Industri Mutiara Indonesia GAMBARAN UMUM KOMODITI MUTIARA INDONESIA

oleh tiram, tetapi bila lapisan terluarnya tidak terdiri dari nacre, mutiara tidak akan memperlihatkan warna- warni yang menggairahkan yang biasa disebut „orient‟ yang membuat mutiara mempunyai harga yang tinggi dan indah.

4.4 Industri Mutiara Indonesia

Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi yang sangat tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sebagian besar mutiara yang di perdagangkan di dunia, terserap ke pasar Jepang. Pada tahun 1998, Jepang mengimpor 858.346 momme mutiara dari berbagai negara. Satu momme setara dengan 3,7 gram mutiara. Jumlah ini meningkat untuk tahun berikutnya yang menjadi 1.130.098 5 . Karena Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai daripada emas. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan modal besar, dari mulai benih spat dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen. Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa pihak dan teknis yang menguasainya, sehingga 5 http:www.bi.go.idsipukid?id=4no=40804idrb=44201 . Jakarta: Diakses 5 Maret 2011. hasilnyapun sangat bagus dan lebih disukai oleh pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu pembudidayaan dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar. Salah satunya adalah pulau yang berada di Nusa Tenggara Barat ini tepatnya disebuah industri budidaya mutiara yang berada di Desa Lambu Kecamatan Lambu Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat, yang berlokasikan dipinggir laut yang lumayan jauh dari tempat tinggal masyarakat itu sendiri. Industri Budidaya Mutiara ini berdiri pada tanggal 28 Oktober yang mempekerjakan karyawan sekitar 200 karyawan. Industri Budidaya Mutiara ini merupakan satu-satunya industri budidaya yang berada di Kota Bima tepatnya di Desa Lambu, yang sudah dikenal oleh berbagai kalangan baik di kota-kota besar maupun kota-kota kecil pada umumnya. Selain itu budidaya mutiara ini merupakan salah satu mutiara yang berkualitas cukup bagus dan terkenal, yang cukup banyak diminati oleh berbagai kalangan. Namun Industri budaya mutiara ini juga pada tahun sebelumnya selain tempat budidaya mutiara juga dijadikan sebagai tempat wisata, karena didukung oleh keadaan dan posisinya yang bagus dan indah di pinggir pantai. Akan tetapi seiring berjalannya waktu dan di dukung oleh keadaan jaman yang makin maju industri budidaya mutiara ini tidak dijadikan tempat wisata lagi dan hanya dijadikan sebagai tempat budidaya mutiara saja. Karena pada awalnya industri budidaya mutiara ini berupaya melindungi dan mengembangkan industri mutiara agar lebih maju lagi sebagaimana yang diharapkan. Disamping itu faktor lain yang mendorongnya adalah industri bududaya mutiara ini terkait langsung dengan kegiatan pariwisata sebagai salah satu visi dan misi dalam membangun Kota Bima itu sendiri selain dari sektor jasa. Maka dengan adanya sistem usaha industri budidaya mutiara ini membawa dampak yang positif bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat yang tinggal di Desa Lambu Kec. Lambu Bima NTB ini. Selain dapat meningkatkan pembangunan Kota Bima sendiri, juga meningkatkan perekonomian Indonesia, mengurangi pengangguran, dan hasil produksinya banyak disukai oleh berbagai kalangan terutama di kotakota besar dan kecil, sampai Luar Negeri. Saat ini, perusahaan budidaya mutiara di Indonesia berjumlah sekitar 71 perusahaan, di mana 38 perusahaan di antaranya telah bergabung ke dalam Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia ASBUMI 6 . Perusahaan tersebut tersebar di wilayah Bali, NTB, NTT, Lampung, Maluku, Papua, Sulawesi dan Halmahera. Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa pada tahun 1999-2002 propinsi DKI Jakarta menghasilkan nilai ekspor mutiara terbesar di antara propinsi-propinsi lainnya, yaitu sebesar US 13.620, US 15.991, US 19.432, US 6.188. Sedangkan pada tahun 2003 penghasil nilai ekspor mutiara terbesar dipegang oleh Sulawesi Utara sebesar US 10. 018 dan pada tahun 2004 propinsi Bali yang menghasilkan ekspor mutiara terbesar diantara propinsi-propinsi lainnya, yaitu sebesar US2.012. 6 http:www.pnpmsultra.comberita?id=13 [20 Mei 2010]. Indonesia Perlu Pearl Center. NTB: Diakses tanggal 12 Maret 2011. Tabel 4.3 Enam Pelabuhan Propinsi Penghasil Nilai Ekspor Mutiara Terbesar Indonesia dalam US Propinsi Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 DKI Jakarta 13.620 15.991 19.432 6.188 2.410 885 Bali 95 1.015 166 797 898 2.012 Sulawesi Utara 1.412 - 206 152 10.018 281 Sulawesi Tenggara - 1.395 1.818 1.427 685 1.001 Sulawesi Selatan 841 1.092 669 563 56 101 Irian Jaya 1.902 2 .245 2.445 2.155 2.962 1.158 Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan, 2005 Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa setiap tahun jumlah perusahaan budidaya mutiara Indonesia mengalami fluktuasi. Pada tahun 1994 saat pertama kali Asosiasi Budidaya Mutiara ASBUMI berdiri dan tercatat ada 97 perusahaan budidaya mutiara Indonesia yang bergabung ke dalam ASBUMI. Pada tahun 2001 jumlah perusahaan budidaya mutiara Indonesia mengalami penurunan sebesar 26 perusahaan. Hal ini, mungkin saja terjadi pada perusahaan-perusahaan mutiara Indonesia karena untuk mendirikan perusahaan mutiara itu perlu modal yang besar dan resiko kegagalan yang besar pula. Jadi, banyaknya perusahaan- perusahaan yang kecil dan dengan modal yang sangat pas-pasan sehingga mereka tidak mampu bertahan dengan resiko yang ada dan tidak mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki modal dan memiliki kekuasaan yang ada. Tabel 4.4 Jumlah Perusahaan Budidaya Mutiara Indonesia Tahun Jumlah Perusahaan 1994 97 2000 40 2001 26 2002 20 2005 107 2007 96 Sumber: Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia, 2007

4.5 Strategi Penjualan Mutiara Indonesia