Tabel II.2. Atribusi Analisis Kinerja Diri Sendiri
Mengapa Dibalik Keberhasilan dan Kegagalan Internal Pribadi
Eksternal Lingkungan
Kinerja baik
Kemampuan tinggi
Kerja keras
Pekerjaan mudah
Nasib baik
Bantuan dari rekan kerja
Pimpinan yang baik Kinerja buruk
Kemampuan rendah
Upaya sedikit
Pekerjaan sulit
Nasib buruk
Rekan kerja tidak
produktif
Pimpinan tidak simpatik
Sumber: Timpe, 1992: 33
II.5. Konsep Kesadaran Diri
Suatu organisasi membutuhkan sumber daya manusia yang sadar akan dirinya sendiri. Baik itu sadar akan kemampuannya dan sadar akan kekurangannya. Karena
dengan memiliki kesadaran diri, seorang karyawan akan mudah dimotivasi dan diarahkan sesuai dengan tujuan organisasi. Dengan memiliki kesadaran diri, seorang
karyawan dapat melakukan analisis SWOT, Strenght, Weakness, Opportunity and Threat, atau kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan. Dengan demikian
akan lebih mudah untuk mengarahkan seseorang untuk pencapaian suatu tujuan. Menurut Barko 2000, secara psikologis, manusia menyikapi, melakukan sesuatu
dan menindak suatu hal, dipengaruhi oleh kesadaran akan dirinya. Kesadaran tentang diri diawali dengan mengamati, memandang dan menilai diri, dijelaskan lebih lanjut
bahwa kesadaran diri meliputi tentang pengalaman experience, kehidupan belief, sikap attitude dan sistem nilai values.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Achmanto 2010, kesadaran diri adalah keadaan di mana pribadi bisa memahami diri sendiri dengan setepat-tepatnya. Memiliki kesadaran diri adalah
memahami emosi dan mood yang sedang dirasakan, kritis terhadap informasi mengenai diri sendiri, dan sadar mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri yang
ada dalam diri sendiri. Boyatzis, et.al, 2005, kesadaran diri adalah kecendrungan untuk melakukan refleksi diri dan penuh pemikiran. Orang-orang yang sadar diri,
secara tipikal akan mencari waktu untuk merenung di dalam keheningan, seringkali seorang diri, sehingga mereka bisa berpikir dahulu tentang sesuatu dan bukan sekedar
bereaksi secara impulsif. Boyatzis, juga mengatakan bahwa memiliki kesadaran diri berarti memiliki pengertian yang mendalam akan emosi diri, juga kekuatan dan
keterbatasan diri, serta nilai-nilai dan motif-motif diri. Goleman 2005, kesadaran diri adalah mengetahui kondisi diri sendiri,
sumber daya, dan intuisi. Indikator yang dapat dinilai dari kesadaran diri ini adalah: 1 kesadaran emosi, yaitu mengenali emosi diri sendiri dan efeknya; 2 penilaian
diri secara teliti, yaitu mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri: 3 percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri. Kesadaran diri juga
mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti
menetapkan tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Orang-orang yang memiliki kesadaran diri yang kuat adalah orang-orang yang
realistis, ia tidak terlalu mengkritik ataupun penuh harapan yang naif terhadap dirinya sendiri. Dan mereka jujur tentang dirinya sendiri kepada dirinya sendiri, bahkan bisa
Universitas Sumatera Utara
menertawakan kekurangan mereka sendiri. Kesadaran diri dapat disebut juga dengan keadaan di mana sadar mengenai pikiran, perasaan dan evaluasi diri yang ada dalam
diri sendiri. Orang yang sedang berada dalam kesadaran diri memiliki kemampuan memonitor diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami orang lain
dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya. Hautman dalam Suryanti dan Ika 2004, mengatakan bahwa, kesadaran diri
merupakan dasar dari kecerdasan emosional yaitu merupakan kemampuan untuk memantau perasaan diri sendiri dari waktu ke waktu. Saat kita semakin mengenal diri
kita, kita akan lebih memahami apa yang kita rasakan dan lakukan. Pemahaman itu akan memberi kita kesempatan atau kebebasan untuk mengubah hal-hal yang ingin
kita ubah mengenai diri kita dan menciptakan kehidupan yang kita inginkan. Kesadaran diri memungkinkan kita untuk berhubungan dengan emosi, pikiran, dan
tindakan.
II.6. Konsep Pengaturan Diri