Konsep Empati TINJAUAN PUSTAKA

mencegah gejolak emosi yang berlebihan yang dapat membatasi diri dari tujuan yang telah ditetapkan. Pada orang-orang yang memiliki pengaturan diri, akan terlihat faktor kemampuan dan usaha secara jelas, oleh karena itu individu yang dapat mengatur atau mengendalikan diri apabila ia mengalami kegagalan mereka menganggap bahwa kurangnya usaha yang dilakukan. Begitu pula dengan keberhasilannya, mereka akan merasa bangga atas hasil usahanya. Hal ini akan membawa pengaruh untuk tindakan selanjutnya di masa yang akan datang, bahwa mereka akan mencapai keberhasilan apabila berusaha keras dengan segala kemampuannya. Pengaturan diri seorang pegawai juga memungkinkan munculnya sikap transparansi, yang bukan saja merupakan kebajikan yang dimiliki oleh setiap pegawai tetapi juga sebuah kekuatan yang dimiliki oleh sebuah organisasi.

II.7. Konsep Empati

Pegawai yang ditempatkan di bidang pelayanan harus dapat memahami, mengenali dan memenuhi kebutuhan palanggan. Dengan demikian pegawai tersebut diharapkan dapat membaca apa yang sedang terjadi, serta dapat membuat jaringan kerja yang sinergi dan harmoni. Empati adalah kemampuan untuk memahami perasaan orang lain. Empati dapat juga diartikan kesanggupan untuk turut merasakan apa yang dirasakan orang lain dan kesanggupan untuk menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Menurut Goleman 2001, empati merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan Universitas Sumatera Utara hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang. Boyatzis et.al, 2005, empati adalah mempertimbangkan perasaan orang lain, dan kemudian dapat membuat dan menggeser perasaan-perasaan sendiri menjadi respon yang dapat dihasilkan untuk menjadi suatu keputusan. Berkaitan dengan itu, selanjutnya Boyatzis 2005, mengatakan bahwa dari semua dimensi kecerdasan emosional, empatilah yang paling mudah dikenali. Berempati bukan berarti bahwa kita harus mengadopsi emosi orang lain sebagai emosi diri sendiri dan berusaha menyenangkan setiap orang. Hein dalam Suryanti dan Ika, 2004, empati adalah merasakan emosi orang lain, memahami sudut pandang, dan berminat aktif pada kekhawatiran mereka. Selanjutnya Goleman 2005, empati adalah kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan, dan kepentingan orang lain. Dalam empati terdapat beberapa komponen yang menjadi indikator bahwa seorang pegawai dapat dikatakan memiliki empati yang baik apabila dapat: 1 memahami orang lain, dengan cara mengindra perasaan dan perspektif orang lain, menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan orang lain, 2 berorientasi kepada pelayanan, yaitu mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan, 3 mengembangkan orang lain, yaitu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka, 4 mengatasi keragaman, yaitu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan bermacam-macam orang, dan 5 kesadaran politis, yaitu mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan. Universitas Sumatera Utara Seorang pegawai yang memiliki empati akan terlihat lebih peduli terhadap tugas dan tanggung jawabnya serta lingkungannya, akan bekerja dengan tulus tanpa mengharap imbalan. Dengan memiliki empati yang tinggi seorang pegawai akan lebih mudah diarahkan dan diberi pengertian guna mencapai tujuan organisasi dengan lebih efektif dan efisien. Dengan berempati seseorang dapat menunjukkan kepekaan dan pemahaman terhadap perspektif orang serta mengakui dan menghargai kekuatan, keberhasilan dan perkembangan orang lain. Pegawai yang memiliki empati yang baik akan mampu memahami kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan mencari berbagai cara untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan stakeholders. Serta dapat memahami beragamnya pandangan dan peka terhadap perbedaan kelompok dan memandang keragaman-keragaman sebagai peluang menciptakan lingkungan yang memungkinkan semua orang sama-sama maju kendati berbeda-beda. Berempati berarti mempersepsikan kerangka pikir internal orang lain secara tepat yang mencakup unsur-unsur emosional dan cara-cara bertingkah laku, disertai dengan kepedulian seolah-olah diri sendiri adalah orang lain yang sedang dipersepsi tetapi tanpa kehilangan kesadaran sedang mengandaikan sebagai orang lain. Sehingga mampu memandang diri sendiri dan dunia dari sudut pandang orang lain dan mampu mencermati serta menilai keyakinan-keyakinan dan keadaan-keadaan orang lain dan tetap berpegang kepada tujuan mengembangkan pemahaman dan penghargaan. Hein dalam Suryanti dan Ika, 2004 menyatakan bahwa empati yang lebih tinggi memberikan kita lebih banyak informasi yang kita dapat mengenai sesuatu, kita akan semakin memahaminya. Hein menyimpulkan bahwa sensitivitas emosional Universitas Sumatera Utara dan kesadaran yang lebih tinggi meningkatkan tingkat empati yang kemudian akan memimpin kepada tingkat pemahaman yang lebih tinggi.

II.8. Kerangka Berpikir