1. Obat-obat warung mulai mendokrin masyarakat Cigeurut, hal ini berdampak
terhadap melemahnya pengetahuan masyarakat terhadap khasiat tumbuhan obat.
2. Sebagian besar tumbuhan obat penting belum dibudidayakan oleh masyarakat
Cigeurut. Seperti halnya kayu lemo, daun dewa, daun balsam, beleketebe, dan mengkudu merupakan tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat.
3. Pengetahuan terkait tumbuhan obat dari orang tua jarang diturunkan kepada
keturunannya, sehingga pengetahuan terhadap tumbuhan obat menurun seiring dengan perkembangan zaman.
4. Sumberdaya alam yang melimpah dan memiliki nilai jual rendah jarang
dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga pemanfaatan tumbuhan pangan belum dimanfaatkan seacar optimal. Tumbuhan tersebut diantaranya adalah
singkong, jagung, ubi jalar, kacang-kacangan 5.
Masyarakat Cigeurut masih terfokus kepada sumberdaya alam yang memiliki nilai jual tinggi seperti kopi, kapol, dan cengkeh.
6. Belum adanya kelembagaan yang mengatur pemanfaatan sumberdaya alam,
baik tumbuhan pangan ataupun tumbuhan obat 7.
Kurangnya sumberdaya manusia dalam mengembangkan tumbuhan pangan dan obat
5.8 Strategi Pengembangan Kampung Konservasi POGA
Salah satu bentuk strategi konservasi yang perlu dilakukan di Kampung Cigeurut adalah program penyuluhan kepada masyarakat terkait tumbuhan obat, serta
penyuluhan terkait pentingnya tumbuhan pangan lokal. Selain itu juga melalui program swasembada pangan, kelompok wirausaha tani, kaderisasi masyarakat
peduli tumbuhan obat keluarga, kerjasama kemitraan, dan budidaya tumbuhan pangan dan obat berdasarkan stimulus AMAR Alamiah, Manfaat, Rela di
Kampung Cigeurut sebagai salah satu bentuk dalam mewujudkan ketahanan pangan lokal dan kesehatan mandiri.
5.8.1 Swasembada pangan
Program swasembada pangan merupakan program pemenuhan kebutuhan pangan yang bahan bakunya berasal dari sumberdaya lokal. Program swasembada pangan
sangat cocok diterapkan di Kampung Cigeurut. Masyarakatnya masih
mengandalkan alam sebagai tumpuan hidup, serta sumberdaya alamnya masih melimpah. Program swasembada pangan juga dapat meningkatkan tingkat
pemanfaatan terhadap sumberdaya yang tersedia di Kampung Cigeurut. Spesies tumbuhan yang ada di Cigeurut pun masih banyak yang belum termanfaatkan.
Pemanfaatan spesies tumbuhan untuk dijadikan sebagai bahan pangan tentunya perlu dibarengi dengan kegiatan budidaya. Lembaga Penelitian IPB 1993
menyatakan bahwa swasembada pangan dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menyediakan beragam pangan secara mandiri, dengan jumlah yang mencukupi
kebutuhan untuk konsumsi menurut norma gizi, tersedia merata setiap waktu dan terjangkau oleh semua masyarakat, dengan mengutamakan hasil produksi lokal.
Pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat Cigeurut masih didominasi oleh beras, sehingga ketergantungan masyarakat terhadap beras sangat besar. Hal ini
perlu dilakukan revitalisasi terhadap sumberdaya alam lainnya melalui peningkatan kualitas pangan dan gizi masyarakat. Program swasembada pangan
harus diarahkan secara menyeluruh, yang mampu mencukupi kebutuhan masyarakat.
Wibowo 2000 menyatakan bahwa dengan adanya swasembada pangan dapat meminimalkan ketergantungan terhadap pasokan pangan dari pasar. Upaya untuk
mewujudkan swasembada pangan nampaknya perlu menerapkan strategi pembinaan konsumsi pangan penduduk menuju ke pola konsumsi pangan yang
seimbang. Penerapan pola konsumsi pangan seimbang tersebut perlu ditempuh melalui :
1. Menyediakan pangan yang beragam dan mampu memenuhi kebutuhan semua
penduduk baik jumlah maupun jenisnya. 2.
Meningkatkan diversifikasi konsumsi pangan dan membina kebiasaan pangan. Diversifikasi pangan merupakan upaya untuk mencapai swasembada pangan yang
merupakan keadaan dimana masyarakat tidak mengalami ancaman dalam memenuhi kebutuhan pangannya dan tidak tergantung pada produk luar atau
impor. Wirakartakusumah 1993 menyatakan bahwa diversifikasi pangan akan sangat terkait dengan pola konsumsi masyarakat. Salah satu bentuk diversifikasi
pangan yaitu pemanfaatan kedelai menjadi makanan olahan seperti tempe dan tahu sebagai makanan pendamping nasi yang mempunyai nilai gizi tinggi.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas produk alam yaitu melalui pemupukan secara rutin. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik Masyarakat
Cigeurut sebagian besar memupuk tanaman pertaniannya dengan menggunakan pupuk kimia. Pupuk kimia diperoleh masyarakat dari Desa Cipakem dengan
membelinya. Pupuk kimia menjadi kebutuhan utama masyarakat Cigeurut untuk pertanian mereka. Akan tetapi, harga pupuk yang tinggi mengakibatkan
pemakaian pupuk menjadi tidak rutin dan akhirnya mengakibatkan terjadinya gagal panen. Kejadian gagal panen akan mengancam kebutuhan pangan
masyarakat. Jika melihat sumberdaya yang ada di Kampung Cigeurut, terdapat banyak jenis
dedaunan yang dapat dijadikan sebagai kompos untuk bahan baku pupuk organik. Selain itu, kotoran dari ternak masyarakat terutama kotoran kambing pun
berpotensi untuk dijadikan pupuk organik. Akan tetapi, masyarakat belum memanfaatkan hal tersebut. Masyarakat belum mengetahui terkait pengolahan
pembuatan pupuk organik beserta kadar pemakaiannya. Sehingga perlu dilakukan penyuluhan dan demonstrasi pembuatan pupuk organik kepada masyarakat di
Kampung Cigeurut. Kegiatan ini diharapkan masyarakat memahami cara pengolahan pupuk organik dan penggunaannya. Pupuk organik ini menjadi
alternatif masyarakat untuk memupuk tanaman pertaniannya.
5.8.2 Kelompok wirausaha tani