Persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan mengintepretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman
yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran yang berarti atas apa yang dipersepsikannya.
Jadi dalam konteks penelitian ini persepsi dapat diartikan sebagai penerimaan atau pandangan auditor melalui proses yang didapat dari pengalaman dan
pembelajaran sehingga auditor mampu untuk memutuskan mengenai suatu hal yang dapat mempengaruhi kinerja yang dihasilkan.
2.4.2 Kode Etik Akuntan
Kode Etik Akuntan adalah norma yang mengatur hubungan antara akuntan dengan kliennya, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan
masyarakat. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus
memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral yang mengatur tentang perilaku professional Agus, 2004 dalam Herawaty dan Susanto
2010. Pada kode etik profesi akuntan diatur mengenai berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis
pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor. Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik
profesinya bagi masyarakat. Menurut Wikipedia kode etik profesi akuntan publik adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota akuntan publik Indonesia dan
staf profesional yang bekerja pada suatu Kantor Akuntan Publik KAP.
Maryani dan Ludigdo 2001 menjelaskan bahwa kode etik adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik
yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang dianut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi. Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada
karena fungsi akuntan adalah sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis. Pada kode etik profesi akuntan diatur
mengenai berbagai masalah, baik masalah prinsip yang harus melekat pada diri auditor, maupun standar teknis pemeriksaan yang juga harus diikuti oleh auditor.
Kode etik yang berkaitan dengan masalah prinsip bahwa auditor harus menjaga, menjunjung dan menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas, seperti bertanggung
jawab, berintegritas, bertindak secara objektif dan menjaga independensinya terhadap kepentingan berbagai pihak dan hati-hati dalam menjalankan profesi.
Seorang auditor harus menaati kode etik profesi akuntan publik untuk menjamin bahwa kinerja yang dimiliki dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
kode etik akuntan publik yang berlaku di Indonesia. Adanya persepsi terhadap kode etik akuntan publik, akan mendorong auditor untuk memiliki kinerja yang baik.
Finn et.al., 1988 menyatakan bahwa akuntan seringkali dihadapkan pada situasi adanya dilemma etika yang menyebabkan dan memungkinkan auditor tidak
dapat bersikap independen. Untuk menjaga kualitas kinerjanya, auditor diminta untuk tetap bersikap independen terhadap klien. Namun dalam kondisi yang sama,
kebutuhan mereka tergantung kepada klien karena bonus yang diterimanya, sehingga seringkali auditor berada dalam situasi yang dilema. Hal ini tentu akan
mempengaruhi kinerja auditor. Secara sosial auditor juga bertanggungjawab kepada masyarakat dan profesinya daripada mengutamakan kepentingan pribadi atau
kepentingan ekonomis semata. Situasi seperti ini sangat sering dihadapi oleh auditor. Seorang auditor yang memiliki persepsi kode etik yang baik dalam
melaksanakan proses audit maka akan memiliki kinerja yang lebih baik. Menurut Cohen et.al 1998 dalam Alfianto 2002 akuntan adalah profesi yang memberi
informasi bagi pembuatan keputusan masyarakat dan sebagai seorang profesional, akuntan memiliki kewajiban untuk menyajikan informasi keuangan yang handal.
Untuk melaksanakan kewajibanya tersebut secara profesional, perilaku akuntan harus konsisten dengan kode etik. Persepsi yang tinggi terhadap kode etik akan menjadikan
auditor untuk bertindak sesuai dengan kode etik dan kualitas kinerja yang dihasilkan pun akan maksimal.
Indikator yang digunakan untuk mengukur etika profesi dalam penelitian ini adalah prinsip etika dan aturan etika Kusrini, 2008. Berdasarkan standar profesi
akuntan publik 1 Januari 2009 Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Kesatu : Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai professional, setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
b. Prinsip Kedua : Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c. Prinsip Ketiga : Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
d. Prinsip Keempat : Objektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. e. Prinsip Kelima : Kompetensi dan kehati-hatian profsional
Setiap anggota harus menjalankan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legalisasi dan teknik yang paling mutakhir.
f. Prinsip Keenam : Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum untuk mengungkapkannya.
g. Prinsip Ketujuh : Perilaku professional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. h. Prinsip Kedelapan : Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesua dengan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.
Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit akan meningkat jika profesi akuntan publik dapat menerapkan seluruh standar mutu yang tinggi terhadap
pelaksanaan pekerjaan audit yang dilaksanakan anggota profesi tersebut. Prinsip etika profesi akuntan yang telah disebutkan diatas, merupakan ketetapan yang harus
dipatuhi oleh seorang akuntan publik. Sedangkan Aturan Etika terdiri dari : 1. Aturan Etika Nomor 100 tentang Independensi, Integritas, dan Objektivitas
101. Independensi Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang diterapkan IAI. Siap independen
tersebut harus meliputi independen dalam fakta in fact maupun dalam penampilan in appearance.
