Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KECERDASAN EMOSIONAL Observed Cum Prob 1.00 .75 .50 .25 0.00 E x p e c te d C u m P ro b 1.00 .75 .50 .25 0.00 Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Gambar IV.6. Grafik Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua Berdasarkan Gambar IV.6 dapat dilihat bahwa penyebaran data berada pada sekitar garis diagonal dan mengikuti garis arah diagonal, maka nilai residual terstandarisasi. Dengan demikian maka model regresi hipotesis pertama tersebut memenuhi standar asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Jika terjadi multikolinieritas, akan mengakibatkan timbulnya kesalahan standar penaksir dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah semakin besar. Alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur ada tidaknya variabel yang berkolerasi, maka digunakan alat uji atau deteksi Variance Inflation Factor VIF. Di mana nilai VIF tidak lebih dari 10 dan Universitas Sumatera Utara nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Hasil pengujian multikolinieritas pada penelitain ini dapat dilihat pada Tabel IV.18. Tabel IV.18. Hasil Uji Multikolinieritas Hipotesis Kedua Model Constant Collinearitas Statistics Tolerance VIF 1. Kesadaran Diri X 1 2. Pengaturan Diri X 2 3. Empati X 3 0,923 0,902 0,910 1,084 1,108 1,098 a . Dependent Variable: Kecerdasan Emosional Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Berdasarkan hasil pengelolaan data pada Tabel IV.18 dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk masing-masing variabel adalah 10 dan tolerance value tidak kurang dari 0,1. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terdapat gejala multikolinieritas homoskedastisitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara Scatterplot Dependent Variable: KECERDASAN EMOSIONAL Regression Standardized Residual 3 2 1 -1 -2 R e g re s s io n S ta n d a rd iz e d P re d ic te d V a lu e 3 2 1 -1 -2 -3 Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Gambar IV.7. Grafik Hasil Uji Heteroskedastisitas Hipotesis Kedua Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan metode grafik dapat dilihat pada Gambar IV.7. Dengan menggunakan metode gambar di atas dapat diambil keputusan dengan kriteria sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan melihat Gambar IV.7 terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Universitas Sumatera Utara IV.5.2.2. Hasil uji hipotesis kedua Pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa variabel kesadaran diri X 1 , pengaturan diri X 2 dan empati X 3 berpengaruh terhadap variabel kecerdasan emosional Y yang telah dilakukan di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan. Dalam hal ini, Kantor Regional VI BKN Medan telah berhasil dalam meningkatkan kecerdasan emosional dengan melakukan pendekatan kepada kesadaran diri, pengaturan diri, dan empati. Artinya semakin baik kesadaran diri, pengaturan diri dan empati pegawai Kanreg VI BKN Medan, maka semakin baik pula kecerdasan emosional pegawai Kanreg VI BKN Medan. Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interprestasi regresi maka digunakan bentuk persamaan. Persamaan atau model tersebut berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi yang telah dirumuskan kemudian dengan bantuan SPSS dilakukan pengolahan data sehingga didapat persamaan akhir yaitu: Tabel IV.19. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Kedua Model Unstandardized Coefisient Standardized Coeficient B Std. Error Beta 1. Constant Kesadaran Diri X 1 Pengaturan Diri X 2 Empati X 3 2,686 3,137 0,300 0,103 0,319 0,103 0,737 0,106 0,246 0,264 0,592 a. Dependent Variable: Kecerdasan Emosional Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel IV.19 di atas maka persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini adalah: Y = 2,686 + 0,300 X 1 +0,319X 2 +0,737X 3 Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum sebesar 2,686 dapat diartikan jira variabel bebas dalam diasumsikan sama dengan nol, secara rata-rata variabel di luar model tetap akan meningkatkan kecerdasan emosional pegawai sebesar 2,686 satuan. Nilai besaran koefisien regresi â 1 sebesar 0,300 pada penelitian ini dapat diartikan bahwa variabel kesadaran diri X 1 berpengaruh positif terhadap kecerdasan emosional Y. Hal ini menunjukkan bahwa ketika kesadaran diri mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka kecerdasan emosional juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,300. Nilai besaran koefisien regresi â 2 sebesar 0,319 pada penelitian ini dapat diartikan bahwa variabel pengaturan diri X 2 berpengaruh positif terhadap kecerdasan emosional Y. Hal ini menunjukkan bahwa ketika pengaturan diri mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka kinerja pegawai juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,319 satuan. Nilai besaran koefisien regresi â 3 sebesar 0,737 pada penelitian ini dapat diartikan bahwa variabel empati X 3 berpengaruh positif terhadap kecerdasan emosional Y. Hal ini menunjukkan bahwa ketika empati mengalami peningkatan sebesar satu satuan, maka kinerja pegawai juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,737 satuan. Universitas Sumatera Utara Tabel IV.20. Hasil Uji Determinasi Hipotesis Kedua Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 0,807 a 0,652 0,632 2,778 a. Predictor: constant, kesadaran diri, pengaturan diri, dan empati b. Dependent variable: kecerdasan emosional Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Nilai R Square pada Tabel IV.20 sebesar 0,652. Hal ini menunjukkan bahwa 65,2 variabel kecerdasan emosional Pegawai Negeri Sipil Kanreg VI BKN Medan dipengaruhi oleh kesadaran diri, pengaturan diri dan empati. Sedangkan sisanya 34,8 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Faktor lain yang dimaksud di sini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional selain dari kesadaran diri, pengaturan diri dan empati, seperti kemampuan sosial dan komunikasi, seperti yang dinyatakan oleh Covey 2005. IV.5.2.3. Uji serempak hipotesis kedua Indikator signifikasi parameter koefisien R 2 signifikan atau tidak maka dapat dilakukan pengujian dengan bantuan alat uji statistik motede Uji F. Dengan demikian pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dianalisis dengan menggunakan uji F, yaitu dengan memperhatikan signifikasi nilai F pada output perhitungan dengan tingkat alpha 5. Jika nilai signifikasi uji F lebih kecil dari 5 maka terdapat pengaruh antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengujian uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel IV.21. Universitas Sumatera Utara Tabel IV.21. Hasil Uji F Hipotesis Kedua Model Sum of Square Df Mean Square F Sig. 1 Regression Residual 765,712 408,955 3 53 255,237 7,716 33,078 0,000 a Total 1174,667 56 a. Predictor: constant, kesadaran diri, pengaturan diri, dan empati b. Dependent variable: kecerdasan emosional Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Dari Tabel IV.21 di atas diperoleh nilai F hitung sebesar 33,078 sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan 95 á = 0,05 adalah 5,60. Hal ini berarti bahwa variabel- variabel independen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, dan empati berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional Pegawai Negeri Sipil Kanreg VI BKN Medan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, dan empati, dalam penelitian ini bersama-sama simultan berpengaruh terhadap kecerdasan emosional Pegawai Negeri Sipil Kanreg VI BKN, dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan. Hal ini berarti jika kesadaran diri X 1 , pengaturan diri X 2 , dan empati X 3 secara bersama-sama mengalami kenaikan maka akan berdampak pada kenaikan kecerdasan emosional Y Pegawai Negeri Sipil Kanreg VI BKN, dan sebaliknya jika kesadaran diri X 1 , pengaturan diri X 2 , dan empati X 3 secara bersama-sama mengalami penurunan maka akan berdampak pada penurunan kecerdasan emosional Y Pegawai Negeri Sipil Kanreg VI BKN. Besarnya tingkat pengaruh ketiga variabel ini dapat dijadikan pedoman bagi pimpinan Kanreg VI BKN Medan sebagai upaya meningkatkan kecerdasan emosional pegawainya. Upaya dalam meningkatkan kecerdasan Universitas Sumatera Utara emosional ini dapat dengan mudah dilakukan dengan senantiasa mempertimbangkan setiap butir-butir instrumen dari indikator kesadaran diri, pengaturan diri, dan empati yang menjadi pengaruh perilaku setiap Pegawai Negeri Sipil di Kanreg VI BKN. IV.5.2.4. Uji parsial hipotesis kedua Hasil pengujian hipotesis kedua secara partial dapat dilihat pada berikut: Tabel IV.22. Hasil Uji t Hipotesis kedua Model T Sig. 1. Constant Kesadaran Diri X 1 Pengaturan Diri X 2 Empati X 3 0,856 2,913 3,096 6,972 0,396 0,005 0,003 0,000 a. Dependen Variabel: kecerdasan emosional b. Sumber: Hasil Penelitian, 2010 data diolah Dari Tabel IV.22 di atas diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Nilai t hitung untuk variabel kesadaran diri 2,913 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel 2,01, atau nilai sig. t untuk variabel kesadaran diri 0,005 lebih kecil dari alpha 0,025. