Masyarakat yang tidak memiliki kebun atau sawah melakukan kerjasama dengan Perhutani. Bentuk kerjasama tersebut yaitu masyarakat diberi hak untuk
menggarap lahan milik perhutani dengan imbalan Perhutani berhak mendapatkan sebanyak 30 dari hasil garapan masyarakat. Akan tetapi, jika hasil yang
diperoleh masyarakat gagal atau mendapatkan hasil yang sedikit, hasil yang diberikan oleh masyarakat kepada perhutani tidak mencapai 30 . Hal tersebut
menunjukkan bahwa keberadaan hutan Perhutani memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Kampung Cigeurut.
Susanto dan Saidi 1998 mengelompokkan masyarakat Cigeurut, baik Cigeurut Kulon maupun Cigeurut Wetan berdasarkan kemampuan memenuhi kebutuhan
keluarganya tergolong ke dalam keluarga pra sejahtera. Hal tersebut dilihat dari indikator penilaian bahwa yang tergolong keluarga pra sejahtera yaitu keluarga
dianggap belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti halnya kebutuhan pangan, sandang, dan papan, serta dilihat dari pendidikan masyarakat Cigeurut
yang sebagian besar hanya sampai Sekolah Dasar.
5.1.2 Kebutuhan pangan masyarakat Cigeurut
Masyarakat Kampung Cigeurut masih memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya baik masyarakat Kampung Cigeurut Kulon maupun masyarakat
Kampung Cigeurut Wetan. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, masyarakat mengambil hasil pangan tersebut dari hutan, kebun, dan sawah. Jenis
pangan yang diambil dari alam bervariasi jenisnya, seperti pangan penghasil karbohidrat, buah-buahan, sayuran-sayuran, dan jenis pangan sebagai sumber
protein hewani. Sumberdaya alam penghasil pangan yang ada di Kampung Cigeurut sangat
melimpah, contoh spesies tumbuhan pangan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Cigeurut diantaranya tumbuhan pangan penghasil
karbohidrat seperti padi, talas, jagung, singkong, tumbuhan penghasil protein nabati seperti kangkung, bayam, kacang-kacangan, serta tumbuhan penghasil
buah-buahan seperti pisang, jambu air, jambu biji, nangka, dan sebagainya. Sedangkan
untuk memenuhi
kebutuhan protein
hewani, masyarakat
memanfaatkan keong sawah yang diperoleh dari sawah yang sudah ditandur. Keong sawah menjadi menu pilihan masyarakat karena rasanya yang gurih dan
lezat. Selain itu, untuk mendapatkannya pun tidak memerlukan biaya. Masyarakat biasanya memasak keong sawah dengan cara dibuat
sop, dan dinamakan “sop tutut” oleh masyarakat. Keong yang diambil dari sawah dicuci atau dibersihkan
dari kotoran lumpur yang masih menempel di cangkang keong Gambar 7. Selain itu, sumber protein hewani lain yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah belut.
Belut diperoleh masyarakat dari sawah sekitar Kampung Cigeurut. Akan tetapi, pemanfaatan belut hanya bisa dilakukan oleh masyarakat ketika lahan sawah baru
dibajak. Ketika lahan sawah sudah ditanami padi, masyarakat tidak melakukan pengambilan belut.
Gambar 7 Sop tutut sebagai sumber protein hewani masyarakat Cigeurut. Masyarakat Kampung Cigeurut membutuhkan asupan makanan sebanyak 3 kali
dalam sehari. Sebagian besar, responden masyarakat Kampung Cigeurut hanya mengeluarkan biaya kurang dari Rp 10.000 untuk membeli kebutuhan pangan 3
kali dalam sehari tersebut. Hasil wawancara dengan responden masyarakat Cigeurut Kulon dan Cigerut Wetan diketahui sebesar 66,67 dan 90
responden masyarakat mengeluarkan biaya dibawah Rp 10.000, 33,33 dan 3,33 mengeluarkan biaya antara Rp 10.000
– Rp 15.000, dan responden Cigeurut Kulon tidak ada pengeluaran biaya antara Rp 15.000
– Rp 25.000, sedangkan responden masyarakat Cigeurut Wetan ada dengan persentase 6,67 untuk
memenuhi kebutuhan pangan dalam satu hari. Masyarakat Cigeurut terkadang tidak berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pangannya sebab mereka hanya
mengambil jenis pangan yang ada di lahannya.
Gambar 8 Diagram pengeluaran belanja masyarakat dalam sehari. Tingkat pengeluaran masyarakat berbanding lurus dengan jumlah anggota
keluarga yang ada serta jumlah income keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang berada dalam satu rumah, maka pengeluaran pun semakin tinggi.
Selain itu, pendapatan keluarga yang tinggi akan meningkatkan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, terutama jenis pangan selain karbohidrat. Dilihat dari
tingkat konsumsi beras, jumlah konsumsi per hari tergantung dari jumlah orang dalam satu keluarga. Kebutuhan rata-rata beras setiap harinya untuk jumlah
anggota keluarga sebanyak 5 orang memerlukan 2 kg beras. Apabila dalam jangka waktu sebulan, masyarakat membutuhkan stok beras sebanyak 60 kg beras per
setiap keluarga. Jika dianalisis perhitungan untuk Cigeurut Kulon yang terdiri dari 69 KK, maka kebutuhan beras per bulannya mencapai 4,14 ton. Sedangkan untuk
Cigeurut Wetan yang terdiri dari 64 KK, maka kebutuhan beras per harinya mencapai 3,84 ton. Akan tetapi, pasokan beras tersebut sebagian besar diperoleh
dari hasil pertanian masyarakat, dan sebagian kecil dipasok dari beras miskin Raskin. Jika dilihat dari fakta di atas bahwa beras sudah menjadi kebutuhan
yang tak terlepaskan dari masyarakat Kampung Cigeurut. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk pasar tergolong sangat rendah. Hal
tersebut dikarenakan tercukupinya sumberdaya pangan yang ada di Cigeurut untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat serta kondisi keuangan
masyarakat tidak cukup untuk membeli bahan makanan di warung karena harganya yang sangat mahal. Kondisi tersebut dapat menciptakan ketahanan
20 40
60 80
100 10.000
10.000 - 15.000 15.000 - 25.000
Persentase Jum
la h
pe n
ge lua
ra n
R p
h ar
i
Cigeurut wetan Cigeurut kulon
pangan lokal di Kampung Cigeurut. Sehingga apabila terjadi krisis moneter atau kenaikan harga pangan di pasar, kebutuhan pangan masyarakat Cigeurut dapat
terpenuhi dari produksi pangan lokal.
5.1.3 Pendidikan responden masyarakat Cigeurut