BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden Masyarakat Kampung Cigeurut 5.1.1 Kondisi sosial ekonomi responden masyarakat Cigeurut
Masyarakat Kampung Cigeurut sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan memiliki sawah serta kebun yang cukup luas. Sawah dan kebun
menjadi tumpuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebanyak 86,67 responden masyarakat
Cigeurut Kulon bermata pencaharian sebagai petani, 6,67 sebagai pedagang, 3,33 sebagai penjaga sekolah, dan 3,33 lagi sebagai paraji. Hal tersebut
sesuai dengan karakter Kampung Cigeurut yang kaya akan sumberdaya alamnya. Diversifikasi mata pencaharian di Kampung Cigeurut tidak bervariasi, rata-rata
hanya 2-3 jenis mata pencaharian. Jumlah anggota keluarga responden masyarakat Cigeurut bervariasi. Dalam satu
rumah, rata-rata terdiri atas 2 keluarga yang meliputi ibu, bapak, anak, kakek, dan nenek. Sedangkan, jumlah anggota keluarga yang bekerja hanya satu sampai dua
orang untuk setiap rumah. Penghasilan masyarakat Cigeurut Kulon yang bermata pencaharian sebagai petani tidak menentu karena masyarakat mengandalkan hasil
dari pertanian yang mereka tanam.
Gambar 5 Mata pencaharian masyarakat Cigeurut Kulon. Masyarakat Cigeurut Kulon dapat melakukan panen sebanyak 3 kali dalam
setahun. Hasil panen tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer.
86.67 6.673.33
3.33
Tani Pedagang
Penjaga sekolah Paraji
Hasil panen dari sawah jarang untuk di jual ke pasar, sebagian besar untuk dikonsumsi pribadi. Pemenuhan kebutuhan sekunder, masyarakat memanfaatkan
lahan perkebunan untuk ditanami tanaman yang memiliki nilai jual tinggi seperti cengkeh, kopi, dan kapulaga. Hasil tanaman tersebut hanya dapat di panen satu
kali dalam setahun. Masyarakat harus mengeluarkan ongkos sebesar Rp 50.000 untuk menuju ke pasar Kuningan. Ongkos yang sangat mahal tersebut
mengakibatkan masyarakat Cigeurut tidak mampu untuk memasarkan hasil alam yang mempunyai nilai jual rendah. Masyarakat akan menjual hasil alam ke pasar
jika harga dasarnya melebihi Rp 5.000kg dan barang yang akan dijual dalam jumlah besar. Jarak yang sangat jauh menuju pasar mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi Kampung Cigeurut menjadi tertinggal. Kendala yang dialami oleh masyarakat adalah terkait pemasaran hasil alam yang ada di Cigeurut Kulon.
Pekerjaan sampingan yang dilakukan oleh responden masyarakat Cigeurut Kulon diantaranya mencangkul lahan milik orang lain. Masyarakat hanya diberi upah
sebesar Rp 15.000 setelah mencangkul sawah yang dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Pekerjaan sampingan tersebut tidak setiap hari
dilakukan oleh masyarakat, sebab pekerjaan tersebut tergantung panggilan dari masyarakat yang membutuhkan. Adapun masyarakat Cigeurut Wetan sebagian
besar bermata pencaharian sebagai petani. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebesar 96 masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, dan sisanya sebesar
4 sebagai pedagang. Mata pencaharian masyarakat Cigeurut Wetan lebih sedikit dibandingkan dengan Cigeurut Kulon.
Gambar 6 Mata pencaharian masyarakat Cigeurut Wetan.
96.3 3.7
Tani Pedagang
Masyarakat yang tidak memiliki kebun atau sawah melakukan kerjasama dengan Perhutani. Bentuk kerjasama tersebut yaitu masyarakat diberi hak untuk
menggarap lahan milik perhutani dengan imbalan Perhutani berhak mendapatkan sebanyak 30 dari hasil garapan masyarakat. Akan tetapi, jika hasil yang
diperoleh masyarakat gagal atau mendapatkan hasil yang sedikit, hasil yang diberikan oleh masyarakat kepada perhutani tidak mencapai 30 . Hal tersebut
menunjukkan bahwa keberadaan hutan Perhutani memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat Kampung Cigeurut.
Susanto dan Saidi 1998 mengelompokkan masyarakat Cigeurut, baik Cigeurut Kulon maupun Cigeurut Wetan berdasarkan kemampuan memenuhi kebutuhan
keluarganya tergolong ke dalam keluarga pra sejahtera. Hal tersebut dilihat dari indikator penilaian bahwa yang tergolong keluarga pra sejahtera yaitu keluarga
dianggap belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti halnya kebutuhan pangan, sandang, dan papan, serta dilihat dari pendidikan masyarakat Cigeurut
yang sebagian besar hanya sampai Sekolah Dasar.
5.1.2 Kebutuhan pangan masyarakat Cigeurut
Masyarakat Kampung Cigeurut masih memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di sekitarnya baik masyarakat Kampung Cigeurut Kulon maupun masyarakat
Kampung Cigeurut Wetan. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, masyarakat mengambil hasil pangan tersebut dari hutan, kebun, dan sawah. Jenis
pangan yang diambil dari alam bervariasi jenisnya, seperti pangan penghasil karbohidrat, buah-buahan, sayuran-sayuran, dan jenis pangan sebagai sumber
protein hewani. Sumberdaya alam penghasil pangan yang ada di Kampung Cigeurut sangat
melimpah, contoh spesies tumbuhan pangan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Cigeurut diantaranya tumbuhan pangan penghasil
karbohidrat seperti padi, talas, jagung, singkong, tumbuhan penghasil protein nabati seperti kangkung, bayam, kacang-kacangan, serta tumbuhan penghasil
buah-buahan seperti pisang, jambu air, jambu biji, nangka, dan sebagainya. Sedangkan
untuk memenuhi
kebutuhan protein
hewani, masyarakat
memanfaatkan keong sawah yang diperoleh dari sawah yang sudah ditandur. Keong sawah menjadi menu pilihan masyarakat karena rasanya yang gurih dan
lezat. Selain itu, untuk mendapatkannya pun tidak memerlukan biaya. Masyarakat biasanya memasak keong sawah dengan cara dibuat
sop, dan dinamakan “sop tutut” oleh masyarakat. Keong yang diambil dari sawah dicuci atau dibersihkan
dari kotoran lumpur yang masih menempel di cangkang keong Gambar 7. Selain itu, sumber protein hewani lain yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah belut.