102. Integritas dan objektivitas Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas
dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan conflict of interest dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material material misstatement yang
diketahuinya atau mengalihakan pertimbangannya pada pihak lain. 2. Aturan nomor 200 tentang standar umum dan prinsip akuntansi
201. Standar Umum Anggota KAP arus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang
terkait yang dikeluarkan oleh badan pengantar standar yang ditetapkan IAI. 1. Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh memberikan jasa profesional
yang secara layak diharapkan data diselesaikan dengan kompetensi profesional. 2. Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib melakukan
pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional. 3. Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi
secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional. 4. Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang
memadai untuk menjadikan dasar yang layak bagi sipulan atau rekomendasi sehubungan denga pelaksanaan jasa profesionalnya.
202. Kepatuhan terhadap standar Anggota KAP yang melaksanakan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi
konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oelh badan pengatur standar yang ditetpakan oleh IAI.
203. Prinsip-prinsip akuntansi Anggota KAP tidak diperkenankan :
1. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laopran keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berterima umum atau. 2. Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan atau data tersebut memuat
penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan keunagna atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan
penagtur standar yang ditetapkan oleh IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan tersebut diatas. Dalam kondisi
tersebut, anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara
mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya, serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berterima umum akan menghasikan
laporan yang menyesatkan. 3. Aturan etika nomor 300 tentang tanggung jawab kepada klien.
301. informasi klien yang rahasia Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia,
tanpa persetujuan klien. Ketentuan ini dimaksudkan untuk :
1 Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etia kepatuhan terhadap standard an prinsip-prinsip akuntansi.
2 Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan perundabg-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi
penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
3 Melarang review praktik profesional review mutu seorang anggota sesuai dengan kewenangan IAI.
4 Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk oleh IAI-
KAP dalam rangka penegakan disiplin anggota. Anggota yang terlibat dalam penyelidikan dan review diatas, tidak boleh
memanfaatkannya untuk kepentingan diri priadi mereka atau mengungkapkan informasi klien yang harus dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan
tugasnya. Larangan ini tidak boleh membatasi anggota dalam pemberian informasi sehubungan dengan proses penyidikan atau penegakan disiplin sebagaimana telah
seperti telah diungkapakan dalam butir 4 diatas atau review praktik profesional review mutu seperti telah disebutkan dalam butir 3 diatas.
302. Fee profesional 1. Besarnya fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan
untuk melaksanakanjasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.
Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.
1. Fee Kontijen Fee kontijen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa
profesional tanpa adanya fee yang dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.
Fee dianggap tidak kontijen jika ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar penetapan adalah hasil penyidikan hokum
atau temuan badan pengatur, anggota KAP tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontijen apabila penetapan tersebut dapat mengurangi
independensi. 4. Aturan Etika nomor 400 tentang tanggung jawab kepada rekan seprofesi.
401. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi. Anggota wajib memelihara citra profesi dengan tidak melakukan
perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi. 402. Komunikasi antara akuntan publik
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengn akuntan publik terdahulu bila akan mengadakan perikatan engagement audit menggantikan akuntan
publik terdahulu. Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.
403. Perikatan Atestasi Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi
yang jenis atestasi dan periode sama dengan periatan yang dilakukan akuntan yang lebih dulu ditunjuk oleh klien, kecuali apabila perikatan tersebut
dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.
5. Aturan etika nomor 500 tentang tanggung jawab dan praktik lain. 501. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan.
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.
502. Iklan, promosi, dan kegiatan pemasaran lainnya. Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan
mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.
503. Komisi dan Fee Reveral. 1
Komisi Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk
lainnya yang diberikan atau diterima dari klien atau pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien atau pihak lain. Anggota KAP tidak diperkenankan untuk
memberikan atau menerima komisi apabila pemberian penerimaan tersebut dapat mengurangi independensi.
2 Fee Reveral Rujukan
Fee reveral rujukan adalah imbalan yang dibayarkan atau diterima kepada atau dari sesame penyedia jasa profesional akuntan publik. Free reveral
hanya diberikan bagi sesama profesi. 3 Bentuk Organisasi dan KAP
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau tidak
menyesatkan dan merendahkan citra profesi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi kode etik adalah
pemahaman, pengintepretasian, dan penerapan seorang auditor pada kode etik profesi aukuntan publik auditor.
2.5 Tekanan waktu