Kearifan Lokal Ketahanan Pangan Lokal

untuk mendekatkan tanaman obat kepada upaya-upaya kesehatan masyarakat yang antara lain meliputi: 1. Upaya preventif pencegahan 2. Upaya promotif meningkatkan derajat kesehatan 3. Upaya kuratif penyembuhan penyakit Sumberdaya tumbuhan yang terdapat di lingkungan pedesaan merupakan sumber obat-obatan dan makanan bagi masyarakat di sekitarnya Kala 2009. Agromedia 2008 menyatakan bahwa berbagai spesies tumbuhan yang berkasiat obat sebenarnya banyak yang dapat diperoleh di lingkungan sekitar rumah, seperti di halaman pekarangan, pinggir jalan, pinggir sungai, kebun, bahkan di dapur sebagai bahan atau bumbu masakan. Aliandi dan Roemantyo 1994 menjelaskan bahwa pemanfaatan tumbuhan obat keluarga oleh masyarakat dilakukan dalam skala keluarga, umumnya oleh keluarga yang tinggal di pedesaan yang memiliki sarana dan prasarana medis yang terbatas. Masyarakat diharapkan mampu menolong dirinya dan keluarganya dengan pengobatan tradisional melalui pemanfaatan berbagai tumbuhan berkhasiat obat tumbuhan obat sebelum memperoleh pelayanan kesehatan di puskesmas ataupun rumah sakit Aliadi Roemantyo 1994.

2.2 Kearifan Lokal

Kearifan lokal, dalam terminologi budaya, dapat diinterpretasikan sebagai pengetahuan lokal yang berasal dari budaya masyarakat yang unik, mempunyai hubungan dengan alam dalam sejarah yang panjang, beradaptasi dengan sistem ekologi setempat, bersifat dinamis dan selalu terbuka dengan tambahan pengetahuan baru Soendjoto Wahyu 2007. Menurut Keraf 2002 kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Warren 1991 diacu dalam Soendjoto dan Wahyu 2007 kearifan lokal dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan pada tingkat lokal dalam bidang pertanian, kesehatan, penyediaan makanan, pendidikan, pengelolaan sumberdaya alam dan beragam kegiatan lainnya di dalam suatu komunitas. Seluruh kearifan lokal ini dihayati, dipraktikkan, dianjurkan, dan diharuskan dari satu generasi ke generasi lain yang sekaligus membentuk pola perilaku manusia sehari-hari baik terhadap sesama manusia ataupun terhadap alam di sekitarnya.

2.3 Ketahanan Pangan Lokal

Pangan lokal didefinisikan sebagai pangan yang diproduksi setempat suatu wilayah daerah dengan tujuan ekonomi atau konsumsi Deptan 2008. Kecukupan pangan lokal tersebut dihasilkan oleh masyarakat dengan memanfaatkan sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal Martianto et al. 2008. Untuk memantapkan ketahanan pangan keluarga yang kokoh dan berkesinambungan, dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat yang memprioritaskan kepedulian masyarakat membangun SDM yang berkualitas dan mandiri untuk mengelola pangan berbasis sumberdaya dan budaya lokal Martianto et al. 2008. Ketahanan pangan menurut UU No. 7 tahun 1996 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau bagi setiap individu. Ketahanan pangan juga berhubungan dengan persepsi suatu masyarakat, nilai-nilai budaya di dalamnya. Ketahanan pangan yang mantap perlu dibangun dengan membina sisi peningkatan produksi pangan daerah yang mampu memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing. Ketahanan pangan harus diwujudkan secara merata di seluruh wilayah sepanjang waktu, dengan memanfaatkan sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal Sastraatmadja 2006. Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional, daerah hingga rumah tangga. Menurut Martianto et al. 2008 sasaran pengembangan pangan lokal adalah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan pangan lokal, berkembangnya aneka pangan lokal yang berkualitas, dan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga secara berkesinambungan Deptan 2008. Diversifikasi konsumsi pangan tentunya perlu difokuskan pada pengembangan komoditas pangan berbasis keragaman sumberdaya hayati yang terdapat di setiap daerah, yang dibarengi pula dengan upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pola konsumsi dan keseimbangan gizi yang mempertimbangkan budaya dan kelembagaan lokal Riyadi 2002.

2.4 Kesehatan Mandiri melalui Pengobatan Tradisional