Deskripsi Rumah Tangga Miskin berdasarkan Kemampuan Berobat

5.6. Deskripsi Rumah Tangga Miskin berdasarkan Kemampuan Berobat

Kesehatan merupakan hal yang penting bagi suatu rumah tangga sehingga akses terhadap kesehatan dapat menentukan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Akses terhadap fasilitas kesehatan dapat digambarkan dengan kemampuan berobat dari suatu rumah tangga apabila ada anggota keluarga yang sakit. Berdasarkan kemampuan berobat yang diperlihatkan pada tabel 26, sebagian besar rumah tangga yang tergolong miskin maupun tidak miskin di wilayah pembangunan Bogor Timur telah memiliki kemampuan berobat. Tingginya kemampuan berobat rumah tangga di wilayah Bogor Timur disebabkan oleh adanya program-program penanggulangan kemiskinan yang salah satunya bertujuan untuk menangani kesehatan keluarga miskin. Bantuan tersebut terdapat dalam Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2KP yang merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM. Bantuan penanganan kesehatan untuk anggota rumah tangga yang sakit akan meningkatkan akses rumah tangga miskin terhadap pelayanan kesehatan sehingga meningkatkan kemampuan berobat. Tabel 26. Perbandingan Jumlah Rumah Tangga Miskin dan Tidak Miskin berdasarkan Kemampuan Berobat persen Sektor pekerjaan utama RT miskin Sektor pekerjaan utama RT tidak miskin Kemampuan berobat Pertanian Non- pertanian Pertanian Non- pertanian Tidak 26,5 35,0 15,2 5,0 Ya 73,5 65,0 84,8 95,0 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : Suseda Kabupaten Bogor 2006

VI. KETERKAITAN KARAKTERISTIK DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI WILAYAH PEMBANGUNAN BOGOR TIMUR

6.1 Analisis Model Struktural

Untuk menganalisis bagaimana hubungan antara karakteristik rumah tangga dengan kesejahteraan rumah tangga di wilayah Bogor Timur digunakan model persamaan struktural SEM. Dalam model struktural, terdapat dua variabel laten eksogen yaitu karakteristik pendidikan dan pekerjaan. Variabel endogen terdiri dari variabel karakteristik pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga. Berdasarkan absolute fit measures, model belum fit dalam mengepas data. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Root Mean Square Residual RMR dan Root Mean Square Error of Aproximation RMSEA yang masing-masing sebesar 0,09 dan 0,14. Nilai ini masih berada di atas batas minimum suatu model dikatakan baik secara keseluruhan yaitu nilai 0,08 untuk RMR dan RMSEA. Berdasarkan nilai Goodness of Fit Index GFI, model juga belum memenuhi persyaratan suatu model yang baik karena nilainya berada di bawah 0,90 yaitu sebesar 0,76. Menurut incremental fit measures, model juga belum fit dalam mengepas data. Hal ini terlihat dari nilai Adjusted Goodness of Fit Index AGFI dengan nilai sebesar 0,70. Hal ini memperlihatkan bahwa model belum termasuk dalam kriteria model yang baik karena belum memenuhi batas kriteria minimum sebuah model yang fit yaitu sebesar 0,80. Adanya kebaikan suai model yang masih di bawah kriteria yang ideal mengindikasikan harus dilakukannya perbaikan pada model. Perbaikan model dilakukan dengan metode competing modelling strategy yaitu membandingkan model yang ada dengan sejumlah model alternatif. Setelah membandingkan model