Belut diperoleh masyarakat dari sawah sekitar Kampung Cigeurut. Akan tetapi, pemanfaatan belut hanya bisa dilakukan oleh masyarakat ketika lahan sawah baru
dibajak. Ketika lahan sawah sudah ditanami padi, masyarakat tidak melakukan pengambilan belut.
Gambar 7 Sop tutut sebagai sumber protein hewani masyarakat Cigeurut. Masyarakat Kampung Cigeurut membutuhkan asupan makanan sebanyak 3 kali
dalam sehari. Sebagian besar, responden masyarakat Kampung Cigeurut hanya mengeluarkan biaya kurang dari Rp 10.000 untuk membeli kebutuhan pangan 3
kali dalam sehari tersebut. Hasil wawancara dengan responden masyarakat Cigeurut Kulon dan Cigerut Wetan diketahui sebesar 66,67 dan 90
responden masyarakat mengeluarkan biaya dibawah Rp 10.000, 33,33 dan 3,33 mengeluarkan biaya antara Rp 10.000
– Rp 15.000, dan responden Cigeurut Kulon tidak ada pengeluaran biaya antara Rp 15.000
– Rp 25.000, sedangkan responden masyarakat Cigeurut Wetan ada dengan persentase 6,67 untuk
memenuhi kebutuhan pangan dalam satu hari. Masyarakat Cigeurut terkadang tidak berbelanja untuk memenuhi kebutuhan pangannya sebab mereka hanya
mengambil jenis pangan yang ada di lahannya.
Gambar 8 Diagram pengeluaran belanja masyarakat dalam sehari. Tingkat pengeluaran masyarakat berbanding lurus dengan jumlah anggota
keluarga yang ada serta jumlah income keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang berada dalam satu rumah, maka pengeluaran pun semakin tinggi.
Selain itu, pendapatan keluarga yang tinggi akan meningkatkan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, terutama jenis pangan selain karbohidrat. Dilihat dari
tingkat konsumsi beras, jumlah konsumsi per hari tergantung dari jumlah orang dalam satu keluarga. Kebutuhan rata-rata beras setiap harinya untuk jumlah
anggota keluarga sebanyak 5 orang memerlukan 2 kg beras. Apabila dalam jangka waktu sebulan, masyarakat membutuhkan stok beras sebanyak 60 kg beras per
setiap keluarga. Jika dianalisis perhitungan untuk Cigeurut Kulon yang terdiri dari 69 KK, maka kebutuhan beras per bulannya mencapai 4,14 ton. Sedangkan untuk
Cigeurut Wetan yang terdiri dari 64 KK, maka kebutuhan beras per harinya mencapai 3,84 ton. Akan tetapi, pasokan beras tersebut sebagian besar diperoleh
dari hasil pertanian masyarakat, dan sebagian kecil dipasok dari beras miskin Raskin. Jika dilihat dari fakta di atas bahwa beras sudah menjadi kebutuhan
yang tak terlepaskan dari masyarakat Kampung Cigeurut. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap produk pasar tergolong sangat rendah. Hal
tersebut dikarenakan tercukupinya sumberdaya pangan yang ada di Cigeurut untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat serta kondisi keuangan
masyarakat tidak cukup untuk membeli bahan makanan di warung karena harganya yang sangat mahal. Kondisi tersebut dapat menciptakan ketahanan
20 40
60 80
100 10.000
10.000 - 15.000 15.000 - 25.000
Persentase Jum
la h
pe n
ge lua
ra n
R p
h ar
i
Cigeurut wetan Cigeurut kulon
pangan lokal di Kampung Cigeurut. Sehingga apabila terjadi krisis moneter atau kenaikan harga pangan di pasar, kebutuhan pangan masyarakat Cigeurut dapat
terpenuhi dari produksi pangan lokal.
5.1.3 Pendidikan responden masyarakat Cigeurut
Responden masyarakat Kampung Cigeurut sebagian besar mengenyam pendidikan hanya sampai sekolah dasar saja, bahkan ada beberapa masyarakat
yang tidak melanjutkan sekolah dasar. Masyarakat Cigeurut Kulon sebanyak 16 orang hanya melanjutkan sekolahnya sampai tingkat SD, 13 orang tidak sekolah,
dan hanya 1 orang yang melanjutkan sampai tingkat SMP. Sedangkan, masyarakat Cigeurut Wetan sebanyak 21 orang melanjutkan sampai tingkat SD, 7 orang tidak
sekolah, 1 orang lulusan tingkat SMP, dan 1 orang lulusan tingkat SMA Tabel 3. Ketertinggalan pendidikan tersebut dikarenakan lokasinya yang sangat jauh
dengan sekolah, yaitu jarak dari Kampung Cigeurut menuju SD harus menempuh jarak ± 5 km, dan mereka harus berjalan kaki untuk menempuh jarak tersebut
karena sebagian besar masyarakat Kampung Cigeurut tidak memiliki kendaraan. Tabel 3 Tingkat pendidikan responden masyarakat Kampung Cigeurut Kulon dan
Wetan
No Pendidikan
Cigeurut Kulon Cigeurut Wetan
Jumlah Persentase
Jumlah Persentase
1 TS
13 43.33
7 25.93
2 SD
16 53.33
21 66.67
3 SMP
1 3.33
1 3.70
4 SMA
0.00 1
3.70 Keterangan : TS Tidak Sekolah, SD Sekolah Dasar, SMP Sekolah Menengah
Pertama, SMA Sekolah Menengah Atas
Siswa-siswi SD Kampung Cigeurut membutuhkan waktu ± 1,5 jam untuk menempuhnya. Jam masuk SD Cipakem adalah jam 08.00, sehingga mereka
berangkat dari rumah sekitar ± pukul 06.00 WIB. Selain itu, dorongan motivasi yang rendah dari pihak orang tua. Orang tua masih beranggapan bahwa untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi memerlukan biaya yang sangat besar. Selain itu juga, anak-anak disibukkan dengan membantu orang tuanya
dalam mengelola sawah, kebun, dan ternak peliharaannya. Sepulang sekolah, mereka khususnya anak laki-laki mengambil rumput untuk pakan ternak sapi dan
kambing peliharaannya. Kesibukan tersebut membuat waktu belajar mereka
tersita. Akan tetapi pihak sekolah memberi kelonggaran kepada siswa-siswi Kampung Cigeurut dengan hanya 4 atau 5 hari masuk sekolah dalam seminggu.
