Karakteristik Rumah Tangga berdasarkan Frekuensi Makan dalam Karakteristik Rumah Tangga berdasarkan Frekuensi Pembelian DagingAyamSusu dalam Seminggu

5.4.2. Karakteristik Rumah Tangga berdasarkan Frekuensi Makan dalam

Sehari Frekuensi makan yang kurang dari tiga kali dalam sehari merupakan kriteria untuk melihat suatu rumah tangga miskin atau tidak. Menurut frekuensi makan dalam sehari, sebagian besar rumah tangga pertanian dan non-pertanian yang miskin memiliki frekuensi makan dalam sehari sebanyak dua kali. Rumah tangga pertanian mempunyai persentase sebanyak 64 persen sedangkan rumah tangga non-pertanian sebesar 81,4 persen. Untuk rumah tangga yang tergolong tidak miskin, sebagian besar telah memiliki frekuensi makan tiga kali atau lebih dalam sehari baik rumah tangga pertanian maupun non-pertanian. Hal ini memperlihatkan bahwa frekuensi makan untuk rumah tangga yang tergolong tidak miskin cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga miskin. Tabel 20 memperlihatkan perbandingan jumlah rumah tangga miskin dan tidak miskin berdasarkan frekuensi makan dalam sehari. Tabel 20. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin berdasarkan Frekuensi Makan dalam Sehari persen Sektor pekerjaan utama RT miskin Sektor pekerjaan utama RT tidak miskin Frekuensi makan dalam sehari Pertanian Non- pertanian Pertanian Non- pertanian Satu kali 0,4 0,5 0,3 0,4 Dua kali 64,0 81,4 48,2 34,6 Tiga kali atau lebih 35,7 18,2 51,4 65,1 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : Suseda Kabupaten Bogor 2006

