67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner dalam pengumpulan data, dimana penyebarannya dilakukan secara personal survey atau peneliti mendatangi
secara langsung tiap-tiap Kantor Akuntan Publik KAP yang ada di Kota Semarang. Pengumpulan data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan bantuan program SPSS. Penyebaran kuesioner ditujukan kepada auditor yang bekerja pada
KAP di kota Semarang. Keseluruhan kuesioner yang dikirim kepada responden adalah sebanyak 54 kuesioner berdasarkan jumlah auditor yang dapat berpartisipasi di
11 KAP di Kota Semarang. Sebaran jumlah sampel dapat dilihat pada lampiran 1. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 10 Mei 2011 hingga 30 Mei 2011.
Kuesoner yang kembali sebanyak 54 buah, sehingga tingkat pengembalian kuesioner adalah sebesar 100, sedangkan kuesioner yang tidak kembali adalah 0 buah atau
0. Kuesioner yang dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah 54 atau 100, sedangkan total kuesioner yang tidak lengkap adalah 0 atau 0. tabel 4.1
menunjukkan tingkat pengiriman dan pengembalian dalam penelitian.
Tabel 4.1 Tingkat Pengiriman Dan Pengembalian
Keterangan Jumlah
Persentase
Total kuesioner yang dibagikan 54
100 Total kuesioner yang tidak kembali
Total kuesioner yang kembali 54
100 Total kuesioner yang tidak lengkap
Total kuesioner yang dapat digunakan 54 100
Sumber : Data Primer diolah, 2011
4.2 Analisis Data 4.2.1 Analisis Deskriptif Responden
Deskriptif responden digunakan untuk mengetahui persentase karakteristik demografi responden. Deskriptif responden terdiri dari jenis kelamin, lama bekerja,
jabatan, pendidikan terakhir. Data deskriptif mengenai demografi responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2. Gambaran Umum Profil Responden
Karakteristik Jumlah
Persentase
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki
2. Perempuan 18
36 33.33
66.67
Jumlah 54
100
Lama bekerja pada Kantor Akuntan Publik : 1. Kurang dari 3 Tahun
2. 3 tahun sampai 5 tahun 3. Lebih dari 5 tahun
25 14
15 46.3
26 27.7
Jumlah 54
100
Jabatan dalam Kantor Akuntan Publik 1. Auditor Yunior
2. Auditor senior 20
34 37
63
Jumlah 54
100
Pendidikan terakhir : 1. D3
2. S1 3. S2
15 30
9 27.8
55.5 16.7
Jumlah 54
100
Sumber : Data Primer yang Diolah, 2011 Deskripsi lebih lanjut mengenai karakteristik partisipan auditor seperti terlihat
pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang terlibat terdiri dari 18 orang laki- laki 33.33 dan 36 orang perempuan 66.67. Untuk lama bekerja di Kantor
Akuntan Publik selama kurang dari 3 tahun berjumlah 25 orang 46.3, 3 tahun sampai 5 tahun sebanyakn14 orang 26, lebih dari 5 tahun sebanyak 15 orang
27.7. Untuk jabatan dalam kantor akuntan publik, sebanyak 34 orang atau 63
sampel yang dimiliki adalah auditor senior, sedangkan 20 orang lainnya atau 37 adalah auditor junior. Untuk jenjang pendidikan menunjukkan bahwa sebagian besar
tingkat pendidikan terakhir para auditor yang bekerja pada KAP di kota Semarang adalah D3 akuntansi yang berjumlah 15 orang atau 27.8, kemudian tingkat
pendidikan S1 yang berjumlah 30 orang atau 55.5, dan yang terakhir yaitu tingkat pendidikan S2 berjumlah 9 orang atau 16.7.
4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan variable-variabel penelitian, yaitu kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, motivasi
serta kinerja auditor dengan menggunakan program SPSS yang menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, titik tengah, rata-rata, dan standar deviasi.
4.2.2.1 Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain untuk memotivas diri sendiri dan mengelola emosional dengan
baik dalam diri kita dan hubungan kita. Kecerdasan emosional diukur dengan lima indikator yang terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan
ketrampilan sosial. Tabel 4.3 Deskriptif Kecerdasan Emosional
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation VAR00001
54 35.00
68.00 54.3704
8.79171 Valid N listwise
54
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel
kecerdasan emosional X1 sebesar 54.37 dengan standar deviasi 8.79, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut termasuk dalam kategori
tinggi. Jadi dapat disimpulkan secara umum kecerdasan emosional yang digunakan auditor dalam melaksanakan proses audit adalah tinggi. Berikut ini ditampilkan
rangkuman hasil analisis deskriptif untuk variabel kecerdasan emosional. Tabel 4.4 Kualifikasi Variabel Kecerdasan Emosional
No. Interval Frekuensi
Prosentase Kriteria
1 64-75
12 22.22
Sangat tinggi 2
52-63 20
37.03 Tinggi
3 40-51
18 33.4
Sedang 4
28-39 3
5.51 Rendah
5 16-27
1 1.84
Sangat rendah Jumlah
54 100
Sumber : Data Primer diolah 2011 Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ada 20 responden atau 37.03 auditor
yang menggunakan kecerdasan emosional dengan baik, akan tetapi hanya ada 1 atau 1.84 auditor yang menggunakan kecerdasan emosional dengan sangat rendah.
