Uji Multikolinieritas Pengujian Normalitas

Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal, dari Gambar IV.2 dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal, karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng kiri maupun menceng kanan atau normal. Dalam hal ini berarti H diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KINERJA PEGAWAI Observed Cum Prob 1.00 .75 .50 .25 0.00 E x p e c te d C u m P ro b 1.00 .75 .50 .25 0.00 Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Gambar IV.3. Grafik Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama Berdasarkan Gambar IV.3 dapat dilihat bahwa penyebaran data berada pada sekitar garis diagonal dan mengikuti garis arah diagonal, maka nilai residual terstandarisasi. Dengan demikian maka model regresi hipotesis pertama tersebut memenuhi standar asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Jika terjadi multikolinieritas, akan Universitas Sumatera Utara mengakibatkan timbulnya kesalahan standar penaksir dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar. Alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur ada tidaknya variabel yang berkolerasi, maka digunakan alat uji atau deteksi Variance Inflation Factor VIF. Di mana nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hasil pengujian multikolinieritas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel IV.13. Tabel IV.13. Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Pertama Model Constant Collinearitas Statistics Tolerance VIF 1. Kecerdasan Emosional X 1 2. Motivasi Kerja X 2 0,938 0,938 1,066 1,066 a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Berdasarkan hasil pengelolaan data pada Tabel IV.13 di atas, dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah 10 dan tolerance value tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinieritas homoskedastisitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan metode grafik dapat dilihat pada Gambar IV.4 berikut: Scatterplot Dependent Variable: KINERJA PEGAWAI Regression Standardized Residual 3 2 1 -1 -2 -3 R e g re ssi o n S ta n d a rd ize d P re d ict e d V a lu e 2 1 -1 -2 -3 -4 Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Gambar IV.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Pertama Dengan menggunakan metode gambar di atas dapat diambil keputusan dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan melihat Gambar IV.4, terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Universitas Sumatera Utara IV.5.1.2. Hasil uji hipotesis pertama Pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa variabel kecerdasan emosional X 1 dan motivasi kerja X 2 berpengaruh terhadap variabel kinerja pegawai Y yang dilakukan di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kinerja Pegawai Negeri Sipil Kanreg VI BKN Medan meningkat dengan melakukan pendekatan terhadap kecerdasan emosional dan motivasi kerja, yang berarti bahwa semakin baik kecerdasan emosional dan motivasi kerja, maka semakin baik dan semakin meningkat pula kinerja Pegawai Negeri Sipil Kantor Regional VI BKN Medan. Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interprestasi regresi maka digunakan bentuk persamaan. Persamaan atau model tersebut berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi yang telah dirumuskan kemudian dengan bantuan SPSS dilakukan pengolahan data sehingga didapat persamaan akhir sebagai berikut: Tabel IV.14. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Pertama Model Unstandardized Coefisient Standardized Coeficient B Std. Error Beta 1. Constant Kecerdasan Emosional X 1 Motivasi Kerja X 2 3,450 2,618 0,415 0,063 0,260 0,078 0,609 0,311 a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel IV.14 maka persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah: Y = 3,450 + 0,415 X 1 +0,260X 2 Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum sebesar 3,450 dapat diartikan jika variabel bebas dalam diasumsikan sama dengan nol, secara rata-rata variabel di luar model tetap akan meningkatkan kinerja pegawai sebesar 3,450 satuan. Nilai besaran koefisien regresi â 1 sebesar 0,415 pada penelitian ini dapat diartikan bahwa variabel kecerdasan emosional X 1 berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Y. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kecerdasan emosional mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka kinerja pegawai juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,415. Nilai besaran koefisien regresi â 2 sebesar 0,260 pada penelitian ini dapat diartikan bahwa variabel motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Y. Hal ini menunjukkan bahwa ketika motivasi kerja mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka kinerja pegawai juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,260 satuan. Tabel IV.15. Hasil Uji Determinasi Hipotesis Pertama Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0,749 a 0,562 0,545 2,107 a. Predictor: constant, kecerdasan emosional, motivasi kerja b. Dependent variable: Kinerja Pegawai Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Universitas Sumatera Utara Nilai R Square pada Tabel IV.15 di atas sebesar 0,562. Hal ini menunjukkan bahwa 56,2 variabel kinerja pegawai Kanreg VI BKN Medan dipengaruhi oleh motivasi kerja dan kecerdasan emosional. Sedangkan sisanya 43,8 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Faktor lain yang dimaksud di sini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja selain dari motivasi kerja dan kecerdasan emosional, seperti misalnya lingkungan kerja, iklim kerja dan lain sebagainya. Hal ini sesuai Luthan 2008, yang berpendapat bahwa kinerja tidak hanya dipengaruhi oleh sejumlah usaha yang dilakukan seseorang, tetapi dipengaruhi pula oleh kemampuan ability, komitmen, umpan balik feed back, kompleksitas tugas task complvexity, tantangan challenge, tujuan goal, kondisi yang menghambat situasional constrant, keakuratan diri self afficacy, arah direction, usaha effort, daya tahan, ketekunan persistance, strategi khusus dalam menghadapi tugas task specific strategies. IV.5.1.3. Uji serempak hipotesis pertama Indikator signifikansi parameter koefisien R 2 signifikan atau tidak maka dapat dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik motede Uji F. Dengan demikian pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dianalisis dengan mengunakan uji F, yaitu dengan memperhatikan signifikasi nilai F pada output perhitungan dengan tingkat alpha 5. Jika nilai signifikasi uji F lebih kecil dari 5 maka terdapat pengaruh antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel IV.16. Universitas Sumatera Utara Tabel IV.16. Hasil Uji F Hipotesis Pertama Model Sum of Square Df Mean Square F Sig. 1 Regression Residual 307,130 239,712 2 54 153,565 4,439 34,59 0,000a Total 546,842 56 a. Predictor: constant, kecerdasan emosional, motivasi kerja b. Dependent variable: Kinerja Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Dari Tabel IV.16 diperoleh nilai F hitung sebesar 34,59 sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan 95 á = 0,05 adalah 5,60. Hal ini berarti bahwa variabel motivasi kerja dan kecerdasan emosional berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja pegawai Kanreg VI BKN Medan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen yaitu kecerdasan emosional dan motivasi kerja pegawai, dalam penelitian ini bersama-sama simultan berpengaruh terhadap kinerja pegawai, dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan. Hal ini berarti jika kecerdasan emosional X 1 , serta motivasi kerja pegawai X 2 , secara bersama-sama mengalami kenaikan maka akan berdampak pada kenaikan kinerja pegawai Y, dan sebaliknya jika kecerdasan emosional X 1 , serta motivasi kerja pegawai X 2 , mengalami penurunan maka akan berdampak pada penurunan kinerja pegawai Y. Hasil ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan motivasi kerja sangat menentukan dalam peningkatan kinerja pegawai Kanreg VI BKN Medan. Besarnya tingkat pengaruh kedua variabel ini dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan Kanreg VI BKN Medan sebagai upaya meningkatkan kinerja pegawainya. Upaya dalam meningkatkan kinerja pegawai ini dapat mudah dilakukan dengan senantiasa mempertimbangkan Universitas Sumatera Utara butir-butir dari setiap indikator dari kecerdasan emosional dan motivasi kerja pegawai, yang menjadi kebutuhan setiap pegawai di Kantor Regional VI BKN Medan. IV.5.1.4. Uji parsial hipotesis pertama Hasil pengujian hipotesis pertama secara partial dapat dilihat pada Tabel IV.17 Tabel IV.17. Hasil Uji t Hipotesis Pertama Model T Sig. 1. Constant Kecerdasan Emosional X 1 Motivasi Kerja X 2 1,318 6,544 3,343 0,193 0,000 0,002 a. Dependent Variable: Kinerja Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Dari Tabel IV.31 diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Nilai t hitung untuk variabel kecerdasan emosional 6,544 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel 2,01, atau nilai sig. t untuk variabel kecerdasan emosional 0,000 lebih kecil dari alpha 0,025. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H dan menerima H 1 untuk variabel kecerdasan emosional. Dengan demikian, secara partial kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Kanreg VI BKN Medan. Hal ini berarti bahwa dengan memiliki kecerdasan emosional yang baik adalah usaha untuk memperbaiki kinerja pegawai dan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Goleman 2005, yang menyatakan bahwa kecerdasan emosional sangat penting bagi kehidupan manusia karena emosi merupakan penggerak perilaku motivator dalam arti dapat meningkatkan kinerja. Universitas Sumatera Utara 2. Nilai t hitung untuk variabel motivasi kerja 3,343 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel 2,01, atau nilai sig. t untuk variabel motivasi kerja 0,002 lebih kecil dari alpha 0,025. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H dan menerima H 1 untuk variabel motivasi kerja. Dengan demikian, secara partial motivasi kerja signifikan terhadap kinerja pegawai Kanreg VI BKN Medan. Hal ini berarti bahwa motivasi kerja dibutuhkan dalam upaya mempengaruhi kinerja pegawai Kanreg VI BKN Medan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Robin 2001, yang menyatakan bahwa motivasi adalah kesediaan individu untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini pegawai selalu memiliki dorongan dalam meningkatkan kinerjanya yang sudah tentu menjadi tujuan organisasi tersebut. Dengan demikian bahwa motivasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Kanreg VI BKN Medan. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H dan menerima H 1 untuk variabel kecerdasan emosional X 1 dan motivasi kerja X 2 secara partial berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai Y di Kantor Regional VI BKN Medan. Secara parsial variabel kecerdasan emosional X 1 berpengaruh lebih dominan daripada motivasi kerja X 2 . Maksudnya adalah variabel kecerdasan emosional X 1 lebih menentukan atau lebih dominan dalam mempengaruhi kinerja pegawai Y di Kantor Regional VI BKN Medan. Ini berarti bahwa kecerdasan emosional lebih berpengaruh dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai dibandingkan dengan motivasi kerja. Dari data tersebut dapat dijabarkan bahwa kecerdasan emosional lebih dahulu dibutuhkan karena kemampuan pegawai Kanreg Universitas Sumatera Utara VI BKN Medan dalam mengatur emosinya secara cerdas akan memunculkan sosok pegawai yang mampu menggunakan emosinya secara benar, tenang dalam bekerja dan dapat mengambil keputusan secara tepat apa yang menjadi motivasinya dalam meningkatkan kinerjanya. Pegawai yang demikian akan efektif dalam melaksanakan tugasnya.

IV.5.2. Pengujian Hipotesis Kedua

IV.5.2.1. Pengujian asumsi klasik hipotesis kedua Sebelum melakukan pengujian hipotesis dari penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi berganda dapat digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi, maka alat uji statistik regresi berganda dapat dipergunakan.

a. Pengujian Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel dependen terikat dan variabel independen bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak yang dapat dilihat dengan menggunakan normal histogram dan p_plot. Data dalam keadaan normal apabila distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal serta dapat dilihat dari kurva normal yang tidak condong ke kiri dan ke kanan histogram. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar IV.5. Universitas Sumatera Utara Regression Standardized Residual 1.59 - 2.13 1.05 - 1.59 .52 - 1.05 -.02 - .52 -.55 - -.02 -1.09 - -.55 -1.63 - -1.09 Histogram Dependent Variable: KECERDASAN EMOSIONAL F requenc y 14 12 10 8 6 4 2 Std. Dev = .97 Mean = 0.00 N = 57.00 5 4 10 8 11 12 7 Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Gambar IV.5. Grafik Histogram Hipotesis Kedua Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal, dari Gambar IV.5 di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal, karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng kiri maupun menceng kanan atau normal. Dalam hal ini berarti H diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Universitas Sumatera Utara Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KECERDASAN EMOSIONAL Observed Cum Prob 1.00 .75 .50 .25 0.00 E x p e c te d C u m P ro b 1.00 .75 .50 .25 0.00 Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Gambar IV.6. Grafik Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua Berdasarkan Gambar IV.6 dapat dilihat bahwa penyebaran data berada pada sekitar garis diagonal dan mengikuti garis arah diagonal, maka nilai residual terstandarisasi. Dengan demikian maka model regresi hipotesis pertama tersebut memenuhi standar asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas