Pembuatan kolobot Kegiatan budidaya tumbuhan pangan dan obat keluarga

menjadi adonan membutuhkan waktu sekitar 6 sampai 7 jam menggunakan kayu bakar. Setelah adonan mulai mengental dan berwarna kecoklatan, adonan mulai dicetak pada cetakan gula.

5.6.2 Pembuatan kolobot

Selain untuk pembuatan gula, aren pun dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan kolobot sebagai bahan untuk merokok. Bahan baku untuk pembuatan kolobot adalah daun aren yang masih muda. Lapisan tipis terluar dari daun dibuang sehingga yang tersisa adalah daun dengan lapisan dalam yang tidak licin. Daun tersebut kemudian diputar dengan cara tersendiri dan kemudian dilakukan proses penjemuran sampai kering. Daun yang sudah kering kemudian dipotong sesuai ukuran dan siap untuk dijadikan sebagai kolobot. Kolobot sebagian besar dimanfaatkan oleh masyarakat yang sudah tua atau lansia. Gambar 24 Proses pembuatan kolobot

5.6.3 Kegiatan budidaya tumbuhan pangan dan obat keluarga

Kegiatan budidaya terhadap tumbuhan penghasil pangan dan obat menjadi salah satu kegiatan masyarakat untuk melestarikan dan memudahkan masyarakat dalam pemanfaatannya. Pekarangan, sawah, dan kebun menjadi tempat masyarakat untuk membudidayakannya. Kegiatan budidaya dianggap efektif oleh masyarakat untuk mensuplai kebutuhan pangan dan obat sehari-hari. Tumbuhan yang sering dibudidayakan oleh masyarakat di pekarangan rumah adalah tumbuhan penghasil bumbu dapur, tumbuhan penghasil buah-buahan dan sayuran. Tumbuhan penghasil bumbu dapur meliputi seledri, bawang, cabe rawit, lada, sereh wangi. Putrasamedja 2005 menyebutkan bahwa tumbuhan sayuran lokal atau sayuran indigenous merupakan sayuran asli daerah yang telah banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu, atau sayuran introduksi yang telah berkembang lama dan dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu. Di Jawa Barat yang dimaksud dengan sayuran indigenous meliputi katuk, kemangi, poh-pohan, paria, kecipir jaat, oyong, gambas emes, labu, koro roay, dan sebagainya. Rachman et al. 2002 diacu dalam Putrasamedja 2005. Keberadaan sayuran tersebut di atas perlu dilestarikan, karena selain mempunyai nilai ekonomi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Sayuran indigenous biasanya tumbuh di pekarangan rumah maupun kebun secara alami dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga, baik sebagai sayuran yang dimasak maupun lalapan. Pada kenyataannya di daerah Jawa Barat sayuran indigenous sudah memasuki pasar di rumah makan yang digunakan sebagai lalap. Banyak sayuran indigenous yang berfungsi sebagai obat dari suatu penyakit manusia. Tumbuhan penghasil bumbu dibudidayakan oleh masyarakat di pekarangan rumahnya. Pemanfaatan pot plastik menjadi pilihan masyarakat sebagai tempat atau wadah media tanam sebagai tempat tumbuhnya. Sedangkan tumbuhan buah meliputi rambutan, papaya, mangga, kedondong, jeruk bali. Adapun tumbuhan sayur-sayuran meliputi bayam, kangkung, singkong, katuk, pare, labu, kukuk. Masyarakat membudidayakan tumbuhan buah di kebun atau di lahan pekarangan. Sedangkan tumbuhan penghasil sayur, masyarakat memanfaatkan lahan sawah untuk membudidayakannya. Selain tumbuhan penghasil pangan, masyarakat juga membudidayakan beberapa spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat seperti sembung, daun metadin, mustajab. Kegiatan budidaya tersebut masih bersifat terbatas yaitu hanya tumbuhan pangan dan obat tertentu saja.

5.6.4 Tumbuhan pangan dan obat yang digunakan untuk kegiatan adat