4.2.2.2 Persepsi kode etik
Persepsi kode etik merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan antara akuntan publik dengan kliennya, antara akuntan publik dengan rekan sejawatnya, dan
antara profesi dengan masyarakat. Persepsi kode etik auditor diukur dengan
menggunakan indikator prinsip etika dan aturan etika yang diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Kusrini 2008.
Tabel 4.5 Deskriptif Persepsi kode etik
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation VAR00002
54 35.00
63.00 48.5926
7.12826 Valid N listwise
54
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel persepsi
kode etik X2 sebesar 48,59 dengan standar deviasi 7.128, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut termasuk dalam kategori tinggi.
Jadi dat disimpulkan bahwa secara umum, persepsi kode auditor dalam melaksanakan proses audit adalah tinggi. Berikut ini adalah rangkuman deskriptif untuk variabel
persepsi kode etik. Tabel 4.6 Kualifikasi Variabel Persepsi kode etik
No. Interval Frekuensi
prosentase Kriteria
1 60-70
3 5.56
Sangat tinggi 2
49-59 23
42.59 Tinggi
3 38-48
25 46.29
Sedang 4
27-37 3
5.56 Rendah
5 16-26
0.00 Sangat rendah
Jumlah 54
100 Sumber : Data Primer diolah 2011
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa ada 3 atau 5.56 auditor yang memiliki persepsi kode etik yang rendah, akan tetapi ada 3 atau 5.56 auditor yang memiliki
persepsi kode etik yang sedang.
4.2.2.3 Tekanan waktu
Kondisi tekanan waktu time pressure adalah suatu kondisi dimana auditor mendapatkan tekanan dari tempatnya bekerja untuk dapat menyelesaikan tugasnya
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan . Indikator dalam variabel ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Almaretta 2010 yaitu ketepatan waktu, pemenuhan
target dengan waktu yang ditentukan, kelonggaran waktu, dan beban yang ditanggung dengan keterbatasan waktu.
Tabel 4.7 Deskriptif Tekanan waktu
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation VAR00004
54 11.00
24.00 18.1667
3.42989 Valid N listwise
54
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel tekanan
waktu X3 sebesar 18.166 dengan standar deviasi 3.42, sehingga jika dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut dalam kategori tinggi. Berikut
kualifikasi jawaban variabel tekanan waktu.
Tabel 4.8 Kualifikasi Variabel Tekanan Waktu No. Interval
Frekuensi Persentase
Kriteria 1
22-25 11
20.4 Sangat tinggi
2 18-21
16 29.62
Tinggi 3
14-17 17
31.48 Sedang
4 10-13
10 18.5
Rendah 5
6-9 Sangat rendah
Jumlah 54
100 Sumber : Data Primer diolah 2011
Dari tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 10 atau 18.5 auditor yang memeliki tekanan waktu yang rendah dalam melaksanakan proses audit, namun
secara umum tekanan waktu yang dialami auditr dalam melaksanakan proses audit termasuk dalam kualifikasi tinggi.
4.2.2.4 Motivasi
Motivasi merupakan dorongan-dorongan individu untuk bertindak yang menyebabkan orang tersebut berperilaku dengan cara tertentu yang mengarah pada
tujuan Hellriegel, 2001. Indikator dalam variabel ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan
dan kenyamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Tabel 4.9 Deskriptif Motivasi
Descriptive Statistic
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation VAR00003
54 18.00
47.00 35.5370
6.58389 Valid N listwise
54
Sumber : Data Primer diolah, 2011
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel tekanan waktu X3 sebesar 35.53 dengan standar deviasi 6.58, sehingga jika di konsultasikan
dengan tabel kategori, hasil tersebut dalam kategori tinggi. Tabel 4.10 Kualifikasi Variabel Motivasi
No. Interval Frekuensi
Persentase Kriteria
1 43-50
9 16.67
Sangat tinggi 2
35-42 22
40.74 Tinggi
3 27-34
17 31.48
Sedang 4
19-26 6
11.11 Rendah
5 11-18
Sangat rendah Jumlah
54 100
Sumber : Data Primer diolah 2011 Dari tabel 4.10 diatas sebanyak 6 atau 11.11 auditor yang memiliki motivasi yang
rendah, namun secara keseluruhan sebanyak 22 atau 40.74 auditor memiliki motivasi yang tinggi dalam melaksanakan proses audit.
