Kerangka Pemikiran Operasional KERANGKA PEMIKIRAN

kerja yang berasal dari pertanian telah diserap oleh industri, perbedaan pendapatan per kapita antara perdesaan dan perkotaan menjadi kecil atau tidak ada lagi.

E. Tinjauan mengenai Aset dan Kapabilitas Masyarakat Miskin

World Bank 2002 telah membahas suatu hubungan antara aset, kapabilitas, serta kesejahteraan. Masyarakat miskin baik pria maupun wanita membutuhkan aset dan kapabilitas untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Aset merujuk pada aset berupa material baik fisik maupun finansial. Aset dapat berbentuk lahan, tempat tinggal, ternak, tabungan, dan perhiasan. Kepemilikan aset yang terbatas oleh masyarakat miskin dapat membatasi mereka untuk meningkatkan kesejahteraannya. Kapabilitas ialah sesuatu yang memungkinkan masyarakat untuk memberdayakan aset yang mereka miliki untuk meningkatkan kesejahteraan. Kapabilitas sumberdaya manusia dapat berupa kesehatan yang baik, pendidikan, produksi, serta kemampuan lainnya yang dapat menunjang kehidupan masyarakat. Kapabilitas sosial dapat berupa kepemimpinan, kepercayaan, kemampuan berorganisasi, dan sebagainya. Suatu masyarakat dengan kesehatan yang baik, berkemampuan tinggi, dan berpendidikan relatif lebih mudah dalam mendapatkan pendapatan yang layak. Dengan pendapatan yang layak, masyarakat dapat meningkatkan keadaan ekonomi mereka sehingga kepemilikan aset meningkat.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kabupaten Bogor terdiri dari 41 kecamatan yang dibagi berdasarkan tiga wilayah pembangunan yaitu: Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Bogor Timur. Wilayah pembangunan Bogor Barat untuk sektor pertanian, sektor manufaktur untuk wilayah pembangunan Bogor Tengah, dan sektor industri untuk wilayah pembangunan Bogor Timur. Dengan pembagian ke dalam tiga wilayah pembangunan, akan terdapat suatu keragaman dalam hal kondisi baik sosial maupun ekonomi di Kabupaten Bogor. Salah satu bentuk keragaman kondisi sosial maupun ekonomi di wilayah Kabupaten Bogor terlihat dari Indeks Pembangunan Manusia wilayah Bogor Timur yang paling rendah dibandingkan wilayah lain. Rendahnya IPM di wilayah ini berbanding terbalik dengan PDRB per kapita Bogor Timur yang relatif lebih tinggi dibandingkan Bogor Barat dan Tengah. Hal ini mengindikasikan masih terdapatnya ketidakmerataan pendapatan di wilayah Bogor Timur. Ketidakmerataan dan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia tersebut mempunyai implikasi pada tingkat kemiskinan di wilayah ini juga yang belum juga mengalami penurunan khususnya kemiskinan di tingkat rumah tangga. Untuk mengidentifikasi kondisi kemiskinan rumah tangga yang merupakan salah satu alat ukur kesejahteraan, diperlukan suatu kriteria tertentu. Diperlukan suatu indikator sosial maupun ekonomi untuk menggambarkan keadaan kemiskinan suatu rumah tangga. Selama ini Badan Pusat Statistik mencoba untuk melihat kondisi kemiskinan dengan menggunakan 14 kriteria Lampiran 5. Variabel-variabel dalam kriteria tersebut menggambarkan kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang dikenal dengan karakteristik rumah tangga. Penggunaan pendekatan karakteristik rumah tangga dimaksudkan untuk lebih memahami karakteristik penduduk miskin sehingga mengacu pada permasalahan riil yang dihadapi masyarakat miskin 9 . Karakteristik rumah tangga tersebut diklasifikasikan lagi menurut keterkaitan antara variabel-variabel tersebut 9 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor.op cit,halaman 19. seperti karakteristik ketenagakerjaan, karakteristik perumahan, karakteristik pendidikan, dan karakteristik ekonomi. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu gambaran mengenai karakteristik rumah tangga di wilayah pembangunan Bogor Timur yang mempunyai PDRB per kapita tinggi namun IPM-nya rendah. Setelah gambaran mengenai karakteristik rumah tangga terlihat maka selanjutnya bagaimana keterkaitan antara karakteristik dan kesejahteraan rumah tangga di wilayah ini. Selain itu, diperlukan strategi yang tepat terkait dengan kemiskinan yang terjadi di wilayah pembangunan Bogor Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gambaran umum karakteristik rumah tangga di wilayah pembangunan Bogor Timur serta menganalisis keterkaitan antara karakteristik dengan kesejahteraan rumah tangga di wilayah ini. Penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis strategi prioritas penanggulangan kemiskinan di wilayah pembangunan Bogor Timur. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis gambaran umum karakteristik rumah tangga di wilayah pembangunan Bogor Timur. Analisis deskriptif dilakukan dengan tabulasi silang masing-masing variabel yang menunjukkan karakteristik rumah tangga. Model persamaan struktural digunakan untuk menganalisis keterkaitan antara karakteristik dan kesejahteraan rumah tangga di wilayah pembangunan Bogor Timur. Dengan model persamaan struktural, dapat dianalisis pengaruh serta hubungan antar variabel laten dan variabel manifesnya. Penentuan strategi prioritas penanggulangan kemiskinan dianalisis dengan menggunakan Proses Hirarkhi Analitik PHA. Gambar 4 memperlihatkan bagan kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini. Keterkaitan antara karakteristik dengan kesejahteraan rumah tangga Analisis deskriptif Analisis model persamaan struktural Rekomendasi bagi pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan di Bogor Timur Karakteristik rumah tangga di Bogor Timur 14 indikator kemiskinan Keragaman kondisi di Kabupaten Bogor Gambaran karakteristik rumah tangga di Bogor Timur Pembagian 3 wilayah pembangunan Kabupaten Bogor berdasarkan sektor Ketidakmerataan pendapatan Rendahnya kesejahteraan rumah tangga di Bogor Timur Strategi prioritas penanggulangan kemiskinan Proses hirarkhi analitik Gambar 4. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional PDRB per kapita Bogor Timur tinggi IPM Bogor Timur rendah

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Wilayah Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Bogor pada wilayah pembangunan Bogor Timur. Ruang lingkup wilayah pembangunan Bogor Timur ialah Kecamatan Sukamakmur, Kecamatan Jonggol, Kecamatan Klapanunggal, Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Gunungputri dan Kecamatan Cariu. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja purposive dengan alasan Indeks Pembangunan Manusia Bogor Timur yang masih berada di bawah rata-rata Kabupaten Bogor dan Jawa Barat. Hal ini berbanding terbalik dengan PDRB per kapita yang tinggi di wilayah ini. Pada tahun 2005, IPM Bogor Timur adalah sebesar 67,29 yang berada di bawah IPM rata-rata provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 69,9 dan IPM Kabupaten Bogor sebesar 68,99. Penelitian ini dilakukan dalam waktu lima bulan mulai bulan Januari 2008 sampai Mei 2008.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan sekunder. Data primer berupa data hasil wawancara dengan pemerintah Kabupaten Bogor dengan menggunakan kuesioner untuk menentukan strategi prioritas penanggulangan kemiskinan. Pemerintah Kabupaten Bogor yang menjadi responden ialah kepala dan staf sub-bidang sosial Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial BPMKS, kepala bidang prasarana wilayah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda, serta camat Kecamatan Sukamakmur.