5.1.4 Luas kepemilikan lahan
Kampung Cigeurut memiliki lahan pertanian yang cukup luas. Hasil wawancara menunjukkan bahwa semua responden baik Cigeurut Kulon ataupun Cigeurut
Wetan memiliki lahan terutama lahan pekarangan. Lahan pekarangan rumah di Kampung Cigeurut memiliki luasan 100 m
2
. Lahan pekarangan tersebut digunakan oleh masyarakat sebagai lahan tambahan dalam mencukupi kebutuhan
pangan. Lahan tersebut sering dimanfaatkan masyarakat untuk ditanami tumbuhan penghasil bumbu, berbagai spesies tumbuhan obat, bahkan ditanami aneka spesies
tumbuhan penghasil buah dalam skala kecil atau sedikit. Penanaman skala banyak dilakukan oleh masyarakat di sawah atau di kebun. Sebanyak 11 dan 14
responden masyarakat Kampung Cigeurut Kulon dan Wetan memiliki luasan sawah dan kebun 500 m
2
Tabel 4. Lahan berupa kebun yang luas digunakan oleh masyarakat untuk ditanami spesies-spesies tumbuhan yang memiliki nilai
jual tinggi. Sedangkan untuk lahan sawah digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok yaitu ditanami dengan padi-padian dan berbagai
spesies tumbuhan lainnya. Tabel 4 Luas kepemilikan lahan responden masyarakat Kampung Cigeurut
Luas lahan m
2
Pekarangan responden Kebun dan sawah responden
Cigeurut kulon
Cigeurut wetan
Cigeurut kulon
Cigeurut wetan
100 30
30 9
3 100
– 500 -
- 10
13 500
- -
11 14
5.1.5 Penyakit responden masyarakat Cigeurut Kampung Cigeurut memiliki satu posyandu untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan masyarakatnya. Posyandu tersebut hanya digunakan sebagai sarana untuk mengetahui pertumbuhan berat badan Balita. Jika masyarakat jatuh sakit,
maka pengobatannya harus datang ke posyandu Desa Cipakem, karena hanya terdapat satu bidan saja untuk menangani masalah kesehatan seluruh masyarakat
Desa Cipakem. Pengobatan alternatif yang dilakukan oleh masyarakat Cigeurut adalah dengan memanfaatkan tumbuhan obat alam yang ada di sekitar rumahnya.
Kampung Cigeurut, baik Cigeurut Kulon atau Cigeurut Wetan masih banyak ditemukan masyarakat yang mempunyai usia lanjut dengan kondisi fisik masih
sehat. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat 21 responden dari 60 responden atau sebesar 35 masyarakat dengan usia di atas 50 tahun dengan
kondisi badan sehat dan mampu melakukan aktivitas berat seperti mencangkul dan membawa kayu bakar. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat
yang mengarah kepada pola hidup sehat. Pola hidup sehat dapat dilihat dari aktivitas yang dilakukan sehari-hari serta jenis makanan yang dikonsumsi oleh
masyarakat. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat Cigeurut pun berasal dari alam sekitarnya, seperti dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Aktivitas sehari-hari masyarakat Kampung Cigeurut
Waktu kegiatan WIB
Jenis kegiatan Deskripsi
06.00-07.00
Sarapan -
Jenis pangan yang dimakan untuk sarapan berupa singkong rebus, misro,
pisang goreng, talas rebus, ubi jalar rebus
07.00-12.00 Bertani
- Kegiatan pergi ke hutan, sawah, atau
kebun. Kegiatan yang dilakukan meliputi mencangkul, mencari bahan
pangan, memberi pakan ternak, mengambil air nira, dan lain-lain
12.00-13.30
Istirahat, makan siang
- Kegiatan istirahat setelah melakukan pekerjaan seharian
- Mengisi energi untuk kembali beraktivitas dengan makan siang. Menu
makan siang meliputi nasi, sayur, dan buah pisang, pepaya
13.30-16.00 Bertani
- Mengambil rumput untuk pakan ternak - Melanjutkan aktivitas bertani yang
belum selesai di pagi hari
16.00-18.00 Istirahat, makan
sore - Kegiatan pulang dari bertani istirahat
- Kegiatan makan sore, menu makan sore meliputi nasi, sayur, dan ikan ikan
asin, telor, keong sawah, belut
Keterangan : memilih salah satu, memilih lebih dari satu
Dilihat dari penyakit masyarakat, terdapat 43 jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat Kampung Cigeurut. Penyakit demam, flu, luka, dan sakit kepala
adalah penyakit yang sering diderita oleh masyarakat dan semua responden yang diwawancarai pernah mengalami penyakit tersebut Gambar 9. Penyakit lainnya
merupakan penyakit yang sangat jarang diderita oleh masyarakat seperti penyakit paru-paru dan kencing batu.
Pola makan yang tidak teratur serta jenis makanan yang dimakan merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit. Penyakit yang diakibatkan oleh pola makan
yang tidak teratur adalah penyait pencernaan terutama penyakit magh. Adapun penyakit yang ditimbulkan dari jenis makanan bervariasi dan hampir sebagian
besar penyakit disebabkan oleh jenis makanan yang dimakan.
Gambar 9 Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat Cigeurut. Selain faktor makanan, kondisi lingkungan pun berperan dalam menciptakan
stabilitas kesehatan. Lingkungan yang kotor menjadi sumber timbulnya penyakit. Lingkungan yang kotor identik dengan tempat pembuangan sampah serta saluran-
saluran pembuangan kotoran. Masyarakat Cigeurut sebagian besar tidak memiliki WC atau tempat buang air besar. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
responden Cigeurut Kulon dan Wetan sebesar 60 dan 93,3 tidak memiliki WC. Masyarakat yang tidak memiliki WC memanfaatkan sungai atau biasa
disebut dengan istilah “lebak” sebagai tempat buang air besar, mencuci pakaian dan piring, juga untuk mandi.