4.2.2.5 Kinerja Auditor
Kinerja merupakan kesuksesan seorang karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan selama periode tertentu didasarkan pada ketentuan yang telah ditetapkan.
Pada profesi auditor kinerja berkaitan dengan kualitas audit. Kinerja job performance diukur dengan menggunakan indikator penilaian kuantitas pekerjaan,
penilaian kualitas hubungan dengan biaya dan pengetahuan tentang pekerjaan.
Tabel 4.11 Deskriptif Kinerja Auditor
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation VAR00005
54 38.00
78.00 61.3333
7.51602 Valid N listwise
54
Sumber : Data Primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data rata-rata untuk variabel kinerja
auditor Y sebesar 61.33 dengan standar deviasi 7.51, sehingga apabila dikonsultasikan dengan tabel kategori, hasil tersebut dalam kategori sedang. Berikut
kualifikasi jawaban variabel kinerja auditor. Tabel 4.12 Kualifikasi Variabel Kinerja Auditor
No. Interval Frekuensi
Persentase Kriteria
1 77-90 3
5.56 Sangat tinggi
2 63-76
18 33.34
Tinggi 3
49-62 31
57,40 Sedang
4 35-48
2 3.70
Rendah 5
21-34 Sangat rendah
Jumlah 54
100 Sumber : Data Primer diolah 2011
Berdasarkan tabel 4.12 diatas sebanyak 2 responden 74 memiliki kinerja yang rendah dalam melakukan suatu proses audit. Sedangkan sebanyak 31 responden
57.40 memiliki kinerja dengan tingkat sedang.
4.2.3 Uji Prasyarat
Sebelum data dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan regresi linier berganda, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu dengan uji normalitas dan
uji asumsi klasik.
4.2.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regrei, variabel terikat dan variabel bebas berditribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah yang memiliki data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat menggunakan dua cara yaitu melalui P-P
Plot dan uji Kolmogorov-smornov dengan bantuan SPSS. Gambar 4.1 : P-P Polt uji Normalitas
Sumber : Data yang diolah, 2011
Dengan melihat tampilan P-P Plot pada gambar 4.1, dapat disimpulkan bahwa sumbu menyebar sekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa P-P Plot
memberikan pola distribusi yang normal. P-P Plot tersebut menunjukkan bahwa model regresi tersebut layak dipakai karena asumsi normalitas. Untuk mendapatkan
hasil yang lebih akurat, pengujian ini didukung oleh uji kolmogrov-smirnov. Tabel 4.13 . Hasil Output Uji KS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 54
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 4.38941930
Most Extreme Differences Absolute
.103 Positive
.076 Negative
-.103 Kolmogorov-Smirnov Z
.757 Asymp. Sig. 2-tailed
.616 a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data primer diolah, 2011 Dari tabel 4.13 diatas, dapat dilihat bahwa nilai kolmogorov smirnov sebesar
0,757 dan memiliki tingkat signifikansi pada 0.616. Karena tingkat signifikansi diatas 0,05, maka data residual terdistribusi secara normal dan layak digunakan.
4.2.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah data yang akan diregresikan telah memenuhi syarat asumsi klasik, yaitu dilakukan melalui uji
heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.
4.2.3.2.1 Hasil Uji Heterokesdastisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
varians dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas Ghozali, 2006. Untuk mengetahui varians masing-masing variabel bebas Kecerdasan emosional X1,
persepsi kode etik X2, tekanan waktu X3, dan motivasi X4 terhadap kinerja auditor Y, maka digunakan uji heterokedastisitas. Dalam penelitian ini pengujian
heterokedastsitas mengggunakan scatterplot dan uji Glejser. Berikut gambar4.2 hasil scatterplot dan tabel 4.14uji glejser :
Gambar 4.2 hasil scatterplot uji heterokedastisitas
Sumber : Data Primer yang diolah, 2011
Dapat dilihat sebaran data nampak berada di atas dan dibawah garis Y, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang digunakan tidak terjadi heterokedastisitas.
Tabel. 4.14 Hasil Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 4.314
3.444 1.253
.216 X1
-.041 .051
-.125 -.817
.418 X2
-.055 .068
-.135 -.812
.421 X3
.144 .138
.169 1.041
.303 X4
.035 .070
.080 .507
.614 a. Dependent Variable: Abs_res
Sumber : Data primer diolah, 2011
Hasil tampilan output SPSS pada tabel 4.14 dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variebel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen dengan nilai masing-masing variabel kecerdasan emosional X1 0.418, persepsi kode etik X2 sebesar 0.421, tekanan waktu X3 sebesar 0.303, dan
motivasi X4 sebesar 0.614. Hal ini menunjukkan probabilitas signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5, jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya heterokedastisitas.
