4.5 Strategi Penjualan Mutiara Indonesia
Strategi penjualan mutiara Indonesia berbeda dengan strategi penjualan perikanan lainnya, penjualan mutiara melalui dengan cara lelang. Lelang yang
berbentuk setengah auction. Pengertian setengah auction adalah cara mengundang hingga penyelesaian transaksi dilakukan seperti auction yang selama ini berlaku,
tetapi tidak dilakukan bidding. Asosiasi Budidaya Mutiara ASBUMI berperan memberikan daftar pembeli internasional yang akan diundang, mendampingi
pelaksanaan proses penjualan dan memberikan jaminan guarantee kepada pembeli bahwa mutiara yang dipilih mereka dalam transaksi adalah sama dengan
yang diterima di Hongkong dan Jepang ataupun negara tujuan yang dikehendaki pembeli.
Sebulan sebelum pelakanaan lelang, ASBUMI telah melaksanakan announcement kepada internasional buyers yan berasal dari berbagai negara.
Setelah diikuti dengan internasional call untuk memastikan bahwa yang bersangkutan telah mendapatkan pemberitahuan akan adanya lelang mutiara di
Indonesia. Tahapan selanjutnya adalah rekonfirmasi untuk memastikan keikutsertaan para pembeli dari luar negeri tersebut. Acara lelang dimulai dengan
penjelasan mengenai tata cara pelaksanaan dan ketentuan pelaksanaan penjualan mutiara kepada para pembeli. Disamping itu juga dibagikan daftar dan spesifikasi
mutiara yang ditawarkan oleh para penjual. Selanjutnya, kepada calon pembeli diberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi terhadap mutiara yang
ditawarkan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Permintaan Mutiara Indonesia
Meningkatnya kebutuhan mutiara dunia sehingga mendorong negara Indonesia memenuhi pasokan kebutuhan mutiara dunia, yang secara notaben nya
Indonesia sebagai produsen mutiara kesatu dalam volume produksinya dibanding negara-negara pesaingnya seperti Australia, Philipines. Permintaan mutiara
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Namun, kondisi produksi mutiara south sea pearls Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun ke
tahun. Produksi mutiara Indonesia dari tahun 1996-2000 mengalami peningkatan, hingga pada tahun 2001 mulai terjadi penurunan, dan tahun 2002 terjadi
penurunan yang signifikan sebesar 1312.5 kg dari tahun sebelumnya. Faktor penyebab menurunnya produksi pada tahun 2001-2002 yaitu terjadinya gejala arus
dingin di NTB sehingga memengaruhi perkembangan produksi mutiara. Pada tahun 2003 terjadi peningkatan kembali sebesar 2512.5 kg hingga pada tahun
2004 peningkatan produksi mutiara terjadi. Hal ini disebabkan karena gejala arus dingin di perairan NTB sudah berahkhir dan sistem keamanan budidaya mutiara
sudah berjalan dengan baik sehingga setiap produksi mutiara yang dipanen tidak dicuri Gambar 5.1.
Indonesia biasannya memasok kebutuhan negara Jepang, Hongkong, Amerika Serikat, dan Italia. Pada Tabel 5.1 memperlihatkan bahwa volume ekspor
mutiara Indonesia memang masih di dominasi untuk tujuan negara Jepang. Di