5.3. Pengaruh Risiko Bencana Tsunami terhadap Rencana Tanggap Darurat di Kampung Pasir
Hasil analisis multivariat dengan uji statistik regresi linier menunjukkan variabel risiko bencana tsunami berpengaruh p0,05 terhadap rencana tanggap
darurat. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat risiko bencana tsunami yang dihadapi kepala keluarga maka rencana tanggap
darurat yang dilakukan meningkat dalam menghadapi bencana tsunami pada wilayah pesisir.
Sesuai penelitian Oktarina dan Gustamola 2010 tentang pemetaan sistem konfigurasi jaringan komunikasi dan informasi tanggap darurat bencana di Indonesia
menyatakan bahwa keberhasilan tanggap darurat bencana merupakan tanggung jawab semua pihak yang terkait didalamnya. Unit pelaksana lapangan memegang peranan
penting dalam keseluruhan tindakan yang dilakukan, tapi tanpa adanya koordinasi dengan pihak lain, unit ini menjadi tidak efektif. Agar dapat diketahui perkembangan
setiap kegiatan, maka setiap hari diadakan rapat evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan dan merencanakan kegiatan yang harus dilakukan pada hari
berikutnya. Kegiatan-kegiatan yang telah terlaksana ini selanjutnya dilaporkan kepada
Kepala BNPBBPBD dan instansilembaga terkait. Evaluasi yang dilakukan setiap hari diharapkan mampu mengantisipasi setiap kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi pada hari-hari berikutnya. Kekurangan sumberdaya manusia, peralatan, ketersediaan logistik serta kebutuhan lainnya diharapkan dapat diatasi segera dengan
Universitas Sumatera Utara
adanya laporan dari hasil evaluasi harian. Laporan hasil evaluasi harian ini selanjutnya dapat menjadi bentuk pertanggungjawaban komando tanggap darurat
bencana kepada Kepala BNPBBPBD dan instansi lembaga terkait lainnya pada akhir pelaksanaan. Untuk meningkatkan efektifitas dan mempercepat respons
penanganan tanggap darurat bencana, Komando Tanggap Darurat Bencana perlu menyiapkan dan menghimpun dukungan operasi penanganan darurat bencana
Dalam konteks penanganan bencana, pemerintah sudah cukup banyak belajar. Apalagi semenjak kejadian tsunami di Aceh, mendapatkan bantuan dari begitu
banyak negara lain yang simpati. Hanya saja, tampaknya bencana yang tidak diakibatkan manusia seperti bencana alam itu tetap saja semata jadi proyek insidentil
bagi sebagian kalangan, termasuk birokrat. Bila tidak ada bencana, maka tidak ada tindakan pencegahan atau latihan penanggulangan. Mitigasi bencana pun tidak
direncanakan seksama. Akibatnya, saat bencana datang, barulah pemerintah daerah setempat kalang-kabut.
Kemampuan pemerintah merespon bencana alam pun masih harus dibantu oleh berbagai badan yang masing-masing berdiri sendiri. Meski ada BNPB, namun
elemen-elemen di dalamnya masih terdiri dari sumbangan berbagai unsur. Alangkah baiknya bila Indonesia punya tim khusus yang bekerja secara profesional, ada atau
tidak ada bencana mereka tetap bekerja di situ dan dibayar. Bukan pada saat bencana baru membentuk tim. Dengan begitu, saat ada bencana respon tanggap daruratnya
bisa cepat dan seketika real time.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu cara meningkatkan upaya tanggap darurat dalam penanganan bencana tsunami adalah dilakukannya Training Emergency Response Plan ERP
Batch V, Bandung 4-6 Agustus 2010. Pelatihan tersebut bertujuan mengkoordinasikan upaya Perencanaan Tanggap Darurat ERP sehingga tercapai
efisiensi dan efektifitas dalam pengendaliannya, mengatur tata cara dalam pelaksanaan penanggulangan Keadaan Darurat sehingga kerugian dapat ditekan
seminimal mungkin, serta memastikan tindakan pengendalian sesuai prosedur dan Organisasi ERP. Manfaat pelatihan tersebut diharapkan: a memahami konsep
Perencanaan Tanggap Darurat ERP secara efektif sehingga pengendalian bisa dilakukan secara cepat dan tepat, b mencegah kesimpang siuran dalam menghadapi
keadaan emergency tidak gugup atau panik, serta c mencegah terjadinya korban jiwa, kerusakan harta benda dan lingkungannya
5.4. Pengaruh Risiko Bencana Tsunami terhadap Peringatan Dini Bencana di Kampung Pasir