50 100
150 Demam
Batuk Maagh
Pilek Mencret
Pegal linu Sakit kepala
Luka Reumatik
Masuk angin Sakit perut
Kurang nafsu makan Cacingan
Sakit pinggang
Persentase Je
n is
pe n
y a
k it
y a
n g
pe rn
a h
d id
er it
a m
a sy
a ra
k a
t
Cigeurut wetan Cigeurut kulon
Gambar 10 Kondisi kamar mandi Gambar 11 Pemanfaatan sungai oleh Cigeurut Kulon.
masyarakat Cigeurut Wetan.
Masyarakat Cigeurut Kulon yang tidak memiliki WC, sebagian besar masyarakat mempunyai kamar mandi yang hanya bisa digunakan untuk mandi, mencuci
piring, dan terkadang digunakan untuk mencuci pakaian Gambar 10. Sedangkan untuk masyarakat Cigeurut Kulon yang tidak memiliki WC, sebagian besar
menggunakan sungai dan kamar mandi umum untuk melakukan kegiatan mandi, mencuci piring, dan pakaian Gambar 11.
5.2 Potensi Tumbuhan Pangan dan Obat di Kampung Cigeurut
Terdapat 251 spesies tumbuhan di Kampung Cigeurut yang terbagi ke dalam tumbuhan pangan dan tumbuhan obat, serta spesies yang memiliki fungsi
keduanya. Tumbuhan pangan ditemukan sebanyak 50 spesies, tumbuhan obat 141 spesies, dan sisanya sebanyak 60 spesies termasuk ke dalam tumbuhan yang
memiliki dua fungsi baik untuk tumbuhan pangan ataupun untuk tumbuhan obat.
5.2.1 Potensi tumbuhan pangan
Berdasarkan hasil observasi tumbuhan pangan di Kampung Cigeurut Kulon dan Wetan, ditemukan sebanyak 110 spesies. Kampung Cigeurut Kulon memiliki
jumlah spesies tumbuhan penghasil pangan lebih banyak yaitu sebanyak 106 spesies dari 43 famili dibandingkan dengan Kampung Cigeurut Wetan 103 spesies
dari 42 famili. Hal tersebut dipengaruhi oleh luasan tutupan ruang terbuka hijau serta banyaknya tumbuhan obat yang dibudidayakan. Lahan pekarangan, kebun,
dan sawah menjadi tempat budidaya beberapa spesies tumbuhan penghasil pangan. Spesies tumbuhan penghasil pangan banyak ditemukan di lahan
perkebunan dan pekarangan.
Spesies tumbuhan pangan yang terdapat di Kampung Cigeurut digolongkan ke dalam 44 famili. Famili Musaceae, Fabaceae, dan Solanaceae adalah famili
dengan jumlah spesies terbanyak ditemukan yaitu masing-masing sebanyak 15, 9, dan 8 spesies. Famili Musaceae atau pisang-pisangan ini banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat dan menjadi komoditas utama dalam menyuplai kebutuhan buah desa cipakem. Selain spesiesnya yang beranekaragam, jumlahnya di alam pun
melimpah. Sedangkan untuk famili Fabaceae dan Solanaceae merupakan famili yang memiliki spesies yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahan makanan
sehari-hari. Tabel 6 Klasifikasi tumbuhan pangan berdasarkan famili.
No Nama Famili
Jumlah Spesies Persentase
1 Musaceae
15 13.64
2 Fabaceae
9 8.18
3
Solanaceae 8
7.27
4 Zingiberaceae
6 5.45
5
Euphorbiaceae 5
4.55
6
Poaceae 5
4.55
7 Rutaceae
4 3.64
8
Anacardiaceae 4
3.64
9 Arecaceae
4 3.64
10 Famili lainnya 35 famili
50 45.45
Tumbuhan pangan banyak ditemukan di kebun sebanyak 38 , hutan 26 , pekarangan dan sawah 14 , dan areal pemakaman 8 . Hal tersebut diakibatkan
banyaknya tumbuhan yang dibudidayakan di lahan mereka. Areal kebun dan sawah milik masyarakat sebagian besar ditanami dengan spesies tumbuhan
pangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Gambar 12.
Gambar 12 Tipe habitat tumbuhan pangan.
26 38
8 14
14
Hutan Ke
Makam Pe
Sawah
Sumarnie et al. 1993 menyatakan bahwa di daerah pedesaan, fungsi pekarangan adalah sebagai penghasil bahan makanan, tambahan pendapatan sehari-hari.
Selain itu juga pekarangan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber obat- obatan. Adapun spesies tumbuhan pangan yang masih liar atau belum
dibudidayakan, masyarakat mengambilnya dari hutan. Potensi tumbuhan pangan berdasarkan habitus atau perawakannya dikelompokkan
menjadi 8 kelompok habitus yang meliputi herba, herba merambat, semak, semak merambat, perdu, pohon, bambu, dan palem. Kelompok habitus tertinggi yaitu
habitus herba sebanyak 45 spesies atau sebesar 40,91 , pohon sebesar 24,55 , semak 15,45 , herba merambat 9,09 , perdu 6,36 , palem 1,82 , semak
merambat 0,91 , dan bambu 0,91 . Hal tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan yang memiliki habitus herba memiliki tingkat keanekaragaman spesies
yang tinggi. Tumbuhan dengan habitus herba memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat serta masa umur pendek. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu dilakukan
budidaya secara rutin agar dapat dimanfaatkan secara lestari. Berbeda halnya dengan habitus pohon, masa tumbuh pohon memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai tingkat pohon.
Gambar 13 Klasifikasi tumbuhan pangan berdasarkan habitus. Potensi tumbuhan pangan di Kampung Cigeurut berdasarkan Kartikawati 2004
dikelompokkan menjadi 4 jenis pangan yang meliputi sebagai penghasil buah- buahan, sayur-sayuran, karbohidrat, serta sebagai bahan baku minuman Tabel 7.
