaruh pada taraf nyata satu persen namun responnya inelastis terhadap permintaan impor karet alam Jepang namun secara umum elastisitasnya lebih besar dari pada hasil penelitian ini. Respon impor karet alam Jepang yang inelastis terhadap pendapatan Jepang terkait dengan rendahnya pertumbuhan pendapatan Jepang dalam sepuluh tahun 106 terakhir dengan besar pendapatan rata-rata per tahunnya berada dibawah tiga persen bahkan sempat negatif mulai tahun 1998 sampai tahun 2003 IFS, 2005.

6.4. Permintaan Ekspor Karet Alam