4.3.2.2 Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Ada tidaknya korelasi antar variabel independen dapat dideteksi dengan mlihat nilai VIF. Apabila nilai VIF
10 maka dinyatakan sempurna antar variable bebas dan sebaliknya Ghozali, 2006:91. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.15 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
X1 .826
1.210 X2
.702 1.424
X3 .734
1.363 X4
.778 1.285
a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa
angka tolerance dari variable bebas kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu dan motivasi mempunyai nilai lebih dari 10 nilai tolerance berkisar
antara 0,702 sampai 0,826 dan nilai VIF tidak lebih dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas antar variabel
bebas.
4.2.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda dengan variabel bebas kecerdasan emosional X1, persepsi kode etik X2,
tekanan waktu X3 dan motivasi X4 terhadap variabel terikat kinerja auditor Y.
Dari analisis uji regresi dapat dilihat mode regresi penelitian ini yaitu :
Y
=10.501+ 0.320 X1 + 0.224 X2 + 0.584 X3 + 0.337 X4 + e Hasil persamaan linier diatas diperoleh dari hasil tabel koefisien regresi pada
tabel 4.18. Persamaan regresi linier dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Konstanta sebesar 10.501 menyatakan bahwa jika variabel independen
konstan, maka nilai kinerja auditor KA sebesar 10.501. b. Koefisien regresi b
1
= + 0.320, menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel kecerdasan emosional akan menaikan kinerja auditor sebesar
0.320 dengan asumsi semua variabel tetap. c. Koefisien regresi b
2
= + 0.224, menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel persepsi kode etik akan menaikan kinerja auditor sebesar
0.224 dengan asumsi semua variabel tetap. d. Koefisien regresi b
3
= + 0.582, menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel tekanan waktu akan menaikan kinerja auditor sebesar 0.582
dengan asumsi semua variabel tetap.
e. Koefisien regresi b
4
= + 0.337, menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel kecerdasan emosional akan menaikan kinerja auditor sebesar
0.337 dengan asumsi semua variabel tetap.
4.2.5 Pengujian Hipotesis 4.2.5.1 Hasil Uji F
Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel independen atau bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau variabel terikat. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut :
Tabel 4.16. Hasil Uji F
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
1972.849 4
493.212 23.667
.000
a
Residual 1021.151
49 20.840
Total 2994.000
54 a. Predictors: Constant, X4, X1, X3, X2
b. Dependent Variable: Y
Sumber : data primer diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa secara bersama-sama
variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 23.667 dengan probabilitas
0.000. Oleh karena nilai probabilitas jauh lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan emosional, persepsi kode etik,
tekanan waktu dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja auditor.
4.2.5.2 Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien determinan digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel-variabel dependen. Nilai koefisien adalah
antara nol sampai dengan satu dan ditunjukkan dengan nilai Adjusted R
2
. Apabila angka koefisien determinasi semakin kuat berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan nilai koefisien determinasi adjusted R
2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen adalah terbatas Ghozali, 2006. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihar pada tabel 4.17 sebagai berikut :
Tabel 4.17. Hasil uji koefisien determiansi R
2
Model Summary
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.812
a
.659 .631
4.56506 a. Predictors: Constant, X4, X1, X3, X2
Sumber : data primer diolah, 2011 Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R square adalah
sebesar 0.631. hal ini menunjukkan 63.1 variabel kinerja auditor dapat dijelaskan oleh variabel kecerdasan emosional, persepsi kode etik, tekanan waktu, dan
motivasi. Sedangkan sisanya sebsar 36.9 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi.
4.5.3 Hasil Pengujian Hipotesis secara Parsial Uji t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi dependen Ghozali, 2006. Hasil uji t
dapat dilihat pada tabel 4.18 sebagai berikut : Tabel 4.18 Hasil Uji t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 10.501
5.335 1.969
.055 X1
.320 .078
.374 4.078
.000 X2
.224 .105
.213 2.137
.038 X3
.582 .213
.266 2.727
.009 X4
.337 .108
.295 3.118
.003 a. Dependent Variable: Y
Sumber : Data primer diolah, 2011 Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.18 diatas, maka pengambilan keputusannya
adalah sebagai berikut :
a. Hipotesis 2 terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja auditor.
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa kinerja auditor memiliki t hitung sebesar 4.078 dengan tingkat sigifikansi sebesar 0,000. Apabila dilihat dari
signifikansinya yang kurang dari 0,05, maka variabel kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Sedangkan berdasarkan persamaan
regresi terlihat bahwa koefisien variabel kecerdasan emosional adalah positif. Dengan demikian H2 diterima.
b. Hipotesis 3 terdapat pengaruh antara persepsi kode etik terhadap kinerja auditor.