Tumbuhan penghasil sayur-sayuran memiliki jumlah spesies tertinggi yaitu
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
Jum la
h
Habitus
sebanyak 52 spesies atau 45,61 , kemudian tumbuhan penghasil buah-buahan sebesar 39,47 , tumbuhan penghasil karbohidrat 8,77 , dan tumbuhan sebagai
bahan baku minuman sebesar 7,14 . Tumbuhan penghasil buah sebagian besar merupakan tumbuhan yang dapat dipanen secara berkala setiap berbuah. Akan
tetapi untuk mendapatkan buah pada musim berbuah, membutuhkan waktu yang lama
antara jarak
penanaman sampai
tumbuhan tersebut
berbuah. Keanekaragaman jenis manfaat dari spesies tumbuhan pangan yang terdapat di
Kampung Cigeurut memudahkan masyarakat untuk melakukan diversifikasi konsumsi pangan. Selain itu, kebutuhan gizi masyarakat akan terpenuhi jika
manfaat dari spesies tumbuhan pangan dimanfaatkan secara optimal. Tabel 7 Pengelompokkan spesies tumbuhan pangan berdasarkan manfaat
No Manfaat
Jumlah spesies Contoh spesies
1 Sayur
52 Takokak, katuk, labu siam, pare, kukuk
2 Buah
45 Pisang, jambu biji, jeruk bali, rambutan
3 Karbohidrat
10 Padi, jagung, talas, suweg, singkong
4 Minuman
7 Kopi, cincau, kelapa
Almatsier 2006 menyatakan bahwa makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal
tubuh. Zat-zat esensial yang diperlukan tubuh meliputi karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin. Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik dimulai
dengan penyediaan pangan yang cukup. Masyarakat Kampung Cigeurut secara umum sudah memenuhi standar gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal tersebut
dilihat dari beragamnya tumbuhan penghasil karbohidrat, protein, dan vitamin. Sumber karbohidrat diperoleh masyarakat dari nasi, sedangkan sumber protein
masyarakat memperoleh dari sayur-sayuran terutama dari jenis kacang-kacangan. Sedangkan sumber vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran.
Pemanfaatan bagian tumbuhan pangan dikelompokkan menjadi 8 bagian tumbuhan yang meliputi air, batang, umbi, buah, bunga, daun, biji, dan rimpang.
Pemanfaatan terbesar sebagai bahan pangan adalah buah sebesar 56 , daun 21 , umbi 8 , dan lain-lain Gambar 14.
Gambar 14 Bagian tumbuhan pangan yang dimanfaatkan. Masyarakat Kampung Cigeurut memanfaatkan bagian buah dari tumbuhan pangan
untuk dikonsumsi langsung seperti buah-buahan ataupun sebagai bahan sayuran. Tumbuhan pangan yang terdapat di Kampung Cigeurut menurut status
budidayanya tergolong ke dalam tumbuhan yang dibudidayakan dan tumbuhan liar atau yang belum dibudidayakan. Tumbuhan pangan di Kampung Cigeurut
sebagian besar adalah tumbuhan hasil budidaya yaitu sebesar 78, dan sisanya yaitu 22 adalah tumbuhan liar yang belum dibudidayakan oleh masyarakat.
Gambar 15 Status budidaya tumbuhan pangan. Pengambilan tumbuhan pangan non budidaya atau liar dilakukan oleh masyarakat
jika persediaan bahan pangan hasil budidaya tidak mencukupi. Spesies liar yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan makanan diantaranya adalah
genjer dan eceng yang tumbuh liar di sawah Gambar 16 17.
3 1 8
56 2
21 5
4 air
batang umbi
buah bunga
daun biji
rimpang
Budidaya 78
Liar 22
Gambar 16 Genjer. Gambar 17 Tumbuhan budidaya.
Tumbuhan pangan yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah tumbuhan yang sering dikonsumsi. Pekarangan rumah menjadi tempat untuk membudidayakan
tumbuhan yang sering dimanfaatkan masyarakat. Tumbuhan tersebut meliputi katuk, singkong, pisang, cabe, bawang, dan lain-lain.
5.2.2 Potensi tumbuhan obat
Berdasarkan hasil observasi lapang di Kampung Cigeurut, ditemukan tumbuhan obat sebanyak 201 spesies dari 65 famili. Kampung Cigeurut Kulon memiliki
jumlah spesies yang lebih banyak yaitu sebanyak 198 spesies dibandingkan Kampung Cigeurut Wetan sebanyak 185 spesies. Sebagian besar memiliki banyak
persamaan spesies antara Kampung Cigeurut Kulon dan Cigeurut Wetan. Hal tersebut diakibatkan lokasinya yang bersampingan, namun dipisahkan oleh sawah,
hutan, dan pemakaman. Jika dibandingkan potensi tumbuhan obat antara Kampung Cigeurut dengan
tempat lain, maka Kampung Cigeurut memiliki potensi yang tinggi. Ditemukan 201 spesies tumbuhan obat di Kampung Cigeurut yang meliputi 2 RT. Sedangkan
penelitian Rosmiati 2010 di Kampung Gunung Leutik ditemukan sebanyak 216 spesies dari 70 famili. Penelitian tersebut dilakukan di 6 RT.
Potensi tumbuhan obat Kampung Cigeurut dikelompokkan berdasarkan familinya menjadi 65 famili. Famili tertinggi yang terdapat di Cigeurut adalah famili
Asteraceae dengan jumlah 18 spesies, kemudian famili Euphorbiaceae 16 spesies, Fabaceae 12 spesies, Zingiberaceae 11 spesies, dan sebagainya Tabel 8.
Tabel 8 Pengelompokkan tumbuhan obat berdasarkan famili
No Famili
Jumlah spesies
1 Asteraceae
18 2
Euphorbiaceae 16
3 Fabaceae
12 4
Zingiberaceae 11
5 Lamiaceae
7 6
Solanaceae 7
7 Apocynaceae
6 8
Araceae 6
9 Malvaceae
6 10
Cucurbitaceae 5
11 Piperaceae
5 12
Liliaceae 5
13 Moraceae
5 14
Famili lain 52 famili 92
Tumbuhan obat Kampung Cigeurut sebagian besar ditemukan di Kebun sebanyak 32 , 26 dari Pekarangan, 21 dari Hutan, 15 dari Sawah, dan 6 dari
areal Pemakaman. Hal tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan obat dapat diperoleh dari lahan masyarakat.
Gambar 18 Tipe habitat tumbuhan obat. Potensi tumbuhan obat Cigeurut berdasarkan bagian tumbuhan yang
dimanfaatkan, dikelompokkan menjadi 16 bagian yang digunakan. Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan yaitu sebanyak 114
spesies tumbuhan obat. Bagian tumbuhan lainnya meliputi buah sebanyak 47 spesies, akar sebanyak 38 spesies, herba 32 spesies, dan sebagainya Tabel 9.
21
32
6 26
15
Hutan Kebun
Makam Pekarangan
Sawah
Tabel 9 Bagian tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat
No Bagian tumbuhan yang digunakan
Jumlah Persentase
1 Daun
114 34.86
2 Buah
47 14.37
3 Akar
38 11.62
4 Herba
32 9.79
5 Biji
20 6.12
6 Bunga
17 5.20
7 Kulit batang
14 4.28
8 Batang
13 3.98
9 Rimpang
9 2.75
10 Umbi
8 2.45
11 Kulit buah
5 1.53
12 Getah
4 1.22
13 Ranting
2 0.61
14 Minyak
2 0.61
15 Air
1 0.31
16 Rebung
1 0.31
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan secara terus-menerus akan berdampak terhadap keberadaan spesies tumbuhan tersebut, terutama bagian yang
dimanfaatkannya adalah akar dan batang. Akar dan batang merupakan bagian yang paling penting bagi tumbuhan untuk bertahan hidup. Pengambilan akar dan
batang secara terus menerus akan mengakibatkan terhadap kelangkaan spesies. Upaya yang perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian spesies tersebut yaitu
melalui perbanyakan atau budidaya. Spesies yang dimanfaatkan akarnya sebagai bahan obat diantaranya cariu Eutada scandens. Akar cariu dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai obat diare yang diiringi dengan pendarahan. Untuk mendapatkan cariu, masyarakat harus mengambilnya di hutan dan sulit untuk
ditemukan karena jumlahnya yang sedikit. Berdasarkan tingkat habitus, tumbuhan obat yang terdapat di Cigeurut
dikelompokkan ke dalam 7 kelompok habitus yang meliputi herba, pohon, semak, perdu, herba merambat, semak merambat, dan bambu. Habitus herba merupakan
habitus terbanyak dengan persentase 37,31 dengan jumlah 75 spesies, kemudian pohon dan semak sebanyak 18,91 , perdu sebanyak 16,92 , herba
merambat 5,47 , semak merambat 1,99 , dan bambu sebanyak 0,5 Gambar 19.
Gambar 19 Habitus tumbuhan obat. Tumbuhan obat yang berada di Kampung Cigeurut berdasarkan status budidaya
terbagi menjadi 2 status budidaya yaitu tumbuhan yang sudah dibudidaya dan tumbuhan obat yang belum dibudidaya atau liar. Tumbuhan obat liar paling
banyak ditemukan di Kampung Cigeurut dengan persentase sebanyak 54 , dan sisanya sebanyak 46 adalah tumbuhan obat yang sudah dibudidayakan oleh
masyarakat. Tumbuhan obat yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah tumbuhan yang sering digunakan dan mudah dalam proses budidayanya. Lahan
pekarangan menjadi tempat yang digunakan masyarakat untuk membudidayakan tumbuhan obat.
Gambar 20 Status budidaya tumbuhan obat.
5.3 Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan Pangan oleh Mayarakat
Kebutuhan pangan masyarakat Kampung Cigeurut tidak dipengaruhi oleh pasokan dari pasar. Kebutuhan pangan sehari-hari sebagian besar diperoleh dari alam
10 20
30 40
50 60
70 80
Herba Pohon
Semak Perdu
Herba merambat
Semak merambat
Bambu Jum
la h
s pe
si es
Habitus
Budidaya 46
Liar 54
sekitar. Pengetahuan masyarakat terhadap spesies tumbuhan penghasil pangan di alam sekitarnya pun masih tinggi. Pengetahuan tersebut dipraktikkan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan pangan setiap harinya. Terdapat 87 spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
bahan pangan. Jika dibandingkan dengan hasil observasi lapang sebesar 110 spesies bahwa sebanyak 23 spesies tumbuhan pangan yang belum dimanfaatkan
oleh masyarakat. Beberapa spesies tumbuhan pangan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan tersebut meliputi tumbuhan sebagai
penghasil sayur-sayuran, buah-buahan, penghasil karbohidrat, dan penghasil minuman.
5.3.1 Sayur-sayuran
Sayur-sayuran merupakan makanan pelengkap karbohidrat utama masyarakat Cigeurut. Selain itu, sayuran juga merupakan sumber utama protein yang
dibutuhkan oleh tubuh. Terdapat 44 spesies tumbuhan penghasil sayur-sayuran. Spesies yang sering dimakan dan jumlahnya melimpah adalah takokak Solanum
torvum. Selain digunakan sebagai obat, takokak pun menjadi menu rutinitas pelengkap nasi bagi masyarakat Cigeurut. Tumbuhan penghasil pangan lainnya
yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayur adalah buah picung Gambar 19. Buah picung Pangium edule yang dapat dimakan sebagai bahan
sayur harus dilakukan proses pengolahan. Dilakukan proses perendaman buah picung yang telah dikupas. Proses perendaman dilakukan selama 3 hari.
Masyarakat biasa merendam buah picung di sungai yang arusnya kecil. Jika ditelusuri secara ilmiah, Asrori 2008 menyatakan bahwa buah picung memiliki
kandungan senyawa asam sianida HCN. HCN merupakan asam lemah yang bersifat korosif dan apabila dikonsumsi langsung akan membahayakan tubuh.
HCN merupakan senyawa yang mudah larut dalam air dan mudah menguap pada suhu diatas 26
C. Proses perendaman buah picung oleh masyarakat sudah menuju ke arah proses ilmiah, namun masyarakat belum mengetahuinya.
Gambar 21 Buah takokak. Gambar 22 Buah picung.
Sinar Tani 2006 menyatakan bahwa sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang diperlukan dalam memelihara kesehatan yang prima. Selain itu,
Almatsier 2006 menyatakan bahwa sumber protein nabati terbesar terdapat pada kacang-kacangan. Karena itu untuk nutrisi yang seimbang, sayuran dianjurkan
untuk dikonsumsi setiap hari di samping karbohidrat, lemak dan protein. Dengan semakin sadarnya masyarakat akan makanan yang sehat, maka sayuran tidak saja
dikonsumsi karena nilai nutrisi, akan tetapi juga dari segi farmakologi terutama yang mengandung serat, anti oksidan, anti kangker dan untuk menjaga kebugaran
tubuh lainnya. Takokak Solanum torvum merupakan sayuran yang memiliki khasiat sebagai obat.
Masyarakat memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk ditanami berbagai spesies tumbuhan penghasil bumbu dapur. Seledri Apium graveolens, bawang merah
Allium cepa, dan cabe rawit Capsicum frutescens merupakan spesies tumbuhan penghasil bumbu yang sering ditemukan di lokasi pekarangan rumah.
5.3.2 Buah-buahan
Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai buah-buahan bervariasi. Terdapat 29 spesies tumbuhan penghasil buah yang dimanfaatkan oleh
masyarakat di Kampung Cigeurut. Komoditas utama Kampung Cigeurut dalam memproduksi buah adalah pisang. Tumbuhan pisang dapat ditemukan di semua
tipe habitat di Kampung Cigeurut, baik yang dibudidayakan ataupun yang tumbuh liar mulai dari hutan, kebun, sawah, dan pekarangan. Selain jumlahnya yang
banyak, tumbuhan pisang merupakan tumbuhan yang cepat berbuah dan produksinya tidak dipengaruhi oleh musim, sehingga setiap hari masyarakat
Cigeurut dapat memakan buah pisang sebagai kebutuhan buah yang harus dipenuhi oleh tubuh. Selain pisang, buah-buahan yang sering dimakan oleh
masyarakat adalah jeruk bali Citrus maxima, jambu biji Psidium guajava, nanas Ananas comosus, dan kelapa Cocos nucifera.
5.3.3 Karbohidrat
Kampung Cigeurut memiliki 9 spesies tumbuhan penghasil karbohidrat. Beras merupakan sumber utama makanan pokok masyarakat Cigeurut yang tidak bisa
digantikan dengan jenis makanan lain dalam mencukupi kebutuhan karbohidrat masyarakat Cigeurut. Sumber karbohidrat masyarakat berasal dari tumbuhan
penghasil biji-bijian atau sereal, penghasil umbi, serta dari batang. Tumbuhan pangan jenis sereal meliputi padi Oryza sativa dan jagung Zea mays.
Sedangkan spesies tumbuhan pangan jenis umbi-umbian meliputi talas Colocasia esculenta, suweg Amorphophallus campanulatus, ganyong Canna edulis,
gadung Dioscorea hispida, ubi jalar Ipomoea batatas, singkong Manihot utilissima. Sedangkan sumber karbohidrat dari batang yaitu sagu Metroxylon
sagu. Spesies tumbuhan penghasil karbohidrat selain dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai makanan pokok, juga menjadi makanan sampingan atau
sebagai cemilan menjadi kue dan makanan kering. Masyarakat mendapatkan tumbuhan penghasil karbohidrat tersebut dari hasil tumbuhan yang sudah
dibudidaya.
5.3.4 Tumbuhan pangan sebagai minuman
Tumbuhan pangan sebagai bahan minuman yang digunakan oleh masyarakat diantaranya kopi Coffea robusta, kelapa Cocos nucifera, dan aren Arenga
pinnata. Kopi menjadi komoditas utama masyarakat Cigeurut. Masyarakat mengambil kopi dari hasil budidaya sendiri. Penanaman kopi dilakukan
masyarakat di lahan perkebunan milik pribadi serta di lahan perhutani dengan sistem kerja sama. Selain untuk konsumsi pribadi, masyarakat juga menjual hasil
panen kopi ke pasar. Untuk mendapatkan minuman kopi, kopi yang baru diambil dari kebun harus mengalami proses pengeringan dan penumbukan atau
penggilingan.
5.4 Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat
Pengetahuan masyarakat Kampung Cigeurut terhadap tumbuhan obat masih tinggi. Hal tersebut terbukti bahwa masyarakat Cigeurut masih menggunakan
tumbuhan obat yang ada di sekitarnya untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Masyarakat Cigeurut Kulon dan Wetan sebanyak 30 dan 3,33
sangat mengetahui, 63,33 dan 70 mengetahui, dan 6,67 dan 26,67 kurang mengetahui terkait tumbuhan yang berkhasiat untuk obat. Beberapa
spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat Kampung Cigeurut diantaranya adalah spesies-spesies yang mempunyai fungsi lain seperti
digunakan sebagai sayur dan bumbu. Sayur dan bumbu dapur merupakan bahan yang selalu digunakan dalam sehari-hari oleh masyarakat. Selain untuk konsumsi
pangan sehari-hari, sayur dan bumbu dapur memiliki banyak khasiat sebagai obat. Beberapa spesies tumbuhan penghasil bumbu dan sayuran yang memiliki khasiat
obat adalah bawang merah Allium cepa, kapulaga Amomum cordomomum, cengkeh Syzigium aromaticum, seledri Apium graveolens, takokak Solanum
torvum dan sebagainya. Masyarakat Cigeurut Kulon dan Cigeurut Wetan sebagian besar mengetahui
spesies tumbuhan obat dari turun-temurun. Hasil wawancara menyebutkan masyarakat Cigeurut Kulon dan Wetan sebesar 93,3 dan 80 mengetahui
tumbuhan obat dari turun-temurun, sisanya berasal dari tetangga dan informasi lain. Masyarakat Cigeurut Kulon dan Wetan sebesar 90 dan 66,67
menyatakan bahwa tumbuhan obat berkhasiat manjur dalam menyembuhkan penyakit, 10 dan 33,33 menyatakan kurang manjur. Masyarakat yang
merasakan khasiat manjur sering menggunakan tumbuhan secara terus menerus, sehingga khasiat tumbuhan obat dapat dirasakan bagi pengguna tumbuhan obat
tersebut. Sedangkan masyarakat yang menyatakan kurang manjur adalah masyarakat yang mengkonsumsi tumbuhan obat tidak rutin atau terus menerus
dalam mengobati penyakitnya, sehingga efek dari khasiat tumbuhan obat belum dirasakan oleh pengguna. Telah diketahui bahwa tumbuhan obat memerlukan
waktu yang lama untuk menyembuhkan penyakit. Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Cigeurut Kulon dan Cigeurut
Wetan berasal dari hutan, kebun, dan pekarangan. Di samping penggunaan
tumbuhan obat, masyarakat Cigeurut pun menggunakan obat warung dalam mengobati penyakitnya. Sebanyak 46,67 dan 33,33 masyarakat Cigeurut
Kulon dan Cigeurut Wetan sering membeli obat warung dan sisanya masyarakat jarang membeli obat warung. Alasan masyarakat membeli obat warung adalah
lebih praktis penggunaannnya serta lebih cepat menyembuhkan dibanding dengan menggunakan tumbuhan obat.