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H dan menerima H 1 untuk variabel kesadaran diri. Dengan demikian, secara partial kesadaran diri berpengaruh signifikan terhadap kecerdasan emosional pegawai Kanreg VI BKN Medan. Hal ini berarti bahwa dengan memiliki kesadaran diri yang baik adalah cara meningkatkan kecerdasan emosional pegawai Kanreg VI BKN Medan. Hal ini sesuai dengan pendapat dengan Hautman dalam Suryanti 2004 yang menyatakan bahwa kesadaran diri merupakan dasar dari kecerdasan Universitas Sumatera Utara emosional yaitu kemampuan untuk memantau perasaan diri sendiri meliputi pengalaman, kehidupan, sikap dan sistem nilai. 2. Nilai t hitung untuk variabel pengaturan diri 3,096 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel 2,01, atau nilai sig. t untuk variabel pengaturan diri 0,003 lebih kecil dari alpha 0,025. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H dan menerima H 1 untuk variabel pengaturan diri. Dengan demikian, secara partial pengaturan diri signifikan terhadap kecerdasan emosional pegawai Kanreg VI BKN Medan. Hal ini berarti bahwa pengaturan diri dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional pegawai Kanreg VI BKN Medan. Hal ini sesuai dengan pendapat Boyatzis 2004, yang menyatakan pengaturan diri merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri dengan harapan untuk mencapai tujuan. Pengaturan diri inilah yang menjadi komponen kecerdasan emosional yang membebaskan kita dari penjara perasaan diri sendiri. 3. Nilai t hitung untuk variabel empati 6,972 lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel 2,01, atau nilai sig. t untuk variabel empati 0,000 lebih kecil dari alpha 0,025. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H dan menerima H 1 untuk variabel empati. Dengan demikian, secara partial empati signifikan terhadap kecerdasan emosional Pegawai Negeri Sipil Kanreg VI BKN Medan. Hal ini berarti bahwa empati sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional Pegawai Negeri Sipil Kanreg VI BKN Medan. Hal ini sejalan dengan pendapat Boyatzis 2004, yang menyatakan bahwa dari semua dimensi kecerdasan emosional, empatilah yang paling dominan mempengaruhi Universitas Sumatera Utara kecerdasan emosional. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak H dan menerima H 1 untuk variabel kesadaran diri X 1 , pengaturan diri X 2 , dan empati X 3 secara partial berpengaruh secara signifikan terhadap kecerdasan emosional Y Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional VI BKN Medan. Secara parsial variabel empati X 3 berpengaruh lebih dominan daripada kesadaran diri X 1 , dan pengaturan diri X 2 . Maksudnya adalah variabel empati X 3 lebih menentukan dalam mempengaruhi kecerdasan emosional Y di Kantor Regional VI BKN Medan. Ini berarti bahwa empati lebih berpengaruh dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional Pegawai Negeri Sipil Kanreg VI BKN Medan dibandingkan dengan kesadaran diri dan pengaturan diri. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hipotesis pertama yang menyatakan kecerdasan emosional dan motivasi kerja pegawai berpengaruh terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional VI BKN Medan. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa, secara serempak variabel kecerdasan emosional dan motivasi kerja berpengaruh sangat signifikan terhadap peningkatan kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional VI BKN Medan. Ini memberi arti bahwa kecerdasan emosional dan motivasi kerja sangat berperan dalam meningkatkan kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional VI BKN Medan. Secara partial variabel kecerdasan emosional lebih dominan dalam meningkatkan kinerja Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional VI BKN Medan, kemudian diikuti oleh variabel motivasi kerja. 2. Hipotesis kedua yang menyatakan kesadaran diri, pengaturan diri, dan empati berpengaruh terhadap kecerdasan emosional Pegawai Negeri Sipil di Kantor Regional VI BKN Medan. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa, secara serempak variabel kesadaran diri, pengaturan diri, dan empati berpengaruh sangat signifikan terhadap kecerdasan emosional. Ini berarti 118 Universitas Sumatera Utara