5.4.3. Karakteristik Rumah Tangga berdasarkan Frekuensi Pembelian DagingAyamSusu dalam Seminggu

Daging, ayam, dan susu merupakan barang konsumsi yang termasuk ke dalam kategori barang bukan inferior. Frekuensi pembelian daging,ayam, atau susu juga dapat memperlihatkan kemampuan ekonomi suatu rumah tangga. Dalam hal ini, frekuensi pembelian dagingayamsusu yang kurang dari dua kali per minggu menjadi kriteria untuk meihat suatu rumah tangga miskin. Berdasarkan frekuensi pembelian dagingayamsusu dalam seminggu, sebagian besar rumah tangga pertanian dan non-pertanian yang tergolong miskin tidak pernah membeli dagingayamsusu dalam seminggu. Untuk rumah tangga yang tergolong tidak miskin, sebagian besar rumah tangga non-pertanian telah mampu membeli dagingayamsusu sebanyak dua kali dalam seminggu. Dalam hal ini, sebagian besar rumah tangga pertanian tidak pernah membeli dagingayamsusu dalam seminggu untuk rumah tangga yang tidak miskin. Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian rumah tangga pertanian baik rumah tangga miskin maupun tidak miskin sama-sama memiliki frekuensi pembelian dagingayamsusu yang rendah. Frekuensi yang rendah dalam pembelian dagingayamsusu yang rendah ini disebabkan oleh rendahnya pendapatan yang diterima oleh kepala rumah tangga pertanian. Tabel 21 memperlihatkan perbandingan jumlah rumah tangga miskin dan tidak miskin berdasarkan frekuensi pembelian dagingayamsusu dalam seminggu. Tabel 21. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin berdasarkan Frekuensi Pembelian DagingAyamSusu dalam Seminggu persen Sektor pekerjaan utama RT miskin Sektor pekerjaan utama RT tidak miskin Frekuensi pembelian dagingayamsusu dalam seminggu Pertanian Non- pertanian Pertanian Non- pertanian Tidak pernah 83,3 82,8 69,4 31,7 Satu kali 16,5 17,2 26,1 40,8 Dua kali atau lebih 0,2 0,0 4,5 27,5 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : Suseda Kabupaten Bogor 2006 5.5. Deskripsi Rumah Tangga Miskin berdasarkan Kepemilikan Aset Kepemilikan aset juga dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Kepemilikan aset yang minimal bernilai Rp. 500 ribu seperti emas, televisi, sepeda motor, serta kulkasmesin cuci cukup mewakili kepemilikan aset tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka sebagian besar rumah tangga pertanian maupun non-pertanian di Bogor Timur tidak memiliki emas baik rumah tangga miskin dan tidak miskin. Tabel 22 memperlihatkan perbandingan jumlah rumah tangga miskin dan tidak miskin berdasarkan kepemilikan aset emas. Tabel 22. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin berdasarkan Kepemilikan Emas persen Sektor pekerjaan utama RT miskin Sektor pekerjaan utama RT tidak miskin Kepemilikan emas Pertanian Non- pertanian Pertanian Non- pertanian Tidak 94,6 96,3 83,5 63,9 Ya 5,4 3,7 16,5 36,1 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : Suseda Kabupaten Bogor 2006 Berdasarkan kepemilikan televisi, terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga pertanian tidak memiliki televisi dengan persentase sebanyak 91,9 persen. Sebagian besar rumah tangga non-pertanian juga belum memiliki televisi dengan persentase sebanyak 92,8 persen. Untuk rumah tangga yang tergolong tidak miskin, sebagian besar rumah tangga non-pertanian telah memiliki televisi sedangkan rumah tangga pertanian sebagian besar belum memiliki televisi. Tabel 23 memperlihatkan perbandingan jumlah rumah tangga miskin dan tidak miskin berdasarkan kepemilikan aset televisi. Tabel 23. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin berdasarkan Kepemilikan Televisi persen Sektor pekerjaan utama RT miskin Sektor pekerjaan utama RT tidak miskin Kepemilikan televisi Pertanian Non- pertanian Pertanian Non- pertanian Tidak 91,9 92,8 58,2 17,4 Ya 8,1 7,2 41,8 82,6 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : Suseda Kabupaten Bogor 2006 Kepemilikan aset juga dapat dilihat berdasarkan kepemilikan kulkas atau mesin cuci. Berdasarkan hal tersebut, dapat terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga miskin dan tidak miskin masih belum mempunyai kulkas atau mesin cuci. Tabel 24 memperlihatkan perbandingan jumlah rumah tangga miskin dan tidak miskin berdasarkan kepemilikan aset kulkasmesin cuci. Tabel 24. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin berdasarkan Kepemilikan KulkasMesin Cuci persen Sektor pekerjaan utama RT miskin Sektor pekerjaan utama RT tidak miskin Kepemilikan kulkasmesin cuci Pertanian Non- pertanian Pertanian Non- pertanian Tidak 99,9 99,8 92,8 53,8 Ya 0,1 0,2 7,2 46,2 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : Suseda Kabupaten Bogor 2006 Menurut kepemilikan sepeda motor, sebagian besar rumah tangga miskin maupun tidak miskin belum mempunyai sepeda motor. Namun untuk rumah tangga non-pertanian yang tergolong tidak miskin, persentasenya relatif seimbang antara yang memiliki sepeda motor dan tidak memiliki sepeda motor. Tabel 25 memperlihatkan perbandingan jumlah rumah tangga miskin dan tidak miskin berdasarkan kepemilikan aset sepeda motor. Tabel 25. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin berdasarkan Kepemilikan Sepeda Motor persen Sektor pekerjaan utama RT miskin Sektor pekerjaan utama RT tidak miskin Kepemilikan sepeda motor Pertanian Non- pertanian Pertanian Non- pertanian Tidak 97,2 96,1 83,4 50,8 Ya 2,8 3,9 16,6 49,2 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : Suseda Kabupaten Bogor 2006 Kepemilikan aset untuk empat barang tersebut menjadi kriteria untuk melihat suatu rumah tangga tergolong miskin atau tidak. Berdasarkan hal tesebut, terlihat bahwa sebagian besar rumah tangga pertanian relatif rendah dalam hal kepemilikan aset baik rumah tangga miskin maupun tidak miskin. Kepemilikan aset sangat erat kaitannya dengan pendapatan suatu rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan, maka peluang suatu rumah tangga dalam memiliki aset akan semakin tinggi. Dalam hal ini, rumah tangga pertanian baik yang miskin maupun tidak miskin memiliki pendapatan yang relatif lebih rendah dibandingkan rumah tangga non-pertanian sehingga cenderung rendah kepemilikan asetnya.

5.6. Deskripsi Rumah Tangga Miskin berdasarkan Kemampuan Berobat