5.4.1 Proses pembuatan obat dari tumbuhan obat
Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat mengalami proses pengolahan masing-masing tergantung jenis dan penyakit. Terdapat 13 spesies tumbuhan obat
yang sering digunakan oleh masyarakat dalam mengobati penyakitnya Tabel 10. Penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Cigeurut adalah demam. Sebanyak
5 spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat untuk mengobati penyakit demam tersebut, yaitu meliputi papaya, cantigi, mustajab, ciplukan, dan sosor
bebek. Tabel 10 Spesies tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat
No Nama Lokal
Nama Ilmiah Bagian yang
digunakan
Manfaat
1 Pepaya
Carica papaya daun, buah, akar
Demam, susah BAB 2
Cantigi Dodonaea viscusa
Daun Demam
3 Mustajab
Albelmoschus manihot Daun
Demam 4
Ciplukan Physalis angulata
buah, akar, daun Reumatik, demam
5 Jahe
Zingiber officinale Rimpang
Sakit perut, menghangatkan
badan 6
Walang Eryngium foetidum
Herba Asma
7 Metadin
Jatropha multifida Daun
Luka 8
Kitolod Isotoma longiflora
bunga, daun Obat mata
9 Takokak
Solanum torvum daun, buah
Obat mata 10
Mahkota dewa Phaleria macrocarva
daun, buah, kulit buah
Hipertensi, reumatik 12
Kunyit Curcuma domestica
Rimpang Magh, nafsu makan
13 Sembung
Blumera balsamifera Daun
Nafsu makan
Cara penggunaan dari 5 spesies tersebut pun bervariasi. Cara penggunaan daun atau akar papaya, daun cantigi, dan akar ciplukan yaitu dengan dilakukan
perebusan terlebih dahulu. Air hasil rebusan diminumkan kepada orang yang menderita penyakit demam.
Gambar 23 Hasil peremasan daun mustajab. Proses pembuatan obat dari tumbuhan mustajab yaitu dengan mengambil daun
mustajab dan dilakukan proses pemerasan sampai mengental. Hasil pemerasan selanjutnya diletakkan di kepala orang sakit demam. Pemanfaatan tumbuhan obat
mustajab sebagai obat demam sudah digunakan oleh masyarakat sejak zaman dahulu.
5.5 Diversifikasi pangan di Kampung Cigeurut
Terdapat beberapa jenis makanan yang menjadi makanan sehari-hari masyarakat Kampung Cigeurut. Bahan baku untuk membuat jenis makanan tersebut pun
bervariasi dan tergantung dari jenis makanannya. Bahan baku tersebut diperoleh dari hasil panen yang telah dibudidayakan oleh masyarakat, baik dari pekarangan,
sawah, maupun kebun. Salah satu bahan baku makanan yang dapat diolah menjadi makanan olahan diantaranya beras, singkong, talas, dan aren. Terdapat 20 jenis
makanan yang dibuat sendiri oleh masyarakat Cigeurut baik Cigeurut Kulon ataupun Cigeurut Wetan Tabel 11. Pemanfaatan bahan baku menjadi aneka
makanan merupakan salah satu bentuk dari diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan yang dilakukan oleh masyarakat Cigeurut telah mengarah kepada
pemanfaatan tumbuhan pangan berbasis keragaman sumberdaya lokal. Wirakartakusumah 1993 menyatakan bahwa diversifikasi pangan merupakan
usaha untuk melakukan perbaikan gizi masyarakat dengan pola konsumsi yang beragam sehingga kebutuhan akan berbagai jenis zat gizi dapat diperoleh dari
berbagai sumber pangan.
Tabel 11 Jenis olahan makanan masyarakat Cigeurut.
No Nama makanan
Bahan
1 Kripik pisang
Pisang 2
Selai pisang Pisang
3 Keripik talas
Talas 4
Opak ketan Beras ketan
5 Opak singkong
Singkong 6
Kalua Singkong
7 Ranginang
Beras 8
Leupeut Beras ketan
9 papais enten
Beras 10
papais bodas Beras
11 Ulen
Beras ketan 12
Misro Singkong
13 Serabi
Beras 14
Cuhcur Beras
15 Pareredan
Beras 16
Saroja Beras
17 Cendol
Aren 18
Gula Aren
19 mustofa talas
Talas 20
manisan kolang-kaling Aren
Diversifikasi pangan di Kampung Cigeurut sudah beragam, namun bahan baku yang digunakan masih terbatas. Dari tabel di atas diversifikasi pangan yang
dilakukan oleh masyarakat Kampung Cigeurut masih terfokus pada 6 spesies tumbuhan pangan. Hal ini menunjukkan bahwa Kampung Cigeurut hanya
melakukan diversifikasi pangan sebesar 5,45 dari total spesies tumbuhan yang ada.
5.6 Kearifan Lokal Masyarakat Cigeurut 5.6.1 Pembuatan gula aren