sampel yang dimiliki adalah auditor senior, sedangkan 20 orang lainnya atau 37 adalah auditor junior. Untuk jenjang pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar
tingkat pendidikan terakhir para auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang adalah D3 akuntansi yang berjumlah 15 orang atau 27.8, kemudian tingkat
pendidikan S1 yang berjumlah 30 orang atau 55.5, dan yang terakhir yaitu tingkat pendidikan S2 berjumlah 9 orang atau 16.7.
4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan variable-variabel penelitian, yaitu kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi
serta kinerja auditor dengan menggunakan program SPSS yang menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, titik tengah, rata-rata, dan standar deviasi.
4.2.2.1 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivas diri sendiri dan mengelola emosional dengan
baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kecerdasan emosional diukur dengan lima indikator yang terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
ketrampilan sosial. Tabel 4.3 Deskriptif Kecerdasan Emosional
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation VAR00001
54 35.00
68.00 54.3704
8.79171 Valid N listwise
54
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel
kecerdasan emosional X1 sebesar 54.37 dengan standar deviasi 8.79, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut termasuk dalam kategori
tinggi. Jadi dapat disimpulkan secara umum kecerdasan emosional yang digunakan auditor dalam melaksanakan proses audit adalah tinggi. Berikut ini ditampilkan
rangkuman hasil analisis deskriptif untuk variabel kecerdasan emosional. Tabel 4.4 Kualifikasi Variabel Kecerdasan Emosional
No. Interval Frekuensi
Prosentase Kriteria
1 64-75
12 22.22
Sangat tinggi 2
52-63 20
37.03 Tinggi
3 40-51
18 33.4
Sedang 4
28-39 3
5.51 Rendah
5 16-27
1 1.84
Sangat rendah Jumlah
54 100
Sumber : Data Primer diolah 2011 Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ada 20 responden atau 37.03 auditor
yang menggunakan kecerdasan emosional dengan baik, akan tetapi hanya ada 1 atau 1.84 auditor yang menggunakan kecerdasan emosional dengan sangat rendah.
4.2.2.2 Persepsi kode etik
Persepsi kode etik merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya, dan
antara profesi dengan masyarakat. Persepsi kode etik auditor diukur dengan
menggunakan indikator prinsip etika dan aturan etika yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Kusrini 2008.
Tabel 4.5 Deskriptif Persepsi kode etik
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation VAR00002
54 35.00
63.00 48.5926
7.12826 Valid N listwise
54
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel persepsi
kode etik X2 sebesar 48,59 dengan standar deviasi 7.128, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut termasuk dalam kategori tinggi.
Jadi dat disimpulkan bahwa secara umum, persepsi kode auditor dalam melaksanakan proses audit adalah tinggi. Berikut ini adalah rangkuman deskriptif untuk variabel
persepsi kode etik. Tabel 4.6 Kualifikasi Variabel Persepsi kode etik
No. Interval Frekuensi
prosentase Kriteria
1 60-70
3 5.56
Sangat tinggi 2
49-59 23
42.59 Tinggi
3 38-48
25 46.29
Sedang 4
27-37 3
5.56 Rendah
5 16-26
0.00 Sangat rendah
Jumlah 54
100 Sumber : Data Primer diolah 2011
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa ada 3 atau 5.56 auditor yang memiliki persepsi kode etik yang rendah, akan tetapi ada 3 atau 5.56 auditor yang memiliki
persepsi kode etik yang sedang.
4.2.2.3 Tekanan waktu