Hubungan antara Karakteristik Pekerjaan dan Pendapatan Hubungan antara Karakteristik Pendapatan dan Kesejahteraan

6.2.2. Hubungan antara Karakteristik Pekerjaan dan Pendapatan

Variabel karakteristik pekerjaan hanya memiliki satu variabel manifes yaitu sektor pekerjaan utama kepala rumah tangga X 21 . Variabel karakteristik pendapatan juga hanya memiliki satu variabel manifes yaitu pendapatan kepala rumah tangga dari sektor pekerjaan utama Y 11 . Karena hanya diterangkan oleh satu variabel manifes maka variabel pendidikan kepala rumah tangga dan sektor pekerjaan utama kepala rumah tangga memiliki kontribusi sebesar 100 persen dan memiliki nilai λ = 1 karena dianggap diukur tanpa salah. Berdasarkan hal tersebut, tidak dilakukan pengujian signifikansi parameter λ. Variabel karakteristik pekerjaan memiliki nilai pengaruh terhadap variabel karakteristik pendapatan sebesar 0,32 dan t-value sebesar 44,67. Dari hasil uji signifikansi parameter β terlihat bahwa pendidikan signifikan secara statistik terhadap pekerjaan dengan t-value 1,96. Artinya variabel karakteristik pekerjaan berpengaruh nyata terhadap karakteristik pendapatan. Variabel karakteristik pekerjaan memiliki nilai pengaruh yang positif terhadap variabel karakteristik pendapatan. Artinya apabila kepala rumah tangga bekerja di sektor non-pertanian maka kepala rumah tangga tersebut cenderung memiliki pendapatan dari sektor pekerjaan utama yang lebih dari 600 ribu rupiah. Sektor non-pertanian merupakan sektor yang identik dengan teknologi. Oleh sebab itu, diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam menjalankan teknologi tersebut secara efektif dan efisien. Semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia tersebut, maka upah dari tenaga kerja yang bekerja di sektor non-pertanian akan relatif lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian. Hal tersebut menjadikan pendapatan kepala rumah tangga yang bekerja di sektor non-pertanian relatif lebih tinggi dibandingan dengan kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian.

6.2.3. Hubungan antara Karakteristik Pendapatan dan Kesejahteraan

Rumah Tangga Variabel kesejahteraan rumah tangga memiliki lima variabel manifes. Variabel yang paling berkontribusi terhadap kesejahteraan rumah tangga ialah variabel kepemilikan kulkasmesin cuci Y 26 dengan kontribusi sebesar 89 persen dengan nilai λ = 0,94. Variabel yang mempunyai kontribusi terkecil terhadap variabel kesejahteraan rumah tangga ialah variabel frekuensi pembelian pakaian baru dalam setahun Y 21 dengan kontribusi sebesar 25 persen dan nilai λ = 0,50. Berdasarkan uji signifikansi parameter λ, terlihat bahwa semua variabel manifes yang menyusun variabel kesejahteraan rumah tangga memiliki t-value yang lebih besar dari 1,96. Dari hasil uji signifikansi tersebut maka variabel manifes yang menyusun variabel kesejahteraan rumah tangga signifikan secara statistik. Dari hasil uji signifikansi parameter β terlihat bahwa variabel karakteristik pendapatan signifikan secara statistik pada taraf nyata 5 persen terhadap kesejahteraan rumah tangga dengan t-value 1,96. Artinya variabel karakteristik pendapatan berpengaruh nyata terhadap variabel kesejahteraan rumah tangga. Variabel karakteristik pendapatan memiliki nilai pengaruh terhadap variabel kesejahteraan rumah tangga sebesar 0,72. Nilai pengaruh karakteristik pendapatan terhadap kesejahteraan rumah tangga bernilai positif. Artinya jika kepala rumah tangga berpendapatan lebih besar dari 600 ribu rupiah maka peluang suatu rumah tangga untuk dikategorikan sebagai rumah tangga tidak miskin akan semakin besar. Dengan semakin tingginya pendapatan, maka peluang suatu rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan dasar minimumnya akan semakin besar. Kebutuhan dasar minimum tersebut berupa pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, perumahan, kepemilikan aset, serta pendidikan dan kesehatan. Apabila suatu rumah tangga sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya, maka peluang rumah tangga tersebut dikategorikan miskin akan semakin menurun. Dalam hal ini, variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi peluang suatu rumah tangga berada dalam kategori miskin ialah variabel frekuensi pembelian pakaian baru dalam setahun serta kepemilikan aset.

VII. STRATEGI PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR